-->

Profil Hamba Tuhan

Foto saya
Jakarta, Indonesia
Seorang Hamba Tuhan yang memiliki kerinduan untuk dapat memberkati banyak orang melalui Pastoral Konseling, dengan berbagai hal dan cara, salah satunya adalah melalui fasilitas dunia maya (Internet). Riwayat Pendidikan Teologi: - Sarjana Theology (S. Th) jurusan teologi, 1999. - Master of Art (M. A) jurusan Christian Ministry, 2002. - Master of theology (M. Th)Thn 2010. - Doctor of Ministry (D. Min)Thn 2009. God Bless You All.

Pendahuluan

Shallom, selamat datang di blog saya Pdt. Denny Harseno, M. A., D. Min. Saudara, saya senang sekali jika dapat memberkati saudara sekalian melalui setiap tulisan-tulisan dan artikel-artikel yang ada pada blog ini. Jika saudara ingin membaca setiap tulisan-tulisan dan artikel-artikel terdahulu yang ada pada blog ini, saudara cukup memilih label daftar isi blog atau dengan memilih pada arsip blog yang ada di samping kiri blog ini, dan silahkan mengisi buku tamu blog saya dibawahnya, agar saya dapat mengetahui siapa saja yang telah berkunjung diblog saya. Terima kasih atas perhatiannya, Tuhan Yesus Kristus memberkati.

12 April 2010

Kesempatan




Kesempatan atau peluang tidak datang dua kali. Demikian
ungkapan yang sering kita dengar. Itu sebabnya, kita juga sering
mendengar orang berkata: Kalau ada kesempatan jangan sampai
dilewatkan.
Kesempatan itu bagian dari anugerah waktu yang Tuhan
berikan. Bila dirangkum, waktu dalam bahasa Yunani kuno
diwakili oleh 2 kata, yakni: Kairos dan Kronos (Chronos). Kairos
adalah suatu kata Yunani kuno yang berarti “saat yang tepat atau
yang benar”. Kronos berarti: menurut kronologis atau urutan
waktu. Ini adalah waktu yang berulang; rutin. Chronos bersifat
kuantitatif, Kairos mempunyai suatu yang bersifat natural.
Terkadang, Kairos mendapatkan intervensi dari Tuhan – ia
diberikan tidak kepada semua orang – tidak pula untuk setiap
waktu – inilah kesempatan. Jadi, kesempatan adalah Kairos yang
mesti diambil; jangan terlewatkan, karena ia tidak berulang;
mungkin tidak akan terjadi lagi.
Kesempatan yang tidak boleh kita buang adalah kesempatan
yang berdampak kekal. Kalau kita ambil kesempatan sorga, maka
kita kekal selama-lamanya di sorga. Tetapi kalau kita ambil
kesempatan neraka, maka kekallah kita di neraka kelak. Tak bosanbosannya
saya selalu mengatakan kepada banyak orang, hidup
dan mati kita hanya Tuhan yang tahu pasti. Kita tidak hidup
selamanya meski kita telah menjaga pola makan, berolahraga dan
senantiasa berhati-hati tatkala beraktivitas. Suatu saat jika kloter
(kelompok terbang) kita tiba, putus sudah kita punya nyawa. Puji
Tuhan kalau kita mati sebagai anak Tuhan yang taat dan ketat
menjalankan firman-Nya, tetapi bagaimana kalau kita pass away
sementara melakukan praktik dosa? Anda pasti bisa menjawab
pertanyaan ini.
Soal masuk sorga ini bukan sekadar keyakinan, tetapi juga
praktik hidup yang sesuai untuk syarat calon para penghuni sorga.
Jika saya dan saudara hidup selaras dengan firman-Nya, sorga
adalah suatu kepastian!
Mari kita telaah firman Tuhan berikut ini: Ada juga tulisan di
atas kepala-Nya: “Inilah raja orang Yahudi” (Lukas 23:38). Tulisan
tersebut terpatri di bagian atas salib Yesus. Kalimat itu pulalah
yang memicu terjadinya dialog terakhir antara Yesus dan dua
orang penyamun yang disalibkan di kedua sisi-Nya.
Dua orang manusia yang sedang meregang nyawa di atas kayu
salib tersebut mendapatkan kesempatan terakhir berbicara
dengan Tuhan. Kesempatan ini tidak berulang; tidak datang dua
kali. Ternyata, dua penjahat ini mempunyai sikap yang berbeda
dalam mengambil kesempatan tersebut. Penjahat yang pertama,
yang berada di sebelah kiri, menggunakan kesempatannya untuk
menyampaikan sesuatu kepada Yesus dengan kata-kata yang
sebenarnya penuh ejekan dan ketidakyakinannya. Perkataannya
bernada sinisme dan tidak rendah hati. Orang ini tidak tahu diri,
sudah mau mati masih sombong. Dia merasa benar, makanya
Yesus harus menyelamatkan dia. Dia tidak merasa bersalah. Dia
penjahat yang tidak mengaku jahat.
Begitu pula dengan kita. Kita sering menggunakan azas
pembuktian efidensialisme. Kalau Engkau Tuhan, sembuhkan dong
sakitku. Mana jodohku? Kalau Engkau Tuhan, buktikan kuasa-
Mu! Mana bukti janji-Mu? Perkataan semacam ini sebenarnya sama
dengan menantang Tuhan; meragukan kemahakuasaan-Nya.
Orang-orang bertipe ini biasanya menjadi kecewa dan lalu
meninggalkan Tuhan tatkala apa yang diminta tidak terpenuhi.
Mereka tak jarang tidak mau ke gereja lagi. Bahkan, ada yang
meninggalkan pelayanannya. Kehidupan mereka kemudian
menjadi hampa tanpa dikontrol lagi oleh kebenaran Tuhan.
Akibatnya bisa ditebak, mereka pergi ke dukun. Mereka mulai
belajar mempercayai apa kata paranormal. Mereka lebih percaya
hong sui. Mereka mengandalkan kekuatan sendiri.
Sisi lain daripada orang-orang yang cepat menjadi kecewa dan
undur dari Tuhan lantaran tidak mendapatkan apa yang
diinginkannya, adalah menciptakan dirinya sebagai tuhannya
Tuhan. Mereka memaksa dan menyuruh Tuhan untuk
mengabulkan apa yang diminta. Tuhan bagai babu dan
pesuruhnya. Tuhan dijadikan seperti jin yang dalam cerita-cerita
dongeng 1001 malam ala timur tengah, pasti mengabulkan
permintaan tuannya.
Orang tipe begini akan mudah terbawa kepada pengajaran
sesat. Hati-hati! Ada beberapa bidat atau sekte yang sekarang ini
sangat genjar mewartakan ‘kebenarannya’. Mereka semakin berani
dan sangat progress menjalankan misinya, merekrut anggota baru.
Jika anda terus menjauh dari Tuhan, anda bisa menjadi seperti
orang yang tidak bertuhan, dan sangat mungkin mengikuti sektesekte
tersebut.
Kita seringkali menuntut banyak kepada Tuhan, sedangkan
kewajiban kita tidak dijalankan. Kita selalu maunya didengar oleh
Tuhan, tetapi kita tidak mau mendengar suara Tuhan. Kita mau
berkat dari Tuhan, tetapi kita tidak mau menjalankan perintah
Tuhan. Kita adalah pembantunya Tuhan. Seyogianya kita
mendegarkan dan melakukan apa yang Dia mau. Adakah
Pembantu Rumah Tangga (PRT) yang tidak menjalankan perintah
tuannya, tetapi tetap mendapatkan penghargaan (gaji) dari
tuannya?
Mungkin ada yang berkata: “Pak, penjahat itu ‘kan tidak sama
dengan sikon kita”. Jawaban saya: Kita sama dengan dia. Bedanya,
dia tahu dia mati kapan, kita tidak. Tapi jangan lupa, kalau penjahat
itu mati pelan-pelan, kita bisa mati mendadak. Saya tidak sedang
menakut-nakuti, tetapi hal ini bisa terjadi kepada saya atau juga
anda. Posisi kita dengannya sama. Kita juga tersalib. Tersalib dari
kehidupan yang lama. Karena setiap orang yang mengikut Tuhan
harus menyangkal diri dan memikul salibnya sendiri (Mat. 16:24).
Kita lihat penjahat yang kedua. Dalam Lukas 23:40: Tetapi
yang seorang menegor dia, katanya: “Tidakkah engkau takut, juga tidak
kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Tentu
kita setuju dengan pernyataan penjahat yang kedua, bahwa Yesus
tidak berbuat kesalahan. Faktanya, dalam hidup ini, seringkali
kita menyalahkan Tuhan. Mengapa begini? Mengapa begitu? Kita
merasa benar dan Tuhan salah. Kita lupa bahwa kita adalah
manusia berdosa (Rm. 3:23). Manusia sudah berdosa, justru
karena kemurahan Tuhan saja, kita bisa ada sebagaimana kita ada
hingga dengan saat ini.
Penjahat yang kedua ini hanya mengenal Yesus secara singkat.
Mungkin sebelum disalib, dia telah diisolasi dalam waktu sebulan.
Informasi tentang Yesus sedikit saja diterimanya. Tetapi penjahat
yang tersalib di sebelah kanan ini memanfaatkan waktu dengan
maksimal. Tidak demikian dengan kita yang sebenarnya memiliki
waktu yang cukup panjang untuk mengenal dan mengikuti Yesus.
Namun, kelakuan kita kerapkali mengecewakan Tuhan dan
sesama.
Mari koreksi diri sendiri, sudahkah kita mengasihi musuh kita
sebagaimana yang firman Tuhan katakan? Apakah tidak ada lagi
dendam kesumat dalam diri kita? Sudahkah kita membuang dan
menolak pikiran najis dan cabul dari hati dan pikiran ini?
Penjahat yang kedua ini tahu menempatkan dirinya jauh lebih
rendah daripada Yesus. Dia menegor temannya yang tidak tahu
diri dan tinggi hati itu. Dia merasa tidak layak Yesus dihukum
mati dan karenanya disejajarkan dengan kejahatannya. Penjahat
ini tahu, bahwa Yesus adalah Raja. Itu sebabnya dia berkata,
“Ingatlah akan aku…” Mungkin dia tahu Yesus Raja dari
sepenggal kalimat yang terletak di atas kayu salib Yesus itu.
Penjahat ini percaya Yesus Raja kendatipun tulisan itu adalah
tulisan ejekan. Pengakuan tulus dari penjahat yang kedua ini
membuat Yesus memastikan, bahwa hari itu juga dia berada di
Firdaus.
Bagaimana dengan kita? Setiap hari kita mendengar dan
melihat tentang Yesus dengan banyak penyebutan dan tulisan:
Allah Maha Kuasa, El-Shaddai, Imanuel. Telinga kita pun tiaptiap
minggu mendengar firman Tuhan. Nah, sudahkah kita
menggunakan kesempatan yang masih terbuka ini untuk
mengasihi Dia dan hidup melekat dengan-Nya? Jika belum,
bersegeralah karena kesempatan bisa jadi tidak datang lagi!

Peran Roh Kudus




Dalam rangka selalu menyertai umat-Nya, Tuhan memberikan
seorang Penolong, yaitu Roh Kudus. Roh Kudus adalah Roh
Allah. Dia memiliki peran penting dalam mengawal kehidupan
kita di dalam Tuhan. Apa sajakah peran-Nya itu?
Pertama: Roh Kudus Memerintah
Oleh karena disuruh Roh Kudus, Barnabas dan Saulus berangkat ke
Seleukia, dan dari situ mereka berlayar ke Siprus (Kis. 13:4). Para rasul
percaya betul bahwa pelayanan mereka diperintah oleh Roh
Kudus. Sebagai pelayan Tuhan, kita juga harus sadar, bahwa
pelayanan kita seharusnya karena diperintah oleh Roh Kudus,
bukan karena mau, mampu, pintar dan sempat. Kalau pelayanan
kita tidak diperintah oleh Roh Kudus, kita akan gagal di tengah
jalan. Kita cuma akan bertahan sebentar.
Saya menyaksikan banyak hamba Tuhan yang jatuh dalam dosa
karena tidak mengoptimalkan Roh Kudus yang ada dalam
dirinya. Banyak pula sesama pelayan yang saling sikut dan
berkelahi. Ada juga yang berzinah. Jatuh dalam keculasan dan
keserakahan. Banyak juga jemaat yang mau ke gereja malah ke
mall. Semua itu adalah gangguan dari si jahat. Karena iblis tidak
suka anak-anak Tuhan melakukan kebenaran.
Ada kisah nyata, seorang hamba Tuhan yang ingin
mendedikasikan pelayanannya khusus untuk para wanita tuna
susila. Mulanya dia berhasil memenangkan mereka. Namun, 5
tahun kemudian, dia malah menjadi germo. Tragis dan ironis!
Saya jadi pendeta karena diperintah oleh Roh Kudus. Jika
tidak, maka tidak ada pembelaan Tuhan terhadap saya. Anda
jangan main-main dengan pelayanan kalau tidak diperintah atau
dipanggil oleh Tuhan. Tujuh anak imam Skewa digagahi dan
dipermalukan iblis karena mereka mencoba mengusir roh-roh
jahat tanpa memiliki otoritas dari Tuhan.
Ayat 9 dari bacaan perikop kita memperlihatkan bagaimana
upaya iblis menghalangi tumbuhnya iman pada diri seorang
gubernur. Ia muncul dalam raga Elimas, seorang tukang sihir.
Pada jaman itu, pelayanan Paulus dan Barnabas diganggu oleh
kuasa tukang sihir. Pada jaman sekarang, gangguan para pendeta
adalah uang dan roh najis. Saya juga tidak luput dari gangguan
ini tentunya. Apalagi saya juga ganteng...
Suatu waktu, setelah usai ibadah. Saya diajak makan berdua
saja oleh seorang wanita cantik. Cantik buanget. Saya ‘kan tidak
buta… Dengan tegas saya menolak tawaran wanita tersebut. Saya
punya prinsip, kalau bukan suami-istri, tidak boleh makan berdua
saja. Dari apa yang saya pelajari, banyak pendeta jatuh dalam
perzinahan karena hal semacam ini. Tidak ada pendeta yang kebal
dengan hal ini. Jika ia tidak menghindar, maka jatuhlah ia dalam
dosa. Dalam suasana makan berdua tadi, tidak mungkin kita tidak
saling berbicara satu sama lain, dan berpandang-pandangan. Itu
kerbau namanya. Pastilah kita berdialog; konseling; lalu korsleting
dan akhirnya ... . Siapapun anda, kita harus berhikmat,
bijaksana dan berhati-hati dalam bersikap, karena iblis tidak
pernah menyerah. Dia terus berusaha menjatuhkan sebanyakbanyaknya
iman orang beriman.
Iblis di akhir zaman ini tidak sama dengan iblis tempo dulu
yang jelek, hitam, bergigi runcing dan menakutkan. Iblis sekarang
punya rupa yang cantik-cantik dan ganteng-ganteng. Jadi berhatihatilah!
Kedua: Roh Kudus Menghibur
Selama beberapa waktu jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria
berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut
akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan
penghiburan Roh Kudus (Kis. 9:31). Seorang ibu muda di rumah
duka berkata seperti ini kepada saya: “Pendeta, Tuhan itu jahat,
karena suami saya mati muda, padahal dia adalah tulang
punggung keluarga. Kalau dia sekarang mati, bagaimana saya
dapat menghidupi anak-anak saya? Saya tidak mau lagi ke gereja”.
Inilah sungut-sungut; tidak ada pengharapan apalagi sukacita
karena bersandar pada duniawi. Kita perlu cek dan ricek apakah
sukacita kita itu asli atau palsu. Kalau sukacita kita asli dari Roh
Kudus, maka ada uang atau tidak, tetap haleluya! Sebab,
penghiburan dari Roh Kudus pasti menghasilkan sukacita sejati.
Paulus dan Silas dalam keadaan terpenjara, tetapi mereka tetap
bersukacita. Penjara tidak bisa mematikan sukacita mereka. Ini
bukan sukacita terpaksa. Bukan pula sukacita ala dunia. Inilah
sukacita asli yang daripada Roh Kudus.
Sebagai suami-istri, tekan, atasi dan tolak segala hal-hal kecil
yang bisa merampas sukacita dari kehidupan keluargamu. Jadilah
suami-istri yang kompak dan sepakat dalam menyelenggarakan
hidup (Mat. 18:19-20), dan bersukacitalah! Karena itu akan
membahagiakan hidup dan menyehatkan kita. Orang yang
bergembira alias bersukacita, dalam dirinya akan membentuk zat
endrophin yang menambah kekebalan tubuh. Ini adalah hasil
sebuah penelitian ilmiah-medis. Sebaliknya, orang yang penuh
dengan amarah dan persungutan dan kesedihan, akan mengurangi
metabolisme tubuhnya; zat adrenalin meningkat. Dalam beberapa
waktu kemudian, giginya akan tanggal. Kemudian berlanjut
dengan berkurangnya insulin. Mata juga cepat katarak dan telinga
cepat tuli. Otak cepat pikun. Anda mau seperti itu? Maka itu,
biarkan Roh Kudus mengambil alih hidupmu secara utuh, dan
bersukacitalah!
Ketiga: Roh Kudus Membimbing
Mereka melintasi tanah Frigia dan tanah Galatia, karena Roh Kudus
mencegah mereka untuk memberitakan Injil di Asia. Dan setibanya di
Misia mereka mencoba masuk ke daerah Bitinia, tetapi Roh Yesus tidak
mengizinkan mereka. Setelah melintasi Misia, mereka sampai di Troas.
Pada malam harinya tampaklah oleh Paulus suatu penglihatan: ada seorang
Makedonia berdiri di situ dan berseru kepadanya, katanya:
“Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!” Setelah Paulus melihat
penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke
Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan, bahwa
Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orangorang
di sana. (Kis. 16: 6-10).
Pada saat sebagai manusia, Yesus sendiri pernah dibimbing
oleh Roh Kudus (Luk. 4:1). Akibat bimbingan itulah Yesus kuat
dan menang atas 3 godaan iblis, termasuk godaan konyol yang
meminta Yesus mengubah batu menjadi roti.
Ada seorang pemudi, berusia 22 tahun, datang kepada saya.
Ia minta saya berdoa agar ia mendapatkan jodoh. Sebelum berdoa
saya bertanya kepadanya, jodoh seperti apa yang ia mau.
Jawabannya membuat saya kaget. Dia menginginkan jodoh yang
wajahnya sama seperti Vic Chou, bintang film Taiwan yang
kesohor melalui film Meteor Garden itu. Nah, inilah permintaan
yang mengada-ada alias konyol. Tuhan dipaksa untuk
mengabulkan doa konyol ini. Pertanyaan saya adalah, apakah
Tuhan sanggup melakukan hal-hal kemustahilan semacam itu?
Terlalu amat sanggup kalau Tuhan mau. Kendati begitu Tuhan
tidak semau-mau-Nya. Dia berkuasa atas apa saja, tetapi tidak
mengobral kuasa-Nya dengan ngawur.
Perhatikan dalam Alkitab, sekali waktu pada saat yang sesuai
dengan kondisi, Yesus pernah menghilang di depan orang-orang
yang berbondong-bondong hendak menangkap-Nya. Yesus juga
pernah berjalan di atas air. Tetapi perhatikan pula, bahwa tindakantindakan
supra-alamiah tersebut hanya dilakukan-Nya sekali
dalam konteks yang sesuai dan proporsional. Tetapi sekarang ini
banyak pendeta yang mengeksploitasi dan mengumbar kuasa
Tuhan seolah-olah itu kuasanya sendiri. Ini salah besar! Pada
akhirnya, orang seperti ini bisa menjadi tuhan bagi jemaat.
Semakin menjadi parah lagi apabila jemaat mulai
mengkultuskannya, dan si pendeta menikmati pengkultusan itu.
Jika ada pendeta dan jemaat yang seperti ini, bertobat!
Suatu waktu, saya dalam perjalanan pulang dari Tangerang
menuju rumah saya di Kelapa Gading. Tidak biasanya, saya
merasakan kekuatiran begitu rupa seolah akan terjadi sesuatu
dalam perjalanan saya, sehingga saya tidak bakal sampai di rumah.
Apa yang harus saya perbuat, Tuhan? Roh Kudus jelas berkata
kepada saya: berdoa. Saya pun berdoa dalam bahasa Roh hampir
sepanjang perjalanan. Menjelang dekat dengan rumah saya, ketika
melintasi polisi tidur, saya merasakan keanehan di salah satu ban
mobil saya. Saya pun mampir di bengkel yang tak jauh dari situ.
Setelah diperiksa oleh mekaniknya, ternyata salah satu roda mobil
saya nyaris terlepas. Entah kenapa ada beberapa bagian yang rusak
parah. Saya pun mengerti, mengapa Roh Kudus membimbing
saya untuk berdoa dalam Roh. Kita butuh Roh Kudus selalu
membimbing kita dalam menjalani hidup ini.
Roh Kudus itu tidak keluar-masuk dari diri kita. Dalam
Perjanjian Lama memang tampak seperti itu, tetapi setelah
pencurahan Roh Kudus di loteng Yerusalem kepada para murid
yang setia menantikan janji Bapa (Kis. 1-2), Roh Kudus bersifat
menetap dalam diri orang percaya. Itu sebabnya, semakin buruk
kehidupan kita, semakin berdukalah Roh yang ada di dalam kita.
Janganlah kita mendukakan Roh Kudus!
Keempat: Roh Kudus Menguatkan
Maka jawab Petrus, penuh dengan Roh Kudus: “Hai pemimpin-pemimpin
umat dan tua-tua, jika kami sekarang harus diperiksa karena suatu
kebajikan kepada seorang sakit dan harus menerangkan dengan kuasa
manakah orang itu disembuhkan, maka ketahuilah oleh kamu sekalian
dan oleh seluruh umat Israel, bahwa dalam nama Yesus Kristus, orang
Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah
dari antara orang mati—bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri
dengan sehat sekarang di depan kamu. Yesus adalah batu yang dibuang
oleh tukang-tukang bangunan—yaitu kamu sendiri—,namun ia telah
menjadi batu penjuru. Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun
juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada
nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat
diselamatkan.” Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes
dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar,
heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus
(Kis. 4:8-13).
Dan setelah keduanya disuruh masuk, mereka diperintahkan, supaya
sama sekali jangan berbicara atau mengajar lagi dalam nama Yesus. Tetapi
Petrus dan Yohanes menjawab mereka: “Silakan kamu putuskan sendiri
manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat
kepada Allah. Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkatakata
tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar” (Kis.
4:18-20).
Petrus tadinya seorang penakut. Namun, dalam urapan Roh
Kudus, ia berani berhadapan dengan Sanhedrin (Mahkamah
Agama Israel). Banyak orang Kristen sekarang menjadi penakut.
Berhenti menjadi pelayan Tuhan. Berhenti menjadi saksi Tuhan.
Ada banyak alasan yang kerap dimunculkan manakala muncul
maksud untuk berhenti melayani Tuhan, semisal: karena dipecat
dari pekerjaan. Diputusin pacar. Banyak masalah rumah tangga,
dsbnya. Ingatlah, bahwa baik atau tidak baik waktunya, kita harus
menyaksikan bahwa Yesus adalah Tuhan, karena masih banyak
orang yang belum percaya dan hidup bersungguh-sungguh dengan
Dia. Apapun profesi kita, semua kita harus menjadi saksi Tuhan.
Tuhan akan menguatkan kita yang lemah dan tak berdaya karena
berbagai masalah, demi kerajaan-Nya diperlebar melalui kita.