-->

Profil Hamba Tuhan

Foto saya
Jakarta, Indonesia
Seorang Hamba Tuhan yang memiliki kerinduan untuk dapat memberkati banyak orang melalui Pastoral Konseling, dengan berbagai hal dan cara, salah satunya adalah melalui fasilitas dunia maya (Internet). Riwayat Pendidikan Teologi: - Sarjana Theology (S. Th) jurusan teologi, 1999. - Master of Art (M. A) jurusan Christian Ministry, 2002. - Master of theology (M. Th)Thn 2010. - Doctor of Ministry (D. Min)Thn 2009. God Bless You All.

Pendahuluan

Shallom, selamat datang di blog saya Pdt. Denny Harseno, M. A., D. Min. Saudara, saya senang sekali jika dapat memberkati saudara sekalian melalui setiap tulisan-tulisan dan artikel-artikel yang ada pada blog ini. Jika saudara ingin membaca setiap tulisan-tulisan dan artikel-artikel terdahulu yang ada pada blog ini, saudara cukup memilih label daftar isi blog atau dengan memilih pada arsip blog yang ada di samping kiri blog ini, dan silahkan mengisi buku tamu blog saya dibawahnya, agar saya dapat mengetahui siapa saja yang telah berkunjung diblog saya. Terima kasih atas perhatiannya, Tuhan Yesus Kristus memberkati.

04 Juli 2009

PERSEMBAHAN YANG BERKENAN Bagian III

Seluruh kisah tentang korban persembahan bagi Allah tercatat di Im 1-6 sebagai inti terpenting hingga Tuhan menegakkan peraturan ini dengan sangat ketat dan serius terutama jiwa, cara dan sikap manusia di hadapanNya ketika memberikan persembahan agar tidak mudah diselewengkan. Dari 5 macam korban di atas, penekanannya terletak pada 3 aspek global:


Pertama, Alkitab mengatakan bahwa persembahan merupakan gambaran keseriusan ketergantungan manusia kepada Tuhan. Ketika memberikan persembahan, orang Kristen seharusnya menyadari bahwa tak mungkin baginya untuk dapat menyelamatkan diri sendiri yang berdosa dari kebinasaan tanpa Tuhan membuka jalan keselamatan. Dengan demikian korban, persembahan dan dosa saling terkait erat.
Kedua, orang Kristen seharusnya menyadari ketergantungan mutlak kepada Tuhan. Di tengah dunia yang semakin rusak dan hancur, orang Kristen membutuhkan bijaksana, anugerah, belaskasihan dan berkat Tuhan. Tak seorang pun dapat bertahan hidup dengan kekuatannya sendiri karena terlalu banyak faktor kemungkinan yang berada di luar kemampuan, strategi, prediksi dan planning manusia. Seluruhnya dapat runtuh hanya dalam waktu beberapa menit. Lalu kebanyakan orang dunia berpikir untuk bunuh diri atau berubah menjadi gila karena kehilangan harapan hidup. Dari sudut pandang Kekristenan, orang dunia seharusnya segera bertobat karena hidupnya bersandar mutlak kepada Tuhan. Ketika sungguh-sungguh mengerti akan Tuhan yang beranugerah, itulah alasan pemberian persembahan.


Ketiga, ketika mulai hidup dalam korban, itulah saatnya manusia mengerti bahwa ini bukanlah sekedar persembahan melainkan sacrifice dengan adanya binatang terbaik yang dibinasakan. Konsep ini menjelaskan beberapa aspek:


(1)Tuhan tidak menghendaki barang sisa. Seorang pendeta seringkali merasa jengkel dan marah jika ada orang yang hendak masuk ke sekolah Teologi karena tidak diterima di universitas manapun atau jika sebuah keluarga yang memiliki 4 anak namun yang terbodoh dimasukkan ke sekolah Teologi sedangkan yang terpandai dimanfaatkan untuk mencari harta kekayaan. Seharusnya, anak terbaik dipersembahkan bagi kemuliaan Tuhan. Namun konsep ini dapat disalahgunakan seperti pada jaman Tuhan Yesus. Akibatnya, bait Allah dijadikan pasar untuk menjual binatang korban tak bercacat. Sedangkan binatang yang tidak dibeli di bait Allah dianggap tak sempurna.


(2)Memberi persembahan merupakan korban yang sangat serius di mana hidup si pemberi terkait di dalamnya. Banyak orang hidup dalam 2 ekstrim yang kadangkala tidak salah tetapi implikasinya dapat diselewengkan dan sangat berbahaya. Dalam Korintus diajarkan bahwa persembahan harus diberikan dengan sukarela. Maka jumlah persembahan menjadi sangat sedikit berdasarkan kerelaan hati. Dengan kata lain, tidak ada kerelaan untuk memberikan persembahan dalam jumlah besar. Lalu beberapa hamba Tuhan di Gereja tertentu merasa rugi dan mulai mengeluarkan konsep kedua yaitu persembahan adalah korban. Karena itu, jikalau persembahan tidak disertai dengan rasa sakit maka itu bukan persembahan sejati. Namun si penerima persembahan tidak merasa sakit. Padahal, Alkitab mengajarkan bahwa para imam besar yang juga berdosa justru harus mempersembahkan korban lebih dari persembahan jemaat dan disertai dengan perasaan sakit. Itulah teladan seorang hamba Tuhan.


Seharusnya, setiap anak Tuhan memiliki jiwa ‘Give the best for others.’ Tanpa itu, Gereja belum melayani Tuhan dengan baik. Sedangkan persembahan uang hanyalah sebagian kecil dari hidup setiap orang Kristen karena uang bukanlah segalanya. Maka persembahan mencerminkan pandangan dan sikap si pemberi terhadap Tuhan. Setiap jemaat diharapkan untuk belajar menyadari positioning dan jiwa pelayanannya melalui persembahan. Dengan demikian, di antara jemaat akan saling melayani.


(3)Dalam persembahan terdapat kesadaran akan keberdosaan manusia. Di jaman Perjanjian Lama, setiap kali datang ke bait Allah, jemaat (kaya dan miskin) membawa korban persembahan. Akibatnya, timbullah jiwa ibadah dan pelayanan serta kesadaran bersama bahwa semua orang tidak sempurna. Kesadaran itu membuat Gereja dipakai Tuhan secara kompak dalam pekerjaanNya.


Di dunia ini, banyak orang ingin dilayani tapi tidak bersedia melayani dengan baik. Banyak pula yang mau menerima tapi tidak bersedia memberikan yang terbaik karena merasa dirugikan. Padahal, sebelum memberi, ia telah mengalami kerugian karena konsep pemikirannya sudah rusak.


(4)Semua peraturan tentang korban tidak boleh disalahgunakan. Dalam Imamat dijelaskan bahwa tak semua korban boleh diambil oleh Imam sekeluarga atau si pemberi. Hanya korban keselamatan yang sebagian dapat dikembalikan dan dinikmati oleh pemiliknya. Selain itu, Tuhan tidak hanya menuntut jemaat untuk memikirkan tentang persembahan tapi juga menggumulkan pengelolaan dan pengembangannya secara bertanggung jawab. Karena itu, jemaat berhak memeriksa dan mempelajari keuangan Gereja. Maka diharapkan jemaat tidak mencantumkan sekedar NN ketika memberikan persembahan melainkan cukup dengan kode karena Alkitab memang mengajarkan bahwa orang lain tidak perlu mengetahuinya. Harus diingat bahwa Gereja adalah institusi yang Tuhan tegakkan sebagai manifestasi tubuh Kristus di tengah dunia. Jadi, yang berperan adalah setiap jemaat. Segala macam penyelewengan konsep Gereja perlu ditindak tegas dan keras sehingga nama baik Kekristenan tidak rusak.


0 komentar:

Posting Komentar