-->

Profil Hamba Tuhan

Foto saya
Jakarta, Indonesia
Seorang Hamba Tuhan yang memiliki kerinduan untuk dapat memberkati banyak orang melalui Pastoral Konseling, dengan berbagai hal dan cara, salah satunya adalah melalui fasilitas dunia maya (Internet). Riwayat Pendidikan Teologi: - Sarjana Theology (S. Th) jurusan teologi, 1999. - Master of Art (M. A) jurusan Christian Ministry, 2002. - Master of theology (M. Th)Thn 2010. - Doctor of Ministry (D. Min)Thn 2009. God Bless You All.

Pendahuluan

Shallom, selamat datang di blog saya Pdt. Denny Harseno, M. A., D. Min. Saudara, saya senang sekali jika dapat memberkati saudara sekalian melalui setiap tulisan-tulisan dan artikel-artikel yang ada pada blog ini. Jika saudara ingin membaca setiap tulisan-tulisan dan artikel-artikel terdahulu yang ada pada blog ini, saudara cukup memilih label daftar isi blog atau dengan memilih pada arsip blog yang ada di samping kiri blog ini, dan silahkan mengisi buku tamu blog saya dibawahnya, agar saya dapat mengetahui siapa saja yang telah berkunjung diblog saya. Terima kasih atas perhatiannya, Tuhan Yesus Kristus memberkati.

31 Maret 2009

AKU BISA



Seseorang pernah bercerita kepada saya tentang sebuah telur rajawali. Seekor induk ayam menemukan sebuah telur. Sang induk ayam ini mengerami telur ini dengan penuh kesabaran. Dan tiba pada suatu hari telur ini menetas dan keluarlah seekor anak rajawali. Ditengah tengah anak anak ayam yg lain, anak rajawali ini bertumbuh menjadi seekor rajawali yang gagah. Tapi dia tidak bisa terbang karena dia takut untuk belajar terbang. Pada suatu hari rajawali ini melihat keatas, beberapa burung yang menyerupai dirinya terbang tinggi di angkasa. Dia ingin sekali menjadi seperti rajawali rajawali yang dilihatnya tadi. Walaupun ayam ayam lain mencoba untuk menghalanginya, dia tetap pada tekadnya untuk belajar terbang. Dan pada akhirnya diapun dapat terbang juga seperti rajawali rajawali yang dilihatnya.

Kita sebagai manusia kadang kadang mempunyai pola pikir yang sempit, tidak mempunyai impian impian. Kita terkadang sudah terbiasa dengan lingkungan kita yang sekarang. Kita terkadang berkata,” saya sudah cukup puas dengan apa yang saya dapatkan sekarang ini.”

Saudara, Kita adalah anak anak Tuhan yang luar biasa. Kita jangan menjadi seseorang yang biasa biasa saja, tapi menjadi seorang yang luar biasa, menjadi seorang pemenang. Saya pernah mempunyai keinginan untuk mempunyai sebuah mobil sendiri, saya berdoa dan bekerja untuk memujudkan impian saya tersebut. Akhirnya pada suatu hari saya dapat memilikinya. Begitupun dengan rumah dan lain lain. Saya menerapkan pola pikir bahwa semua impian impian saya dapat terwujud, bukan karena saya layak tapi karena Tuhan mengasihi saya.

Alasan mengapa kita belum menerima apa yang terbaik dari Tuhan, adalah karena kita belum mengembangkan visi kita secara maksimal. Tuhan tidak ingin kita menjadi rajawali yang seperti ayam, tetapi Tuhan ingin kita menjadi seekor rajawali yang dapat terbang tinggi, melewati samudra, gunung yang tinggi dan awan. Tuhan ingin kita menjadi Luar biasa, baik dalam pekerjaan, rumah tangga, sekolah dan lain lain.

Kembangkanlah pola pikir keberhasilan, bukan kegagalan. Ingat apa yang kita pikirkan itulah yang akan terjadi.

Jangan pernah berkata,” aku tidak dapat melakukannya, aku tidak bisa berhasil, penyakitku tidak bisa sembuh, aku akan menjadi miskin seumur hidupku.” tetapi katakanlah ,” AKU BISA.”

30 Maret 2009

Iman yang sejati bagian 1

Nats : Yoh 8:30-59
Suatu kali seorang hamba Tuhan yang telah melayani di satu gereja mampu mengembangkan jemaatnya dari 187 hingga mencapai 800 dan akhirnya ia diundang di banyak tempat untuk membawakan satu tema mengenai pertumbuhan gereja. Tetapi di dalam pergumulannya dengan Tuhan, ia merasakan masih terdapat satu hal yang kurang dalam pelayanannya.

Saat ini kita akan membahas satu bagian yang sangat kritis dari pergumulan iman yang menjadi masalah di akhir abad 20 ini. Pada suatu hari, dalam kebaktian di sebuah gereja di Amerika, ada dua orang bersenjata laras panjang masuk dan mengajukan satu pertanyaan dimana bagi mereka yang tetap tinggal ditempat berarti mau mati buat Tuhan dan akan mereka tembak, sedang yang lain boleh keluar. Akhirnya hingga peringatan terakhir diberikan, ada 20 orang lebih yang masih tinggal dengan ketakutan namun tidak beranjak. Selanjutnya, salah seorang dari orang yang bersenjata itu berkata kepada pendeta disitu untuk melanjutkan kebaktian tersebut karena semua orang munafik sudah keluar dari ruangan itu. Kadangkala saya bertanya dalam hati, orang yang bagaimanakah yang disebut sebagai orang Kristen itu? Apakah yang mengatakan, “Orang Kristen, yang penting percaya Yesus pasti selamat dan masuk surga, selesai.” Terkadang kita terlalu sederhana memandang hal itu.

Saya harap hari ini kita dapat mempelajari secara serius siapa sebenarnya orang Kristen itu. Ditengah-tengah pergumulan situasi yang semakin hari semakin memanas di Indonesia, saya rasa ayat ini seharusnya menjadi ayat yang sangat serius bagi kita. Siapa diantara saudara yang ketika membaca dialog dalam Yohanes 8, hati saudara bergetar dan luar biasa terkejut? Ketika membaca ayat-ayat itu, hati saya gentar dan terkejut luar biasa. Ayat tersebut dimulai dari Yoh 8:30 dimana terdapat satu dialog antara Tuhan Yesus dengan orang-orang Yahudi. Mereka adalah orang-orang yang melihat apa yang telah Yesus lakukan dan kemudian takjub sekali, lalu mulai timbul satu dialog hingga berakhir pada keputusan percaya kepadaNya. Disitu dikatakan, “Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, (bandingkan dengan Yoh 8:1-29) banyak orang (Yahudi) percaya kepadaNya. Maka Yesus selanjutnya berkata kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: “Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu.” Disitu terjadi dialog yang dimulai dari kalimat biasa yang tambah lama bertambah panas, keras dan kalimatnya tajam yang akhirnya, mereka yang percaya kepadaNya mengambil batu untuk membunuh Yesus. Mengapa dapat terjadi perubahan seperti itu? Masalah apa yang membuat hal ini tercetus? Kalau hal ini pernah terjadi di dalam Yoh 8 maka bukankah ini rentan terjadi diantara kita hari ini? Mungkin kita tidak mengambil batu dan melempari Yesus tetapi secara esensial kita dapat bertindak membunuh Yesus atau iman Kristen melalui tindakan kita. Kalau demikian, apa sebenarnya pengertian percaya yang dikatakan sebelumnya? Inilah pergumulan Kristen yang hari ini terlalu banyak diabaikan oleh manusia! Hari ini kita tidak terlalu banyak menggumulkan karena sudah diterpa dengan pengertian filsafat yang mulai masuk tahun 40-an yaitu semangat relativisme, sehingga kita menjadi orang-orang yang pragmatis sekali.

Disini saya melihat ada 4 problem yang sangat serius dimana perkataan, “Saya percaya Yesus,” dapat mengakibatkan orang mengambil tindakan mau membunuh Tuhan Yesus. Masalah tersebut mulai muncul ketika ada satu dialog diantara mereka. Disepanjang 4 kitab Injil, Alkitab mencatat dimana Yesus secara eksplisit mengungkapkan kepada orang yang mau mengikut Dia bahwa “Burung punya sarang, serigala punya liang tetapi Anak manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya; barangsiapa mau mengikut Aku dan menengok kebelakang maka ia tidak layak untuk kerajaan surga.” Dan di dalam bagian ini kita kembali menemukan orang-orang demikian. Yesus berkata,“Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." Kalimat pendek inilah yang menjadi perdebatan rumit dan akhirnya menjadi keseriusan mereka untuk membunuh Yesus. Disini kita tahu bahwa percaya kepada Yesus menimbulkan masalah yang sangat berat sebagai eksesnya dan kalau kita tidak mengerti, terkadang kita dengan mudah menerima orang lain atau bahkan diri kita sendiri yang menganggap telah percaya kepada¬Nya. Adapun 4 problem diatas adalah: 1). Problema Iman/ Kepercayaan (Problem of Faith); 2). Problema Kebenaran (Problem of Epistemology); 3). Problema Kemerdekaan/ kebebasan (Problem of Fredom); dan 4). Problema Ketaatan/ perhambaan (Problem of Obedience). Kalau kita tidak mampu menyelesaikan 4 masalah ini, berarti kitapun sangat rawan untuk dapat jatuh dalam konsep yang kita gumulkan dalam iman kita saat ini. Dalam bagian pertama yaitu Problema Iman, dikatakan bahwa problem tersebut muncul karena mereka mengatakan percaya kepadaNya. Berarti disini, istilah percaya tidak dapat sesederhana dimengerti tanpa kita menelusur kedalaman kepercayaan itu sendiri. Cornelius Vantil mengatakan bahwa kita seringkali terjebak dalam konsep prereligiusitas padahal itu berbeda sekali dengan konsep daripada iman. Konsep keagamawian itu berbeda dari konsep kepercayaan. Kita seringkali mengidentikkan bahwa kita orang Kristen karena agama kita Kristen tetapi waktu saya beragama Kristen, itu sebenarnya belum tentu identik dengan iman saya adalah iman Kristen. Karena waktu saya beragama Kristen, disini masalahnya adalah iman Kristen tersebut sejati atau palsu? Vantil mengatakan bahwa kalau kita sudah masuk kedalam sub struktur daripada pemikiran seseorang, yang bukan sekedar apa yang dikemukakan di depan maka kita akan mengerti iman sesungguhnya orang tersebut. Disitu ia membagi menjadi 2 kategori: Pertama, Orang yang berpijak pada kedaulatan Allah sebagai basis imannya. Orang tersebut percaya mutlak Tuhan berdaulat mengatur, memiliki dan menjalankan hidupnya dan ia sebagai alat Tuhan dalam seluruh perjalanan hidupnya. Kedua, Orang yang bertindak di dalam otonomi manusia sebagai basis pijakannya. Manusia yang berhak memutuskan, yang mengambil kepercayaan, mengambil segala pertimbangan dan akhirnya kembali untuk kepentingan manusia itu sendiri.

Iman yang sejati bagian 2

Pada paragraph diatas kita sudah membicarakan tentang Yoh 8 dimana di dalamnya terdapat satu diskusi yang sangat serius antara Tuhan Yesus dengan orang-orang Yahudi saat itu. Ketika selesai mengajar, dikatakan di ay. 30 bahwa banyak orang yang percaya kepadanya. Namun kalau kita membaca selanjutnya, ternyata timbul masalah yang begitu rumit yang berakhir dalam ay 59 dimana orang-orang tersebut mengambil batu lalu melempari Yesus. Disitu kita melihat 4 hal yang menyebabkan timbulnya permasalahan dimana mereka yang percaya kepadaNya akhirnya berbalik mau membunuh Yesus. Dan kita telah membahas dua masalah pertama, yaitu: 1). Problem kepercayaan itu sendiri (Problem of Faith). Kepercayaan kita pada satu agama tidaklah identik dengan iman kita, karena apabila ditelusur akan terkorek apa sebenarnya yang menjadi dasar kepercayaan yang akhirnya membuat kita memutuskan mau percaya kepada Yesus. Dan basis kepercayaan itu oleh Cornelius Van Til dikatakan sebagai satu sub struktur yang sebenarnya menjadi basis kepercayaan manusia yang hanya terbagi menjadi dua dasar pijak yang sangat mendasar: Pertama, orang tersebut ketika percaya akan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Kristus karena ia tahu Tuhan itulah yang mengatur, memiliki dan memimpin hidupnya. Dan golongan itu disebut sebagai golongan yang percaya akan kedaulatan Allah atas hidupnya. Namun mayoritas manusia justru masuk dalam golongan kedua, yaitu manusia yang menegakkan otonominya sendiri. Sehingga ketika ia mau percaya kepada Kristus sebenarnya ia hanya mau memanipulasi Kristus. Hari ini banyak orang Kristen yang perlu menguji kembali imannya. Jikalau kita mengatakan percaya Yesus, benarkah kita percaya Yesus dalam arti yang sesungguhnya, bahwa Dia adalah Juru Selamat kita, yang mengatur dan berdaulat atas hidup kita dan kita adalah hambaNya yang menyerahkan diri kepadaNya. Ataukah kita hanya mau percaya sejauh yang kita mau Tuhan ikut kepada apa yang kita inginkan karena sebenarnya kita percaya pada diri sendiri. Dalam Ibr 11:1 dikatakan: “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.”

Kedua, problem Epistemologi (pencarian kebenaran), dimana kebenaran itu berada dan bagaimana kita bersikap benar. Pada saat itu orang-orang Yahudi merasa bahwa mereka adalah orang benar dan bukannya Tuhan yang menentukan kebenaran. Hal ini menjadi basis rasionalisme modern yang berkembang luar biasa di tengah abad modern. Sedang dari kekristenan muncul tokoh teologi natural seperti Thomas Aquinas, yang mengatakan bahwa untuk tahu tentang Allah dan realita, kita tidak perlu kembali kepada firman tetapi cukup dengan alam kita dapat menganalisa, sampai kita mengetahui adanya Tuhan. Dua arus besar ini melanda dunia dan menjadikan manusia mengembangkan satu pemikiran dimana manusia merupakan ukuran atau pusat segala sesuatu, sehingga benar atau tidak adalah bergantung pada manusia. Kalau manusia sudah berpikir bahwa ia adalah penentu kebenaran, maka ini merupakan basis kondisi yang paling mengerikan dalam dunia. Saudara dan saya bukanlah kebenaran sehingga kita tidak mungkin mengerti atau menjadi penentu kebenaran. Hal ini karena: 1). Kita semua justru menjadi pencari kebenaran 2). Orang yang dirinya kebenaran tidak pernah berbuat salah, karena semua yang dipikirkan, diputuskan dan dilakukan pasti benar, sedangkan kita semua pernah memutuskan dan mengalami salah. 3). Manusia satu dengan lainnya hanya merupakan lingkaran kecil yang saling berbeda satu sama lain maka itu menunjukkan bahwa manusia bukan kebenaran. Waktu tahu bahwa kita bukan kebenaran dan sadar bahwa kebenaran harus dicari, maka sangat fatal kalau kemudian kita menutup diri dan menganggap diri kita adalah kemutlakan kebenaran. Seringkali kita begitu sombong dan menetapkan diri kita kebenaran hingga akhirnya jatuh dan saat itu baru menyesal. Kalau itu dalam tahap beresiko kecil maka kita masih dapat mengerti namun kalau akhirnya itu mengorbankan seluruh hidup karena kebodohan kita maka betapa celakanya! Seperti orang Yahudi yang menolak Kristus dan tidak mau balik kepada kebenaran, Tuhan mengatakan, “Barangsiapa berasal dari Allah, ia mendengarkan firman Allah; itulah sebabnya kamu tidak mendengarkannya, karena kamu tidak berasal dari Allah.” Mereka pada saat itu tidak mau dan tidak dapat menerima kebenaran karena sudah dijepit di dalam satu close system yang membuat mereka hanya memandang dirinya sebagai patokan kebenaran.

Selanjutnya, kita akan membahas problem yang ketiga yaitu: Problem of Fredom (masalah kemerdekaan). Tuhan mengatakan, baliklah kepada firman karena firman itu adalah kebenaran maka kebenaran itu akan memerdekakan atau membebaskan engkau. Kalimat memerdekakan itulah yang menjadi masalah serius bagi orang Yahudi saat itu. Secara politik status mereka adalah jajahan bangsa Romawi dan saat itu mereka benci sekali karena setiap tahun harus bayar upeti pada pemunggut cukai yang akhirnya dikirimkan ke Roma. Itu fakta keadaan mereka sehari-hari. Sehingga waktu Yesus mengatakan hal itu, jawaban mereka menjadi suatu ketakutan tanpa mau lagi mendengar realitanya. Masalah ini bukanlah hanya masalah orang Yahudi dua ribu tahun yang lalu tetapi justru sejak belahan abad 20 ini menjadi masalah yang sangat serius. Sekitar tahun 1960-an kebebasan menjadi gerakan yang begitu besar melanda dunia dalam gerakan yang dinamakan Counter Culture Movement, gerakan anti kebudayaan dan semua hukum yang berlaku yang mengakibatkan munculnya gerakan Hipis dengan slogannya yang dikenal yaitu V (victory). Dan pada tahun 1985 gerakan ini menjadi gerakan yang sangat besar dan liar, dan akhirnya mereka mulai memproklamasikan gerakan ini dengan satu tanda atau perayaan yang dikenal dengan nama Woodstock Life Show. Di sebuah lapangan yang sangat besar terdapat sekitar 100 ribu anak muda yang berkumpul selama beberapa hari untuk melakukan berbagai macam kegiatan yang liar, minuman keras, obat-obat terlarang dan seks bebas, dan setiap malam mereka mendengarkan musik metal untuk menunjukkan pada dunia bahwa dirinya bebas. Dan itu dianggap sebagai satu tanda kebebasan anti aturan yang menjadi gerakan besar.

Iman yang sejati bagian 3

Pada paragraph diatas kita sudah membicarakan tentang Yoh 8 dimana di dalamnya terdapat satu diskusi yang sangat serius antara Tuhan Yesus dengan orang-orang Yahudi saat itu. Ketika selesai mengajar, dikatakan di ay. 30 bahwa banyak orang yang percaya kepadanya. Namun kalau kita membaca selanjutnya, ternyata timbul masalah yang begitu rumit yang berakhir dalam ay 59 dimana orang-orang tersebut mengambil batu lalu melempari Yesus. Disitu kita melihat 4 hal yang menyebabkan timbulnya permasalahan dimana mereka yang percaya kepadaNya akhirnya berbalik mau membunuh Yesus. Dan kita telah membahas dua masalah pertama, yaitu: 1). Problem kepercayaan itu sendiri (Problem of Faith). Kepercayaan kita pada satu agama tidaklah identik dengan iman kita, karena apabila ditelusur akan terkorek apa sebenarnya yang menjadi dasar kepercayaan yang akhirnya membuat kita memutuskan mau percaya kepada Yesus. Dan basis kepercayaan itu oleh Cornelius Van Til dikatakan sebagai satu sub struktur yang sebenarnya menjadi basis kepercayaan manusia yang hanya terbagi menjadi dua dasar pijak yang sangat mendasar: Pertama, orang tersebut ketika percaya akan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Kristus karena ia tahu Tuhan itulah yang mengatur, memiliki dan memimpin hidupnya. Dan golongan itu disebut sebagai golongan yang percaya akan kedaulatan Allah atas hidupnya. Namun mayoritas manusia justru masuk dalam golongan kedua, yaitu manusia yang menegakkan otonominya sendiri. Sehingga ketika ia mau percaya kepada Kristus sebenarnya ia hanya mau memanipulasi Kristus. Hari ini banyak orang Kristen yang perlu menguji kembali imannya. Jikalau kita mengatakan percaya Yesus, benarkah kita percaya Yesus dalam arti yang sesungguhnya, bahwa Dia adalah Juru Selamat kita, yang mengatur dan berdaulat atas hidup kita dan kita adalah hambaNya yang menyerahkan diri kepadaNya. Ataukah kita hanya mau percaya sejauh yang kita mau Tuhan ikut kepada apa yang kita inginkan karena sebenarnya kita percaya pada diri sendiri. Dalam Ibr 11:1 dikatakan: “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.”

Kedua, problem Epistemologi (pencarian kebenaran), dimana kebenaran itu berada dan bagaimana kita bersikap benar. Pada saat itu orang-orang Yahudi merasa bahwa mereka adalah orang benar dan bukannya Tuhan yang menentukan kebenaran. Hal ini menjadi basis rasionalisme modern yang berkembang luar biasa di tengah abad modern. Sedang dari kekristenan muncul tokoh teologi natural seperti Thomas Aquinas, yang mengatakan bahwa untuk tahu tentang Allah dan realita, kita tidak perlu kembali kepada firman tetapi cukup dengan alam kita dapat menganalisa, sampai kita mengetahui adanya Tuhan. Dua arus besar ini melanda dunia dan menjadikan manusia mengembangkan satu pemikiran dimana manusia merupakan ukuran atau pusat segala sesuatu, sehingga benar atau tidak adalah bergantung pada manusia. Kalau manusia sudah berpikir bahwa ia adalah penentu kebenaran, maka ini merupakan basis kondisi yang paling mengerikan dalam dunia. Saudara dan saya bukanlah kebenaran sehingga kita tidak mungkin mengerti atau menjadi penentu kebenaran. Hal ini karena: 1). Kita semua justru menjadi pencari kebenaran 2). Orang yang dirinya kebenaran tidak pernah berbuat salah, karena semua yang dipikirkan, diputuskan dan dilakukan pasti benar, sedangkan kita semua pernah memutuskan dan mengalami salah. 3). Manusia satu dengan lainnya hanya merupakan lingkaran kecil yang saling berbeda satu sama lain maka itu menunjukkan bahwa manusia bukan kebenaran. Waktu tahu bahwa kita bukan kebenaran dan sadar bahwa kebenaran harus dicari, maka sangat fatal kalau kemudian kita menutup diri dan menganggap diri kita adalah kemutlakan kebenaran. Seringkali kita begitu sombong dan menetapkan diri kita kebenaran hingga akhirnya jatuh dan saat itu baru menyesal. Kalau itu dalam tahap beresiko kecil maka kita masih dapat mengerti namun kalau akhirnya itu mengorbankan seluruh hidup karena kebodohan kita maka betapa celakanya! Seperti orang Yahudi yang menolak Kristus dan tidak mau balik kepada kebenaran, Tuhan mengatakan, “Barangsiapa berasal dari Allah, ia mendengarkan firman Allah; itulah sebabnya kamu tidak mendengarkannya, karena kamu tidak berasal dari Allah.” Mereka pada saat itu tidak mau dan tidak dapat menerima kebenaran karena sudah dijepit di dalam satu close system yang membuat mereka hanya memandang dirinya sebagai patokan kebenaran.

Selanjutnya, kita akan membahas problem yang ketiga yaitu: Problem of Fredom (masalah kemerdekaan). Tuhan mengatakan, baliklah kepada firman karena firman itu adalah kebenaran maka kebenaran itu akan memerdekakan atau membebaskan engkau. Kalimat memerdekakan itulah yang menjadi masalah serius bagi orang Yahudi saat itu. Secara politik status mereka adalah jajahan bangsa Romawi dan saat itu mereka benci sekali karena setiap tahun harus bayar upeti pada pemunggut cukai yang akhirnya dikirimkan ke Roma. Itu fakta keadaan mereka sehari-hari. Sehingga waktu Yesus mengatakan hal itu, jawaban mereka menjadi suatu ketakutan tanpa mau lagi mendengar realitanya. Masalah ini bukanlah hanya masalah orang Yahudi dua ribu tahun yang lalu tetapi justru sejak belahan abad 20 ini menjadi masalah yang sangat serius. Sekitar tahun 1960-an kebebasan menjadi gerakan yang begitu besar melanda dunia dalam gerakan yang dinamakan Counter Culture Movement, gerakan anti kebudayaan dan semua hukum yang berlaku yang mengakibatkan munculnya gerakan Hipis dengan slogannya yang dikenal yaitu V (victory). Dan pada tahun 1985 gerakan ini menjadi gerakan yang sangat besar dan liar, dan akhirnya mereka mulai memproklamasikan gerakan ini dengan satu tanda atau perayaan yang dikenal dengan nama Woodstock Life Show. Di sebuah lapangan yang sangat besar terdapat sekitar 100 ribu anak muda yang berkumpul selama beberapa hari untuk melakukan berbagai macam kegiatan yang liar, minuman keras, obat-obat terlarang dan seks bebas, dan setiap malam mereka mendengarkan musik metal untuk menunjukkan pada dunia bahwa dirinya bebas. Dan itu dianggap sebagai satu tanda kebebasan anti aturan yang menjadi gerakan besar.

Iman yang sejati bagian 4

Pada paragraph diatas kita sudah membicarakan tentang Yoh 8 dimana di dalamnya terdapat satu diskusi yang sangat serius antara Tuhan Yesus dengan orang-orang Yahudi saat itu. Ketika selesai mengajar, dikatakan di ay. 30 bahwa banyak orang yang percaya kepadanya. Namun kalau kita membaca selanjutnya, ternyata timbul masalah yang begitu rumit yang berakhir dalam ay 59 dimana orang-orang tersebut mengambil batu lalu melempari Yesus. Disitu kita melihat 4 hal yang menyebabkan timbulnya permasalahan dimana mereka yang percaya kepadaNya akhirnya berbalik mau membunuh Yesus. Dan kita telah membahas dua masalah pertama, yaitu: 1). Problem kepercayaan itu sendiri (Problem of Faith). Kepercayaan kita pada satu agama tidaklah identik dengan iman kita, karena apabila ditelusur akan terkorek apa sebenarnya yang menjadi dasar kepercayaan yang akhirnya membuat kita memutuskan mau percaya kepada Yesus. Dan basis kepercayaan itu oleh Cornelius Van Til dikatakan sebagai satu sub struktur yang sebenarnya menjadi basis kepercayaan manusia yang hanya terbagi menjadi dua dasar pijak yang sangat mendasar: Pertama, orang tersebut ketika percaya akan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Kristus karena ia tahu Tuhan itulah yang mengatur, memiliki dan memimpin hidupnya. Dan golongan itu disebut sebagai golongan yang percaya akan kedaulatan Allah atas hidupnya. Namun mayoritas manusia justru masuk dalam golongan kedua, yaitu manusia yang menegakkan otonominya sendiri. Sehingga ketika ia mau percaya kepada Kristus sebenarnya ia hanya mau memanipulasi Kristus. Hari ini banyak orang Kristen yang perlu menguji kembali imannya. Jikalau kita mengatakan percaya Yesus, benarkah kita percaya Yesus dalam arti yang sesungguhnya, bahwa Dia adalah Juru Selamat kita, yang mengatur dan berdaulat atas hidup kita dan kita adalah hambaNya yang menyerahkan diri kepadaNya. Ataukah kita hanya mau percaya sejauh yang kita mau Tuhan ikut kepada apa yang kita inginkan karena sebenarnya kita percaya pada diri sendiri. Dalam Ibr 11:1 dikatakan: “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.”

Kedua, problem Epistemologi (pencarian kebenaran), dimana kebenaran itu berada dan bagaimana kita bersikap benar. Pada saat itu orang-orang Yahudi merasa bahwa mereka adalah orang benar dan bukannya Tuhan yang menentukan kebenaran. Hal ini menjadi basis rasionalisme modern yang berkembang luar biasa di tengah abad modern. Sedang dari kekristenan muncul tokoh teologi natural seperti Thomas Aquinas, yang mengatakan bahwa untuk tahu tentang Allah dan realita, kita tidak perlu kembali kepada firman tetapi cukup dengan alam kita dapat menganalisa, sampai kita mengetahui adanya Tuhan. Dua arus besar ini melanda dunia dan menjadikan manusia mengembangkan satu pemikiran dimana manusia merupakan ukuran atau pusat segala sesuatu, sehingga benar atau tidak adalah bergantung pada manusia. Kalau manusia sudah berpikir bahwa ia adalah penentu kebenaran, maka ini merupakan basis kondisi yang paling mengerikan dalam dunia. Saudara dan saya bukanlah kebenaran sehingga kita tidak mungkin mengerti atau menjadi penentu kebenaran. Hal ini karena: 1). Kita semua justru menjadi pencari kebenaran 2). Orang yang dirinya kebenaran tidak pernah berbuat salah, karena semua yang dipikirkan, diputuskan dan dilakukan pasti benar, sedangkan kita semua pernah memutuskan dan mengalami salah. 3). Manusia satu dengan lainnya hanya merupakan lingkaran kecil yang saling berbeda satu sama lain maka itu menunjukkan bahwa manusia bukan kebenaran. Waktu tahu bahwa kita bukan kebenaran dan sadar bahwa kebenaran harus dicari, maka sangat fatal kalau kemudian kita menutup diri dan menganggap diri kita adalah kemutlakan kebenaran. Seringkali kita begitu sombong dan menetapkan diri kita kebenaran hingga akhirnya jatuh dan saat itu baru menyesal. Kalau itu dalam tahap beresiko kecil maka kita masih dapat mengerti namun kalau akhirnya itu mengorbankan seluruh hidup karena kebodohan kita maka betapa celakanya! Seperti orang Yahudi yang menolak Kristus dan tidak mau balik kepada kebenaran, Tuhan mengatakan, “Barangsiapa berasal dari Allah, ia mendengarkan firman Allah; itulah sebabnya kamu tidak mendengarkannya, karena kamu tidak berasal dari Allah.” Mereka pada saat itu tidak mau dan tidak dapat menerima kebenaran karena sudah dijepit di dalam satu close system yang membuat mereka hanya memandang dirinya sebagai patokan kebenaran.

Selanjutnya, kita akan membahas problem yang ketiga yaitu: Problem of Fredom (masalah kemerdekaan). Tuhan mengatakan, baliklah kepada firman karena firman itu adalah kebenaran maka kebenaran itu akan memerdekakan atau membebaskan engkau. Kalimat memerdekakan itulah yang menjadi masalah serius bagi orang Yahudi saat itu. Secara politik status mereka adalah jajahan bangsa Romawi dan saat itu mereka benci sekali karena setiap tahun harus bayar upeti pada pemunggut cukai yang akhirnya dikirimkan ke Roma. Itu fakta keadaan mereka sehari-hari. Sehingga waktu Yesus mengatakan hal itu, jawaban mereka menjadi suatu ketakutan tanpa mau lagi mendengar realitanya. Masalah ini bukanlah hanya masalah orang Yahudi dua ribu tahun yang lalu tetapi justru sejak belahan abad 20 ini menjadi masalah yang sangat serius. Sekitar tahun 1960-an kebebasan menjadi gerakan yang begitu besar melanda dunia dalam gerakan yang dinamakan Counter Culture Movement, gerakan anti kebudayaan dan semua hukum yang berlaku yang mengakibatkan munculnya gerakan Hipis dengan slogannya yang dikenal yaitu V (victory). Dan pada tahun 1985 gerakan ini menjadi gerakan yang sangat besar dan liar, dan akhirnya mereka mulai memproklamasikan gerakan ini dengan satu tanda atau perayaan yang dikenal dengan nama Woodstock Life Show. Di sebuah lapangan yang sangat besar terdapat sekitar 100 ribu anak muda yang berkumpul selama beberapa hari untuk melakukan berbagai macam kegiatan yang liar, minuman keras, obat-obat terlarang dan seks bebas, dan setiap malam mereka mendengarkan musik metal untuk menunjukkan pada dunia bahwa dirinya bebas. Dan itu dianggap sebagai satu tanda kebebasan anti aturan yang menjadi gerakan besar.

Iman yang sejati bagian 5

Keempat, Perhambaan dalam kebenaran tidaklah sama konsepnya dengan menjadi hamba dosa. Alkitab membedakan dengan tajam sekali dimana ketika kita berada dalam perhambaan dosa maka kita dicengkeram oleh dosa dan dosa bersifat memperbudak, sehingga seluruh kemampuan, kapasitas dan kesadaran kita dirasuk dan tunduk mutlak dibawah pengawasan yang merasuk, seperti yang dikatakan dalam Yoh 8:4344. Sedang Roh Kudus tidak pernah dikatakan merasuk tetapi memimpin orang sehingga dengan demikian kehendak/kesadaran kita tidak dihilangkan dan karena itu kita diminta rela memperhamba diri. Dan jikalau kita menyeleweng maka kita akan mendukakan Roh Kudus.

Di dalam Perjanjian Lama ada satu contoh dimana kalau seorang Yahudi mempunyai budak maka budak itu hanya boleh menjadi budak maksimum 7 tahun dan selama itu seorang tuan Yahudi diajar untuk tidak memperlakukan budaknya semena-mena, sebab mereka adalah budak di dalam umat Allah. Sehingga setelah mereka dibebaskan, mereka mungkin tetap ingin tinggal karena tahu bahwa tuannya memperlakukan dirinya dengan baik. Maka kalau ia tetap ingin menjadi budak, ia harus dengan rela memperbudak diri kepada tuan tersebut dan sebagai tandanya akan ditindik telinganya. Sehingga inilah gambaran budak yang lain, yang rela memperhambakan dirinya sendiri. Demikian juga, Tuhan minta kita dengan rela menjadi hamba kebenaran, menundukkan diri masuk dalam kebenaran sehingga dengan demikian kita benarbenar masuk di dalam kesadaran siapa diri kita dan bagaimana kita menyerahkan diri kembali kepada kebenaran yang sejati. Tuhan tidak ingin kita menjadi robot dan memprogram seluruh hidup kita dan seolaholah kalau kita berbuat dosa, Tuhan yang salah karena tidak melarang kita berbuat. Itu terlalu jahat karena seolaholah kita tidak mau bertanggung jawab untuk dosa yang kita kerjakan. Mari kita sadar Tuhan menginginkan kita dengan rela menjadi hamba kebenaran dan tunduk di dalam firman berdasarkan apa yang Tuhan berikan, itulah yang namanya merdeka. Karena firman itulah kebenaran yang menjadikan hidup kita menjadi beres dan yang akan memerdekakan kita. Mari kita membereskan konsep-konsep yang tidak benar dalam pikiran kita tentang kemerdekaan sehingga tidak ada kekacauan di dalam pikiran kita yang membuat akhirnya kita tidak dapat mengikut Tuhan dengan lepas, bebas dan sukacita. Tuhan katakan, “Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benarbenar adalah muridKu dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Biarlah kalimat ini menjadi kalimat yang terngiang senantiasa dalam pikiran kita dan memotivasi seluruh hidup kita. Kita telah membereskan empat problem besar yaitu: Problem Iman (kepercayaan kita), Problem Epistemologi (kebenaran), Problem Kemerdekaan (kebebasan), dan Problem Perhambaan (ketaatan) yang harusnya muncul. Kalau 4 problem ini kita bereskan maka hidup kita akan menjadi hidup yang mengerti dan berada di dalam iman yang sejati. Kiranya Tuhan menguatkan dan menjadikan kita anak-anak Tuhan yang setia serta mengerti kepada siapa kita percaya.

Iman yang sejati bagian 6

Keempat, Perhambaan dalam kebenaran tidaklah sama konsepnya dengan menjadi hamba dosa. Alkitab membedakan dengan tajam sekali dimana ketika kita berada dalam perhambaan dosa maka kita dicengkeram oleh dosa dan dosa bersifat memperbudak, sehingga seluruh kemampuan, kapasitas dan kesadaran kita dirasuk dan tunduk mutlak dibawah pengawasan yang merasuk, seperti yang dikatakan dalam Yoh 8:4344. Sedang Roh Kudus tidak pernah dikatakan merasuk tetapi memimpin orang sehingga dengan demikian kehendak/kesadaran kita tidak dihilangkan dan karena itu kita diminta rela memperhamba diri. Dan jikalau kita menyeleweng maka kita akan mendukakan Roh Kudus.

Di dalam Perjanjian Lama ada satu contoh dimana kalau seorang Yahudi mempunyai budak maka budak itu hanya boleh menjadi budak maksimum 7 tahun dan selama itu seorang tuan Yahudi diajar untuk tidak memperlakukan budaknya semena-mena, sebab mereka adalah budak di dalam umat Allah. Sehingga setelah mereka dibebaskan, mereka mungkin tetap ingin tinggal karena tahu bahwa tuannya memperlakukan dirinya dengan baik. Maka kalau ia tetap ingin menjadi budak, ia harus dengan rela memperbudak diri kepada tuan tersebut dan sebagai tandanya akan ditindik telinganya. Sehingga inilah gambaran budak yang lain, yang rela memperhambakan dirinya sendiri. Demikian juga, Tuhan minta kita dengan rela menjadi hamba kebenaran, menundukkan diri masuk dalam kebenaran sehingga dengan demikian kita benarbenar masuk di dalam kesadaran siapa diri kita dan bagaimana kita menyerahkan diri kembali kepada kebenaran yang sejati. Tuhan tidak ingin kita menjadi robot dan memprogram seluruh hidup kita dan seolaholah kalau kita berbuat dosa, Tuhan yang salah karena tidak melarang kita berbuat. Itu terlalu jahat karena seolaholah kita tidak mau bertanggung jawab untuk dosa yang kita kerjakan. Mari kita sadar Tuhan menginginkan kita dengan rela menjadi hamba kebenaran dan tunduk di dalam firman berdasarkan apa yang Tuhan berikan, itulah yang namanya merdeka. Karena firman itulah kebenaran yang menjadikan hidup kita menjadi beres dan yang akan memerdekakan kita. Mari kita membereskan konsep-konsep yang tidak benar dalam pikiran kita tentang kemerdekaan sehingga tidak ada kekacauan di dalam pikiran kita yang membuat akhirnya kita tidak dapat mengikut Tuhan dengan lepas, bebas dan sukacita. Tuhan katakan, “Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benarbenar adalah muridKu dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Biarlah kalimat ini menjadi kalimat yang terngiang senantiasa dalam pikiran kita dan memotivasi seluruh hidup kita. Kita telah membereskan empat problem besar yaitu: Problem Iman (kepercayaan kita), Problem Epistemologi (kebenaran), Problem Kemerdekaan (kebebasan), dan Problem Perhambaan (ketaatan) yang harusnya muncul. Kalau 4 problem ini kita bereskan maka hidup kita akan menjadi hidup yang mengerti dan berada di dalam iman yang sejati. Kiranya Tuhan menguatkan dan menjadikan kita anak-anak Tuhan yang setia serta mengerti kepada siapa kita percaya.

27 Maret 2009

Renungan

PENJAGAMU TIDAK PERNAH TERLELAP




"Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. IA takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap" (Mazmur 121: 2-3)

Ada sebuah suku pada bangsa Indian yang memiliki cara yang unik untuk mendewasakan anak laki-laki dari suku mereka. Jika seorang anak laki-laki tersebut dianggap sudah cukup umur untuk di dewasakan, maka anak laki-laki tersebut akan di bawa pergi oleh seorang pria dewasa yang bukan sanak saudaranya, dengan mata tertutup.

Anak laki-laki tersebut dibawa jauh menuju hutan yang paling dalam. Ketika hari sudah menjadi sangat gelap, tutup mata anak tersebut akan dibuka, dan orang yang menghantarnya akan meninggalkannya sendirian. Ia akan dinyatakan lulus dan diterima sebagai pria dewasa dalam suku tersebut jika ia tidak berteriak atau menangis hingga malam berlalu.

Malam begitu pekat, bahkan sang anak itu tidak dapat melihat telapak tangannya sendiri, begitu gelap dan ia begitu ketakutan. Hutan tersebut mengeluarkan suara-suara yang begitu menyeramkan, auman serigala, bunyi dahan bergemerisik, dan ia semakin ketakutan, tetapi ia harus diam, ia tidak boleh berteriak atau menangis, ia harus berusaha agar ia lulus dalam ujian tersebut.

Satu detik bagaikan berjam-jam, satu jam bagaikan bertahun-tahun, ia tidak dapat melelapkan matanya sedetikpun, keringat ketakutan mengucur deras dari tubuhnya.

Cahaya pagi mulai tampak sedikit, ia begitu gembira, ia melihat sekelilingnya, dan kemudian ia menjadi begitu kaget, ketika ia mengetahui bahwa ayahnya berdiri tidak jauh dibelakang dirinya, dengan posisi siap menembakan anak panah, dengan golok terselip dipinggang, menjagai anaknya sepanjang malam, jikalau ada ular atau binatang buas lainnya, maka ia dengan segera akan melepaskan anak panahnya, sebelum binatang buas itu mendekati anaknya. sambil berdoa agar anaknya tidak berteriak atau menangis.

Dalam mengarungi kehidupan ini, sepertinya Tuhan "begitu kejam" melepaskan anak-anakNya kedalam dunia yang jahat ini. Terkadang kita tidak dapat melihat penyertaanNya, namun satu hal yang pasti Ia setia, Ia mengasihi kita, dan Ia selalu ada bagi kita..

Bersyukurlah

Bersyukurlah Atas Pintu-Pintu yang Tertutup


Belajarlah untuk memuji Tuhan sebanyak mungkin ketika sebuah pintu tertutup bagi kita, sama seperti ketika sebuah pintu dibukakan bagi kita. Alasan Allah menutup pintu-pintu adalah karena DIA tidak menyediakan sesuatu bagi kita di balik pintu itu.

Jika DIA tidak menutup pintu yang salah, kita tidak pernah menemukan pintu yang benar, Allah mengarahkan jalan kita melalui pintu-pintu yang tertutup dan terbuka. Ketika satu pintu ditutup, kita akan terdorong untuk mengubah rencana kita.

Pintu yang tertutup lainnya akan memaksa kita untuk mengubah rencana lagi.
Hingga akhirnya kita menemukan pintu yang terbuka dan kita melangkah menuju berkat-berkat bagi kita.

Allah mengarahkan jalan-jalan kita melalui pintu-pintu yang terbuka dan tertutup, namun biasanya bukannya memuji DIA karena pintu yang tertutup ( yang justru menghindarkan kita dari masalah ) kita sering kali menjadi marah karena kita " menilai atas apa yang tampak saja".

Kita selalu medapat pertolongan segera pada saat diperlukan. Karena DIA berjalan di atas kepala kita, DIA dapat melihat masalah yang ada di sepanjang jalan yang akan kita lalui, lalu DIA membangun penghambat jalan di sana atau bahkan membuat jalan berkelok. Namun karena kebodohan kita, kita mencoba menghancurkan penghambat jalan atau menyingkirkan tanda melalui jalan berkelok.

Kemudian, pada saat kita menghadapi masalah, kita mulai menangis "Tuhan, mengapa Engkau melakukan hal ini padaku ?" Kita harusnya menyadari bahwa pintu yang tertutup dapat merupakan suatu berkat. Tidakkah dikatakanNYA bahwa tidak ada kebaikan yang akan disembunyikan dari orang yang mencintaiNYA ?

Jika engkau di-PHK dari pekerjaanmu
- pujilah Tuhan karena kesempatan
- kesempatan baru yang akan muncul
- bisa saja suatu pekerjaan baru atau sekolah lagi.

Jika seorang pria atau wanita tidak menyambut hatimu
- mungkin bukan karena mereka sendiri, tapi mungkin Tuhan
yang mengatur sebuah penghambat jalan ( relakanlah ).

Kita kadang-kadang dapat merangkap diri kita dalam keraguan dan kekecewaan karena menilai apa yang tampak saja. Aku sungguh bergembira karena banyak kali Bapa Kita telah
menutup pintu-pintu bagiku hanya untuk membukakan pintu dalam tempat yang tak terduga.

Allah tidak akan selalu mengatakan dengan kata-kata :
"belok ke kiri, lalu ke kanan" .....kadang- kadang DIA hanya akan menutup pintu-pintu yang salah.

"FirmanMU adalah pelita bagi kakiku, dan terang bagi jalanku" Maz 119 : 105
"Langkah orang benar dipimpin oleh Tuhan; dan DIA akan menerangi jalannya" (Mazmur 37 : 23)

Bekerjalah






Nats : Efesus 4:28

Filasafat Utilitarianisme sudah meracun sistem ekonomi, pekerjaan dan etos kerja di tengah dunia sehingga akibatnya banyak orang salah mengerti dalam menjalankan kerja. Seringkali kalau kita mendengar kalimat, "Jangan mencuri," kita hanya melihat aspek ketiganya saja yaitu aspek material bahwa mencuri hanya sebatas mengambil dompet orang lain, tetapi itu bukan yang Alkitab maksudkan. Mencuri adalah ketika saudara mengambil hak yang bukan hak saudara sehingga akhirnya itu menjadi pencurian, dengan mendapatkan sesuatu yang bukan milik kita tetapi kita miliki dengan cara yang tidak tepat dan tidak halal. Sehingga pencurian bukan sekedar mengutil tetapi justru masuk dalam satu aspek yang sangat mendasar dalam pemikiran Kristen.

"Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan."

Ini merupakan prinsip yang Alkitab katakan dan hari ini kita akan melanjutkan dengan aspek kedua yaitu, "Bekerja keraslah!" Disini kita harus balik pada pengertian etos kerja Kristen sesungguhnya yang terdapat dalam Kej 2:15 (prinsip ekonomi/ oikos-nomos), yaitu: "Tuhan Allah mengambil … untuk mengusahakan dan memelihara taman itu," yang kalau kita bandingkan dalam Kej 3:17-19, "… dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu.” Abad 20 merupakan abad yang bodoh karena menjalankan filsafat perusak yang dicipta di abad 19 tanpa koreksi dan secara kritis memperhatikan bahaya yang disodorkan. Salah satu bahaya yang disodorkan oleh filsafat abad 19 adalah Utilitarianisme (asas manfaat) oleh John Stuart Mill. Filsafat tersebut sangat bersifat hedonistik, mencari keuntungan pribadi dengan cara kenikmatan duniawi yang luar biasa ditutup dengan satu slogan yang sangat manis: "Marilah kita memperjuangkan manfaat terbesar bagi orang yang terbanyak."
Maka Utilitarianisme memberikan bahaya yang besar, karena
1). Memicu prinsip egoisme dan mereka menyangkal konsep babwa manusia hakekatnya berdosa, cenderung melawan Allah, tidak suka pada kebenaran dan lebih suka merugikan orang daripada menjadi berkat. Konsep Utilitarianisme yang diterima diseluruh dunia membawa dampak terhadap globalisasi yang menghasilkan penghancuran dunia dan hari ini terjadi kerusakan ekonomi secara global.
2). Utilitarianisme menjadi perusak yang luar biasa karena akhirnya menjadi asas yang mengabsahkan pengusuran dan perugian bagi kaum minoritas. Alasan-alasan dengan menggunakan format mayoritas untuk menyingkirkan kelompok minoritas sehingga mereka tidak mempunyai hak dan kekuatan yang sama dengan kelompok mayoritas. Betapa bahayanya kalau konsep Utilitarianisme diterima oleh seseorang, karena itu akan mengorbankan orang lain dan menghancurkan kelompok lain. Konsep ini harus dikikis dari konsep pikiran manusia, ini harus kita kerjakan dan tularkan pada banyak orang sehingga pikiran kita tidak diracun oleh konsep tersebut.
3). Konsep utilitarian menjadi racun yang besar karena pada akhirnya menimbulkan satu konsep pencurian dengan menggunakan konsep risk and gain, makin besar resiko yang dilalui maka kita makin berhak untuk untung besar. Sehingga muncul konsep ditengah dunia kalau kita gagal akibat orang lain yang mencapai untung, maka itu memang resiko yang harus kita tanggung. Hal ini menimbulkan kerusakan moral dan etika kerja. Yang kuat yang akan menang sudah mensahkan kita boleh menipu orang lain dengan alasan bahwa resiko harus kita tanggung sendiri. Ini akibatnya dunia menjadi rusak didalam ekonomi karena tidak ada batasan moral terhadap hal tersebut.

Setelah kita mengerti konsep tesebut, ada 3 hal dimana kita dapat memikirkan hal ini dengan lebih teliti, yaitu: 1). Etos kerja Kristen yang sesungguhnya dalam Alkitab. 2). Bagaimana kita melihat secara paradoks kondisi dari sebelum dan sesudah kejatuhan (antara natur dengan realita) sehingga kesadaran ini muncul dalam format yang sangat kuat di tengah kekristenan. Satu jiwa paradoks antara keharusan ideal yang Tuhan tetapkan dengan fakta realita yang berlawanan jauh daripada apa yang menjadi natur kerja. 3). Dengan mengerti bagaimana memparadokskan hal diatas maka kita dapat melawan 3 filsafat dunia yang sangat meracuni konsep kerja.

Dalam Kej 2:15, sebelum manusia dicipta, Tuhan sudah menciptakan alam semesta dan isinya untuk menjadi tempat manusia berdayaguna dan manusia dicipta adalah untuk mengusahakan dan memelihara taman tersebut. Prinsip daripada Ekonomi (oikos-nomos), pengelolaan rumah tangga mengandung beberapa prinsip, yaitu: Pertama, Allah bekerja dan Ia menginginkan manusia yang dicipta menurut gambar dan rupa Allah juga bekerja. Ketika kita melihat bagaimana Tuhan Yesus bekerja, Allah yang berinkarnasi adalah Allah yang menunjukkan contoh bekerja sehingga kita seharusnya malu kalau tidak bekerja. Tuhan mencipta kita bukan sejak dunia jatuh dalam dosa tetapi sejak dunia berada dalam kemurnian dan kebenaran untuk mengelola dan memelihara taman. Berarti sejak semula tidak ada natur apapun yang tidak menyetujui manusia harus bekerja dan ketika tidak bekerja maka kita sedang melanggar natur kita. Tetapi hari ini, natur ini terus dikikis perlahan-lahan supaya seolah-olah kita boleh terus dipermudah bahkan kalau mungkin tidak perlu bekerja. Terjadi satu kesalahan efek dari satu sikap dimana sebenarnya melalui perkembangan teknologi kita dapat mengerjakan lebih banyak hal sehingga tidak dikunci dengan pekerjaan yang dapat digantikan oleh mesin dan kita dapat mendayagunakan pikiran, tenaga untuk mengerjakan hal-hal yang membutuhkan bijaksana, kemampuan serta ketrampilan yang hanya dapat dikerjakan manusia sebagai mahkluk yang lebih tinggi daripada sekedar mekanik.

Natur kerja yang Tuhan ingin manusia kerjakan harus selalu mengandung dua unsur yaitu mengusahakan dan memelihara sehingga ekonomi dapat berjalan dengan benar. Ekonomi modern sedang menghadapi tantangan besar karena menghadapi ketegangan antara dua beban besar, dimana disatu pihak gerakan rasionalisme dan perkembangan teknologi telah salah mengerti konsep mengusahakan menjadi satu citra eksplorasi yang liar luar biasa sehingga pemeliharaan tidak dikerjakan. Tetapi dilain pihak, ajaran New Age movement mengajarkan ‘back to nature’ dengan hanya memelihara tanpa mengembangkan alam. Memelihara tanpa mengusahakan alam merupakan perusakan pasif terhadap alam. Oikos-nomos didalamnya harus selalu megandung dua unsur yaitu mengembangkan dan memelihara, itulah yang disebut dengan etos kerja Kristen dan kedua hal itu harus dijalankan secara bersama (paradoks). Sehingga waktu saudara menjalankan apa yang Tuhan tuntut dalam Kej 2:15 maka saudara dapat dipakai Tuhan ditengah dunia untuk menyadarkan bagaimana mereka seharusnya bekerja.

Dan yang kedua, natur kerja yang sudah ditata oleh Tuhan begitu rupa, menjadi satu natur yang seharusnya begitu indah dan dapat dikerjakan secara tepat, sekarang oleh manusia dirusak karena manusia melawan dan menghancurkan prinsip yang Tuhan tetapkan. Kalau sebelum manusia jatuh antara ideal dengan realita terjadi keselarasan yang sangat indah tetapi ketika manusia telah jatuh maka tingkat natur ideal menjadi senjang jauh dengan realita yang dihadapi. Bumi, tempat kita garap sudah tidak bersahabat lagi sehingga akhirnya segala pekerjaan yang seharusnya menjadi natur yang cocok dengan jiwa kita sekarang menjadi sesuatu yang sangat menyulitkan dan menyusahkan serta kerja keras dengan berpeluh sampai kita boleh mencapai apa yang kita mau kerjakan (Kej 3:17-19). Idealisme kerja yang Tuhan tanam di dalam diri manusia tidak hilang, tetapi realitanya sekarang bertentangan sama sekali dari fakta itu. Seringkali ketika kita menghadapi situasi seperti ini, hati kita mulai berontak karena disatu pihak natur kerjanya masih menuntut untuk mau bekerja tetapi begitu berhadapan dengan realita kesulitan yang begitu besar, hatinya mulai memberontak bahkan tidak rela karena faktanya begitu susah dan menyakitkan. Itu semua karena kita sedang mencoba melinierkan dan bukannya memparadokskan antara dua hal tersebut. Kalau kita kembali pada Firman Tuhan hari ini, kita tahu bahwa terjadi konflik antara idealisme dengan realita yang tidak kita selesaikan secara paradoks tetapi secara linier. Bagaimana realita yang begitu jelek dan ideal yang begitu indah digarap dan dipertemukan dalam perkembangan pertumbuhan sampai akhirnya mencapai apa yang harus kita kerjakan di dalam hidup kita. Kalau kita tidak mampu demikian maka akibatnya kita tidak mampu bekerja secara tepat di tengah dunia dan akhirnya konsep kerja kita berubah menjadi konsep materialis.

Ini yang harus kita waspadai karena kalau hal ini terjadi maka langsung ada beberapa filsafat yang akan membuka mulutnya untuk menelan kita.

1). Hedonisme (filsafat Garfield). Garfield adalah satu figur yang sengaja disodorkan sebagai figur hedonisme modern yang selalu menyodorkan filosofi hedonostik dengan slogan dan penampilannya yang menggambarkan kemalasan kerja.
2). Utilitarianisme
3). Humanisme.

Filsafat ini sengaja ditiupkan supaya akhirnya menimbulkan dampak orang ingin mendapatkan keuntungan secara membabi buta dan mendapatkan perlakuan yang sangat baik padahal ia tidak bekerja. Orang Kristen harus belajar menempatkan belas kasihan secara tepat. Berdasarkan etos kerja, seseorang berhak mendapatkan upahnya dan hidup secara layak. Dunia kita ini selalu mengalami penyimpangan dalam pola berpikir kerja karena filsafat dunia berusaha menyodorkan konsep-konsep yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan kebenaran Firman. Bagaimana saudara dan saya, dengan jiwa dan sistem kerja yang kita pakai? Bagaimana saudara dan saya menjadi orang-orang yang dipakai Tuhan untuk bekerja di tengah dunia secara tepat serta bagaimana kita menularkan prinsip dan etos kerja kepada orang lain, sehingga banyak orang yang disadarkan bahwa cara kerja yang tidak beres akan merusak seluruh masyarakat. Cara kerja yang tepat, yang kembali kepada Firman adalah yang membawa kita kepada kebenaran.

Beberapa saat ini kita terus memikirkan tentang bagaimana Kekristenan menegakkan prinsip etos kerjanya. Kekristenan adalah manusia yang secara natur dalam dirinya dicipta dengan jiwa dan natur bekerja, seperti dalam Alkitab dikatakan mengusahakan dan memelihara taman dan itu dijalankan secara seimbang. Hal itu sesuai dengan prinsip dasar ekonomi (oikos-nomos) yaitu bagaimana kita diberi akal budi dan kemampuan, dipanggil oleh Tuhan menjadi pengelola sehingga menyejahterakan semua bagian. Manusia diberi kuasa pengelolaan namun juga harus bertanggungjawab terhadap pemberi otoritas, sehingga ketika bekerja itu harus direlasikan dengan bertanggungjawab terhadap Tuhan. Ini yang menjadikan kita harus sadar posisi kita secara tepat.

Waktu saya sedang mengumulkan hal ini, salah satu masalah yang paling serius dibicarakan dalam bagian ini adalah dalam II Tes 3 dimana seolah-olah Kekristenan menjadi agama yang penuh cinta kasih sehingga harus berbelas kasihan, memberikan segala sesuatu dan memperhatikan kemiskinan dengan luar biasa. Kekristenan memang merupakan agama cinta kasih tetapi itu tidak sedemikian saja dilakukan karena kita harus mengerti bagaimana memberi secara tepat. Sehingga Paulus mengingatkan dengan perkataan, "Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna" (II Tes 3:11). Dan dikatakannya pula, "…, jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." Saya rasa prinsip ini harus tegas sehingga kita mengerti bagaimana kita harus berdaya guna. Ketika mempersiapkan bagian ini, saya tertarik dengan satu buku yang ditulis dua orang Belanda, profesor bidang sosiologi dan sosial dari World Council of Churches (Dewan Gereja-gereja sedunia). Buku "Dibalik Kemiskinan dan Kemakmuran" (Beyond Poverty & Affluence) oleh Bob Goudzwaard & Harry de Lange diterbitkan Yayasan Kanisius, 1998. Di dalam membicarakan aspek kekayaan dan kemiskinan, mereka mengemukakan 6 paradoks permasalahan yang kita hadapi. Mereka membuka fakta 6 paradoks ditengah abad modern yang berkembang yang kelihatannya sangat bertentangan tetapi sebenarnya sangat terkait satu sama lain.

Pertama, Paradoks Kelangkaan. Ditengah kekayaan manusia yang seharusnya dapat dipakai untuk mengelola kesejahteraan manusia tetapi justru terjadi kelangkaaan yang bukan disebabkan oleh tidak adanya kekuatan mendayagunakan namun karena begitu banyak produksi yang diperlakukan secara tidak beres. Berjuta liter susu dibuang di sungai padahal banyak anak dalam kondisi kekurangan gizi dan membutuhkan susu. Demikian juga halnya dengan jeruk yang seharusnya dapat menjadi vitamin tanpa harus minum minuman yang mengandung bahan kimia tetapi itu semua dihancurkan demi harga produksi menjadi tidak murah. Ketika daya begitu besar, pada saat yang sama terjadi pengerusakan dan penghancuran sumber yang seharusnya dapat dipakai oleh manusia.

Kedua, Paradoks Kemiskinan. Ketika negera-negara adidaya semakin kaya, namun peningkatan kemiskinan persentasinya lebih besar daripada peningkatan incomenya karena hanya sekelompok orang yang bertambah kaya. Seperti yang pernah saya katakan bahwa jikalau tidak hati-hati maka di Indonesia akan tercipta generasi pengemis dan orang-orang yang menciptakan citra kemiskinan masa depan. Karena sistem, pola dari cara kerja atau kebijaksanaan pemerintah telah kehilangan harga diri sehingga menjadikan kita mudah menjadi pengemis. Sungguh paradoks karena disatu pihak kita melihat dunia semakin hari semakin sejahtera dan makmur namun kenyataannya tidak meniadakan jumlah pengemis yang semakin meningkat jumlahnya.

Ketiga, Paradoks Sensitifitas Keperdulian. Disatu pihak harusnya setiap kita makin maju dan makmur, semakin memikirkan kesejahteraan orang lain tetapi justru sebaliknya, berpikir bagaimana dapat menggunakan dan memanipulasi orang lain. Karena etos dan format kerja yang dicipta begitu rupa dengan jiwa utilitarian yang begitu menguasai dan mencengkeram seluruh cara hidup kita.

Keempat, Paradoks Ketenagakerjaan. Disatu pihak banyak yang membutuhkan tenaga kerja tetapi dilain pihak tidak ada tenaga kerja yang memadai dan tidak adanya kesempatan bekerja karena tidak adanya kemampuan untuk pekerjaan yang dibutuhkan, sehingga pengganguran semakin meningkat. Disini persoalannya adalah bagaimana mendidik dan menuntut kualitas orang bekerja untuk masuk dalam garis manusia. Fakta yang harus kita lihat dimana berjuta tenaga kerja bekerja dalam kondisi non human karena seringkali mereka sengaja tidak diberikan kesempatan agar kualitas mereka meningkat supaya mereka dapat diatur dan dimanipulasi. Itu merupakan pemikiran yang sangat pragmatis dan mengakibatkan kerugian besar karena berarti mereka tidak mampu memikirkan kesejahteraan secara totalitas.

Kelima, Paradoks Waktu. Makin kita mempunyai kemampuan teknologi yang mengefisienkan waktu namun kita bukan semakin kelebihan waktu tetapi justru kekurangan waktu dan semakin kekurangan kemampuan untuk menata waktu. Alkitab menuntut keseimbangan bekerja secara tepat. Yang pertama, Kekristenan menuntut kita memberikan waktu untuk melayani dan mencurahkan pikiran bagi Tuhan (Ef 4:1-16). Kedua, Tuhan memanggil kita untuk dikirim kembali ke dalam dunia, bekerja, menghasilkan buah dan menjadi contoh. Ketiga, bagaimana kita menjadi orang yang hidup sepadan ditengah keluarga sehingga mampu melayani Tuhan, bekerja serta memberikan kesaksian yang baik ditengah keluarga (Ef 5). Ini kembali pada pengertian kita tentang apa itu kerja, bagaimana kerja yang tepat dan diseimbangkan dengan pelayanan, keluarga serta semua aspek yang lain.

Keenam, Paradoks Kesehatan. Ketika negara makin maju, ternyata penyakit juga semakin banyak. Kemajuan teknologi, perkembangan sosial masyarakat tidak menjadikan manusia bertambah sehat. Goudzwaard & de Lange menyatakan 3 problem utama yang menyebabkan terjadinya keenam hal diatas, yaitu: 1). Kemiskinan. 2). Ketenagakerjaan, 3). Environment (lingkungan). Namun saya sangat tidak setuju dengan solusi yang sangat humanis yang mereka kemukakan yaitu, "Mari kita kembali pada inti Ekonomi, man and his needs (manusia dan kebutuhannya)." Sebab Firman Tuhan mengajarkan bagaimana saya bertanggungjawab dihadapan Allah mengelola alam semesta demi kesejahteraan manusia. Kalau manusia hanya memikirkan kebutuhannya maka yang menjadi pusat adalah manusia dan itu akan merusak seluruh system karena yang terjadi adalah saling berbenturnya kebutuhan yang akhirnya menjadi titik terciptanya destruksi dan tidak adanya penyelesaian apapun.
Selanjutnya, bagaimana kita menurunkan format Kristen yang seharusnya di dalam bekerja? Kembali pada Kej 2:15 dan Ef 4:28 yang kemarin kita pelajari yaitu mari kita mulai bekerja keras memikirkan pekerjaan baik yang telah dipersiapkan Allah sebelumnya dan mengerjakannya dengan tangan kita sendiri supaya dapat menjadi berkat bagi orang lain. Dengan demikian citra kerja Kristen yaitu: Pertama, God Centre Work (kerja yang berorientasi kepada Allah) dan bukan kepada diri, uang, kenikmatan serta sekularisme atau keduniawian. Mari kita mulai berpikir mengubah paradigma total, yang berarti mengubah dari format dasarnya menjadi: "Segala sesuatu adalah dari Allah, kepada Allah, dan untuk Allah, bagi Allah kemuliaan untuk selama-lamanya." Sehingga bagaimana bagaimana kita bekerja dan mulai studi hingga mulai menyelesaikan dan sampai masuk ke dunia kerja memikirkan pekerjaan apa yang Tuhan bebankan kepada kita itulah yang akan kita genapkan. Sekalipun mungkin beban begitu besar namun kita mempunyai kekuatan untuk menerobos dan tidak mudah patah karena itu dikerjakan bukan demi kepentingan kita sendiri.

Kedua, Orientasi kerja berada di dalam tanggung jawab dan bukan hasil. Seringkali waktu kita bekerja dan sekolah selalu orientasinya pada hasil dan akibatnya kita tidak mungkin mencapai ketenangan. Dalam Alkitab dikatakan bahwa berikanlah kepada kami makanan kami yang secukupnya hari ini, sehingga disini kita belajar bagaimana dapat bersandar, tahu mana bagian Tuhan dan bagian kita.

Ketiga, High Quality Effort (perjuangan mencapai kualitas tertinggi yang mungkin kita capai). Orang Kristen tidak pernah diajar untuk berbanding dengan orang lain, semangat kerja mengejar mutu yang tertinggi yang kita mampu perjuangkan, tidak pernah takut susah dan mau berkembang mencapai titik maksimal, itu yang harus kita munculkan. Kalau kita berhenti, kecuali itu merupakan titik maksimal maka itu berarti kita sangat tidak bertanggungjawab untuk setiap talenta yang Tuhan berikan.

Keempat, Truth Ethics (etika yang sejati). Truth ethics adalah panggilan kerja Kristen. Orang Kristen bukan hanya sekedar semangat kerja keras tetapi dalam Ef 4 dikatakan "melakukan pekerjaan baik" berarti pekerjaan itu harus mencapai kualitas etik tertentu yaitu kalau ketiga hal yaitu tujuan, motivasi dan caranya baik. Ini merupakan satu prinsip yang penting di dalam cara bekerja! Karena kalau orang Kristen bekerja namun tidak dapat menjadi garam ditengah dunia kerja, maka seperti dalam Alkitab dikatakan, kalau garam asinnya telah hilang maka tinggal dibuang dan diinjak orang.

Kelima, Altruistic Consideration (pertimbangan altruistik/ memikirkan berkat bagi orang lain). Berpikir bahwa apa yang Tuhan percayakan kepada kita juga harus disalurkan pada orang lain karena baik otak, kemampuan, kesempatan, harta dan segala sesuatu adalah dari Tuhan. Sehingga dikatakan ketika kita bekerja keras melakukan pekerjaan baik dengan tangan kita, supaya kita dapat dan dimampukan oleh Tuhan untuk memberi bagi mereka yang membutuhkan di dalam kekurangan.

Keenam, Menjadi berkat buat seluruh alam semesta. Bagaimana kita bekerja mendayagunakan dan mengembangkan seluruh budidaya dan potensi alam untuk kesejahteraan seluruh alam. Sehingga kerja Kristen merupakan kerja yang memikirkan 6 aspek yang menjadikan seluruh cara kerja dari mulai studi hingga bekerja akan diberkati sehingga kita mempunyai keunikan dalam bekerja. Mungkin tidak mudah mendobrak konsep yang bertahun-tahun saudara pegang, tetapi saya minta setiap kita mempunyai jiwa mengubah konsep tersebut, berproses satu langkah demi satu langkah maju, mengubah cara kerja, hidup pelayanan dan seluruh inti utama dari kerja dan studi kita supaya boleh kembali untuk kemuliaan Tuhan.

26 Maret 2009

4 Kebaikan Allah Untuk Kita,Thanks Jesus!!



1. Jesus Loves You! !

Alkitab mengatakan, "Allah begitu mengasihi dunia yang Dia memberi-Nya satu-satunya Anak, bahwa setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal"
. .
2. Kita semua telah selesai, atau berkata bahwa hal-hal yang salah.Hal ini disebut dosa, dan dosa-dosa kita telah memisahkan kita dari Allah.

The Bible says “ Alkitab mengatakan "Semua orang telah berbuat dosa dan jatuh kekurangan kemuliaan Allah." Allah adalah kudus dan sempurna, dan dosa-dosa kita memisahkan kita dari Tuhan selamanya. Alkitab mengatakan "Upah dosa adalah kematian."

Berita bagusnya adalah, sekitar 2000 tahun yang lalu,

3. Allah telah mengutus Anak hanya Yesus Kristus mati untuk dosa-dosa kita.

Ia hidup yang hidup tanpa dosa, kemudian mati di salib untuk membayar hukuman bagi dosa-dosa kita. menunjukkan kasih-Nya bagi kita di saat kami belum berdosa Kristus telah mati untuk kita."

Yesus bangkit dari mati dan sekarang Ia hidup di surga dengan Allah Bapa-Nya. Dia menawarkan kita karunia hidup kekal - hidup selama-lamanya dengan Dia di surga jika kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.Jesus berkata "Akulah jalan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa kecuali oleh saya."

Mencapai Allah dalam kasih kepada Anda dan Anda ingin menjadi anak-Nya."Karena banyak yang menerima-Nya, Ia memberikan kepada mereka hak untuk menjadi anak-anak Allah, bahkan kepada mereka yang percaya dalam nama-Nya." Anda dapat memilih untuk meminta Yesus Kristus untuk mengampuni dosa-dosamu dan datang ke dalam hidup Anda sebagai Tuhan dan Juruselamat bagi Hidup anda.


4.Jika Anda ingin menerima Kristus sebagai Juruselamat dan berpaling dari dosa-dosa Anda, Anda dapat meminta-Nya menjadi Juruselamat dan Tuhan dan ikuti doa dibawah ini!!

"Tuhan Yesus, saya percaya Anda adalah Anak Allah. Terima kasih telah mati di salib untuk dosa-dosa saya. Silakan ampunilah dosa-dosa saya dan memberikan hadiah kehidupan kekal. Saya meminta Anda ke dalam hidup saya dan jantung menjadi Tuhanku dan Juruselamat. aku ingin selalu melayani anda. "

24 Maret 2009

Love, Sex And Dating part 5


SEX YANG MENYIMPANG


Segala sesuatunya kita harus menempatkan sebisanya secara fungsional. Menyimpang dari norma-norma fungsional adalah suatu pelecehan atau meremehkan martabat dari fungsi-fungsi tersebut yang dapat berakibat menyakitkan.

Demikian pula dengan sex, apabila dilakukan dengan cara melanggar norma-norma yang ada yang sudah disepakati baik secara hukum masyarakat maupun hukum keTuhanan pada akhirnya akan memunculkan masalah besar. Melanggar hukum masyarakat :


Dekandensi moral (pesta pora, free sex)

Keresahan umum (homo, lesbian) dsb.

Penyakit-penyakit yang dimunculkan : AIDS / HIV, raja singa, penyakit menular, kematian.

Akibat-akibatnya : anak haram, bunuh diri, penghancuran hidup (masa depan dll).

Melanggar hukum Tuhan


* Imamat 18:29 “Karena setiap orang yang melakukan sesuatu pun dari segala kekejian itu, orang itu harus dilenyapkan dari tengah-tengah bangsanya.”

* Wahyu 2:21-23 “Dan Aku telah memberikan dia waktu untuk bertobat, tetapi ia tidak mau bertobat dari zinahnya. Lihatlah, Aku akan melemparkan dia ke atas ranjang orang sakit dan mereka yang berbuat zinah dengan dia akan Kulemparkan ke dalam kesukaran besar, jika mereka tidak bertobat dari perbuatan-perbuatan perempuan itu. Dan anak-anaknya akan Kumatikan dan semua jemaat akan mengetahui, bahwa Akulah yang menguji batin dan hati orang, dan bahwa Aku akan membalaskan kepada kamu setiap orang menurut perbuatannya.”

* Wahyu 21:8 “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua."


DATING SECARA TEOLOGIS


Kita harus menyadari hidup kita milik Tuhan, dan Tuhan mempunyai rencana untuk kita semua. Untuk itu dalam setiap mengambil keputusan jangan lupa sertakan Tuhan, termasuk dalam bergaul, pacaran, dan pernikahan.

Berpacaran adalah awal dan juga suatu penentuan bagi seorang remaja untuk mengenal dan kemudian mendapatkan jodoh untuk hidup bersamanya sebagai pasangan suami istri dikemudian hari.


Apabila seorang remaja mempunyai konsep ke Tuhanan yang miskin sungguh amat berbahaya bagi kelanjutan hidupnya kelak, sebab bukan tidak mungkin ia akan salah dalam memilih pasangan hidupnya yang pada akhirnya beresiko, sengsara seumur hidup, menyedihkan bukan.

Dalam Alkitab ada bimbingan bagi remaja bagaimana harus mengikuti kehendak Tuhan sebagai berikut :


2 Korintus 6:14-15 “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya?”

1 Korintus 7:33-34 “Orang yang beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan isterinya, dan dengan demikian perhatiannya terbagi-bagi. Perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus. Tetapi perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya.”

Keluaran 34:16 Apabila engkau mengambil anak-anak perempuan mereka menjadi isteri anak-anakmu dan anak-anak perempuan itu akan berzinah dengan mengikuti allah mereka, maka mereka akan membujuk juga anak-anakmu laki-laki untuk berzinah dengan mengikuti allah mereka.”

Ulangan 7:26 Dan janganlah engkau membawa sesuatu kekejian masuk ke dalam rumahmu, sehingga engkau pun ditumpas seperti itu; haruslah engkau benar-benar merasa jijik dan keji terhadap hal itu, sebab semuanya itu dikhususkan untuk dimusnahkan."

Nehemia 13:26-27 Bukankah Salomo, raja Israel, telah berbuat dosa karena hal semacam itu? Walaupun di antara begitu banyak bangsa tidak ada seorang raja seperti dia, yang dikasihi Allahnya dan diangkat oleh Allah itu menjadi raja seluruh Israel, namun dia pun terbawa ke dalam dosa oleh perempuan-perempuan asing itu. Apakah orang harus mendengar bahwa juga kamu berbuat segala kejahatan yang besar itu, yakni berubah setia terhadap Allah kita karena memperisteri perempuan-perempuan asing?”


Dalam hal ini kalau dipaksakan remaja Kristen berpacaran dengan orang yang tidak seiman, dengar nasihat bijak dari Pendeta D.L Moody “sangat sukar orang yang suci, untuk menarik ke atas orang yang berdosa. Tetapi sangatlah mudah orang suci untuk turun pada orang yang berdosa.” Butuh kerja keras bukan?


Sesungguhnya remaja harus menyadari benar bahwa keinginan hati (instink) mereka tidak selamanya baik dan benar untuk itu butuh bimbingan Tuhan. Modal awal yang baik dalam berpacaran adalah cari orang :

Takut akan Tuhan / seiman

Lihat kegiatan gerejanya

Lihat tingkah lakunya diluar gereja


DATING SECARA PSIKOLOGIS


Keterikatan secara kelakuan, emosi, dan lingkungannya yang tak terpisahkan ada dalam diri manusia. Manusia adalah mahkluk yang saling membutuhkan satu sama lain. Manusia bisa saling belajar, mengasihi, mencintai, saling tolong menolong, saling memberdayakan.


Friendship adalah satu langkah awal untuk menuju kepada yang namanya pacaran. Sebaiknya janganlah terburu-buru untuk mengatakan saya berpacaran dengan si anu, sebelum benar-benar dipikirkan dan dijajaki secara matang. Sebab ada fase-fase yang harus dijalankan :


Masing-masing harus lebih dahulu mengembangkan identitas (intelektual, emosi yang dipunyainya)

Masing-masing harus mengembangkan rasa sosialnya (bekerjasama dengan yang lainnya)

Masing-masing mengeluarkan karakter pribadinya (akal budi) yang mungkin perlu diangkat kepermukaan (bakat-bakat terpendam)


Kegagalan dengan fase-fase tersebut akan memunculkan penolakan satu sama lain yang pada akhirnya muncul keputusasaan. Begini nasib jadi bujangan (Koes Plus)

Kalau proses diatas bisa dilalui baru kita tentukan untuk menjadi pacar. Setelah itu menuju orientasi saat-saat berpacaran. Menurut Yakub B Susabda ada 2 konsep berpacaran yaitu non kristen dan kristen


Konsep non-Kristen

Konsep Kristen

Motivasi dari pergaulan, pacaran, pernikahan :

  1. Memenuhi kebutuhan sexuil instinct.
  2. Mengatasi loneliness.
  3. Mengatasi sosial pressure.
  4. Mengisi waktu, mencari pengalaman.

Motivasi :

  1. Proses pertumbuhan dan kematangan
  2. Pengenalan akan kebenaran firman Allah.

Tujuannya :

a. Untuk mendapatkan “rasa bahagia”

* Kepuasan sexuil

* Status sosial

* Mendapat penyaluran kebutuhan-kebutuhan neurotic (misal : minta terus dilayani)

* Mendapat pemenuhan dari parental instinct (punya anak-anak, dsb)

* Mendapat pemenuhan dari kebutuhan materialistic, dsb.

b. Untuk mengatasi “konflik-konflik batiniah”

* Melarikan diri dari tekanan rumah tangga orang tua.

* Menyelesaikan kasus pregnancy.

* Mengatasi guilty feeling atas perbuatannya pada teman wanitanya, dsb.

Tujuannya :

a. Pengucapan Syukur atas anugerah Allah dalam Tuhan Yesus Kristus

b.Memikul tanggung jawab kehidupan yang semakin besar.

Kebahagiaan dan kepuasaan adalah ‘hadiah’ yang disediakan Allah bagi mereka yang mengasihi Allah. (Mat. 6:31-32; Roma 5:6-11) dan bukan tujuan dari pacaran dan pernikahan.

Kemudian prosesnya bagaimana?


1. Subjektif Love & Objektif Love

Subjek : Manipulasi (memberi ada maunya)

Objek : Memberi sesuai kerelaan yang dibutuhkan si penerima


2. Envious & Jelaous Love

Envious : Kedengkian

Jelaous Love : Menuntut haknya


3. Romantis & Realistis Love

Romantis : Sifat khayalannya tinggi

Realistis Love : Lihat kenyataan


4. Berpusat pada aktifitas dan dialog

Aktifitas : Nonton, jalan-jalan, ketempat-tempat rekreasi, dan beraktifitas dosa.

Dialog : Suatu interaksi yang positif


5. Tujuan Sex & Personal

Sex : Duniawi (Melampiaskan kebutuhan sexualnya)

Personal : Mengenal lebih dalam pribadinya


KESIMPULAN


LOVE, SEX, DATING secara Teologis, psikologis dan Eskhatologis tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Dari tinjauan yang sudah dipaparkan sedemikian rupa, penulis mengharapkan kaum remaja Kristen bertambah lagi wawasan cara berpikir dan bertindak yang kemudian berkomitmen untuk menjadi orang yang berguna di masyarakat maupun di gereja dibandingkan dengan sebelumnya. Hendaknya gambaran yang utuh untuk mempermuliakan Tuhan sudah jelas terlihat dan tidak lagi samar-samar. Baca Kolose 1:16 “karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.”


Ingat 4 T : Tepat waktu, Tepat sasaran, Tepat guna dan Tepat tujuan. Jangan buang waktu!


Selamat mencoba, pasti bisa tetapi pakai konsep yang Kristen, Tuhan Yesus Kristus Memberkati.