-->

Profil Hamba Tuhan

Foto saya
Jakarta, Indonesia
Seorang Hamba Tuhan yang memiliki kerinduan untuk dapat memberkati banyak orang melalui Pastoral Konseling, dengan berbagai hal dan cara, salah satunya adalah melalui fasilitas dunia maya (Internet). Riwayat Pendidikan Teologi: - Sarjana Theology (S. Th) jurusan teologi, 1999. - Master of Art (M. A) jurusan Christian Ministry, 2002. - Master of theology (M. Th)Thn 2010. - Doctor of Ministry (D. Min)Thn 2009. God Bless You All.

Pendahuluan

Shallom, selamat datang di blog saya Pdt. Denny Harseno, M. A., D. Min. Saudara, saya senang sekali jika dapat memberkati saudara sekalian melalui setiap tulisan-tulisan dan artikel-artikel yang ada pada blog ini. Jika saudara ingin membaca setiap tulisan-tulisan dan artikel-artikel terdahulu yang ada pada blog ini, saudara cukup memilih label daftar isi blog atau dengan memilih pada arsip blog yang ada di samping kiri blog ini, dan silahkan mengisi buku tamu blog saya dibawahnya, agar saya dapat mengetahui siapa saja yang telah berkunjung diblog saya. Terima kasih atas perhatiannya, Tuhan Yesus Kristus memberkati.

14 Desember 2009

Kebahagiaan Versi Tuhan



Apa sebenarnya definisi kebahagiaan? Ada yang berkata, bahwa
saya akan berbahagia kalau mempunyai rumah yang bagus bahkan
mewah; mempunyai istri dan anak-anak yang baik; mempunyai
deposito; memiliki jabatan dan kekayaan. Semua itu adalah ciri
kebahagiaan menurut dunia. Bagi orang percaya, kebahagiaan
haruslah sesuai dengan definisi Tuhan.
Mari kita membaca Lukas 1:26-38 berikut ini:

Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah
kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan
dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria.
Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: “Salam, hai engkau yang
dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” Maria terkejut mendengar perkataan
itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu
kepadanya: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan
Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang
anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi
besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan
mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan
menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-
Nya tidak akan berkesudahan.” Kata Maria kepada malaikat itu: “Bagaimana
hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Jawab malaikat itu
kepadanya: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi
akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut
kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang
mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam
bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.”
Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku
menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia.

Kebahagiaan yang sejati adalah kebahagiaan karena

melakukan kehendak Allah

Bacaan alkitab di atas adalah berita natal yang disampaikan
Gabriel kepada Maria. Gabriel memang merupakan malaikat
pembawa pesan, yang kerap menyampaikan kabar gembira dari
Tuhan kepada manusia. Mendengar apa yang disampaikan
Gabriel, kontan Maria menjadi heran. Menjadi heran, karena dia
belum mempunyai suami, bagaimana mungkin bisa beranak.
Keheranan Maria adalah manusiawi. Manusiawi, karena berita
bahwa ia akan mengandung padahal belum bersuami adalah
kemustahilan, ketidakpercayaan dan berpotensi kekecewaan.
Pertanyaan seperti ini juga sering muncul dalam konteks
berbeda. Kita sering berkata, bagaimana mungkin saya dipakai
Tuhan sementara hidup saya susah, tidak punya harta benda, belum
menikah. Bukankah kalau dipakai Tuhan itu harus hidup kudus?
Maria merasa heran, Tuhan mau memakainya, padahal suami
belum punya. Keheranan Maria tersebut menggambarkan respon
manusia soal ukuran kebahagiaan; di mana kebahagiaan itu harus
mempunyai suami – jadi bukannya menerima apa yang Tuhan
kehendaki; bukannya menyerahkan diri kepada Tuhan. Singkatnya,
ukuran manusia adalah “kalau mempunyai”. Inilah yang seringkali
menjadi kegagalan kita. Itu sebabnya, ketika kita belum
mempunyai istri kita bersungut-sungut. Belum punya anak, kita
marah-marah, malah ingin bercerai. Belum punya kekayaan dan

jabatan, kita merasa kecewa dan gagal. Jika seperti itu model
perilaku kita, maka meskipun kita hidup dekat dengan Tuhan,
sebenarnya kita ini gagal dipakai oleh Tuhan.
Mempunyai dan memberhalakan sesuatu yang sifatnya tidak
kekal itu adalah salah. Hal ini yang membuat manusia sering
mengalami kekecewaan. Ketika seseorang sudah mempunyai
rumah, dia berkata betapa bahagianya saya sekarang.
Berbahagiakah dia? Belum tentu, karena nanti dia ingin punya 2
rumah lagi. Inilah kemaruknya manusia; serakah. Model orang
Kristen begini jarang untuk berkata, “Tuhan apa yang Engkau
kehendaki aku lakukan?” Konsep yang ada justru, apa yang ingin
aku miliki dan lakukan semauku. Banyak panggilan Tuhan gagal
kita lakukan dan selesaikan dengan baik, karena kita masih
memikirkan diri sendiri; panggilan itupun kita anggap mustahil.
Suatu waktu saya berbicara dengan seorang bapak yang
menurut saya sangat pandai dalam berkata-kata. Itu sebabnya
saya bilang kepadanya, bahwa dia cocok menjadi pendeta. Tetapi
dia berkata, untuk apa menjadi pendeta? Nanti kalau saya sudah
menduduki jabatan tinggi di kantor, lalu pensiun, baru mungkin
mau. Mungkin… Dia menunda panggilan Tuhan. Dia
mengganggap pekerjaan Tuhan lebih rendah dan tidak penting
ketimbang pekerjaan dan jabatannya. Saudaraku, jangan menolak
pekerjaan Tuhan dengan alasan mustahil, dan atau karena belum
mempunyai apa-apa dan menjadi siapa.
Maria belum mempunyai suami. Dengan kata lain dia hendak
berkata, “Nanti ya kalau saya sudah bersuami baru boleh Tuhan
pakai”. Memang pada saat itu, apabila ada seorang perempuan
yang belum bersuami kedapatan mengandung, maka dia pasti
akan mendapat hukuman rajam. Di samping itu, dia mengalami
ketidakenakan, karena keberadaan dan kebebasannya sebagai
perempuan lajang bakal terampas. Namun, pada ayat 38, Maria
kemudian menyadari bahwa Tuhan mau memakainya sebagai alat-
Nya. Inilah yang tepat. Tepat, karena jika Tuhan mau memakai
manusia, itu artinya Tuhan sudah memilihnya. Dalam hal ini,
Tuhan tidak perlu syarat dari manusia. Orang yang dipilih pun
tidak perlu melakukan
bargaining dengan Tuhan. Mengapa? Karena
bagi Tuhan tidak ada yang mustahil. Ketidakmustahilan bagi Allah
adalah kemenangan bagi manusia. Ini penting sekali. Untuk itu,
kita cukup berkata: “Aku ini hamba, jadilah padaku menurut
perkataan-Mu”. Jangan berkata: “Di keluargaku tidak ada turunan
pendeta, bagaimana saya bisa menjadi pendeta…” Meskipun kita
belum menjadi apa-apa dan belum bisa apa-apa, tetapi kalau
Tuhan sudah memanggil kita, kita harus siap, dan berkata: Ya
Tuhan, aku siap.
jadi, apakah kebahagiaan itu? Kebahagiaan adalah apabila kita
melakukan apa yang Tuhan kehendaki. Dalam Matius 5:6,
dikatakan:
Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran,
karena mereka akan dipuaskan
. Dalam Alkitab Bahasa sehari-hari,
ditulis dengan “orang yang selalu mau melakukan kehendak Allah,
itulah yang berbahagia”. Jadi, bukan orang yang selalu ingin
memiliki harta yang banyak yang pasti berbahagia - itu konsep
dunia.

Memberi diri kepada Allah

Dalam Matius 5:7-8, dikatakan: Berbahagialah orang yang murah
hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang
yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah
.
Inilah kebahagiaan dalam memberi. Memberi pengampunan,
kemurahan, menyayangi, mengasihi dan memberi kesucian
kepada Tuhan. Inilah berbahagia. Suami yang memberi hatinya
kepada istri; menyayangi istri itulah berbahagia. Jadi, siapa yang
memberi itulah yang berbahagia. Firman Tuhan berkata,
adalah
lebih berbahagia memberi dari pada menerima
(Kis 20:35). Jadi, kalau
kita masih uber harta, kapan kaya, kapan naik pangkat, kapan
dapat anak, kapan dapat jabatan, kapan punya rumah, kapan
hutang terbayar – itu semua konsep yang salah total tentang
kebahagiaan. Kebahagiaan menurut dunia ini adalah sampah,
demikian kata Paulus (Flp. 3:7-8).
Berkaitan dengan “memberi diri kepada Allah”, saya ingin
melontarkan pertanyaan, benarkah anda mengandalkan Tuhan?
Banyak orang yang datang konseling kepada saya, berkata begini:
“Saya tenang pak karena deposito saya banyak. Saya tenang,
karena badan saya sehat. Saya tenang, karena atasan saya sayang
kepada saya. Saya tenang, karena rumah saya dijaga banyak
satpam. Saya tenang, karena
backing saya jenderal”. Apakah itu
yang dimaksud dengan mengandalkan Tuhan? Introspeksi diri
kita, apakah ketenangan hidup yang kita alami saat ini karena
benar-benar mengandalkan Tuhan atau hal yang lain yang menjadi
andalan. Bagaimana cara mengintrospeksinya? Gampang, apabila
hal-hal lain itu tidak ada lagi pada anda, apakah anda masih bisa
tenang? Apakah kehilangan hal-hal itu bisa tetap membuat anda
berbahagia? Orang yang berbahagia adalah orang yang selalu
menaruh harapannya kepada Tuhan, dan yang mengandalkan-Nya
setiap waktu (Yer. 17:7-8).


Orang yang berbahagia adalah orang yang memberi dirinya

untuk orang lain

Matius 5:9 menulis: Berbahagialah orang yang membawa damai, karena
mereka akan disebut anak-anak Allah
.
Apabila kita menolong orang, maka orang itu akan berbahagia,
sedangkan kita yang menolong, akan 2x lebih berbahagia. Saya
pernah memberi orang yang meminta-minta. Orang itu
berjingkrak-jingkrak karena uang yang diberi kepadanya.
Ceritanya begini: Saya dan beberapa teman sedang
on the way
dengan baby benz. Mobil kami hendak memasuki gerbang tol.
Di pintu tol ada orang yang meminta-minta. Saya dengan
beberapa teman yang ada di mobil mau memberi. Kami saling
bertanya siapa yang mempunyai uang receh... Teman saya yang
di belakang salah mengerti, dia pikir kita mau membayar tol,
maka dia memberi uangnya senilai Rp 10.000. Tanpa bicara lagi,
teman saya yang menyetir mobil langsung membuka kaca dan
melempar uang tersebut ke arah si peminta-minta. Apa yang
terjadi, orang yang meminta-minta itu berjoget ria. Teman saya
yang duduk di belakang yang memberi uang Rp. 10.000 tadi
protes,
“Lho kok uang itu diberikan kepada orang yang minta-minta,
itu uang kan untuk bayar tol?” Menyadari yang sebenarnya,
kami semua tertawa terbahak-bahak, karena kami salah memberi
uang... Lihat, orang yang kami tolong berbahagia, kami pun lebih
berbahagia lagi.
Dalam ayat 46 bacaan alkitab di atas, Maria tidak memikirkan
lagi keberadaannya kalau nanti dia hamil bagaimana, padahal
belum menikah. Maria tidak lagi memikirkan kebahagiaannya
sebagai manusia, tetapi lebih memikirkan kepentingan Tuhan.
Sikap Maria yang mengorbankan keinginannya dan lebih
mengutamakan kemauan Tuhan, telah menempatkan Maria

sebagai wanita yang terhormat dan dimuliakan; orang Katolik
menjunjung tinggi bunda Maria.
Ibu-ibu, jika mau dijunjung tinggi, lakukanlah perintah Tuhan.
Dalam Yesaya 49:15,
Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya,
sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia
melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau
. (perempuan: women
bukan mother. Women artinya setiap perempuan, kendati belum
mempunyai bayi). Tuhan menyuruh kita mengambil pelajaran
tentang kasih dengan melihat kepada seorang perempuan yang
tidak akan membuang bayi yang dikandungnya. Bentuk nyata kasih
Tuhan kepada umat-Nya, terlihat seperti seorang perempuan
yang menyusui, memelihara dan melindungi anaknya. Perempuan,
sebagai apapun anda saat ini, jangan mengkhianati kasih Allah
yang dicontohkan kepadamu agar dunia dapat melihatnya.
Sekalipun di jaman
edan ini ada perempuan yang nekat dan
tega membuang bayinya, kasih Allah tidak sama dengan sikap
itu; kasih-Nya terus berlangsung sampai selamanya. Betapa
berbahagianya jika kasih Allah senantiasa nyata dalam kehidupan
kita.


17 September 2009

Sejarah Lagu " Makin Dekat, Tuhan" (Kidung Jemaat 401)


“Makin dekat, Tuhan, kepadaMu;

walaupun saliblah mengangkatku,

inilah laguku: Dekat kepadaMu;

makin dekat, Tuhan, kepadaMu…….”


Hampir semua orang Kristen mengenal lagu ini, walaupun tidak hafal lagunya namun pasti akan mengetahuinya ketika mendengar nada lagu ini dimainkan. Bahkan lagu ini sering kali dipakai sebagai soundtrack film-film besar, dan salah satunya adalah film Titanic. Banyak lagu rohani besar yang dikarang oleh wanita. Tetapi lagu ini akan disoroti "Lagu Rohani Terbesar Karangan Wanita"...menurut pandangan banyak orang.Dan dibawah ini merupakan artikel sejarah mengenai lagu ini.


Syair: Nearer, My God, to Thee, Sarah F. Adams 1841,

berdasarkan Kejadian 28:10-22.

terj. E.L. Pohan Shn. 1972.

Lagu: Lowell Mason 1856


Klik DISINI untuk mendownload & mendengar lagu ini.


Siapakah wanita yang karangannya diberi kehormatan yang demikian?

Nama pengarang itu ialah Sarah Flower Adams. Ia dilahirkan di negeri Inggris pada tahun 1805. Ayahnya seorang penerbit surat kabar yang sering membela hak-hak rakyat terhadap kaum penindas. Pernah ayahnya dipenjarakan oleh sebab ia berani menerbitkan kritik terhadap seorang pejabat tinggi.

Maka tidak mengherankan bila sebagai gadis si Sarah juga menaruh perhatian akan hak-hak asasi manusia. Pada umur masih muda ia mulai mengarang baik prosa maupun puisi. Karangan-karangannya itu dimuat dalam suatu suatu kabar yang memperjuangkan kebebasan pers, martabat kaum wanita, dan cita-cita tinggi yang sejenis.

Ada juga seorang insinyur sipil yang menyumbangkan karangannya kepada surat kabar tersebut. Namanya William B. Adams. Ia mulai bersahabat dengan Sarah Flower yang pandai mengarang itu, dan pada tahun 1834 mereka pun menikah.

Sudah lama Sarah Flower Adams bercita-cita menjadi seorang pelaku sandiwara. Baru setelah menikah, atas dorongan suaminya ia berkesempatan melakukan hal itu. Pada tahun 1837 ia muncul di panggung dengan memainkan peranan utama dalam salah satu drama luhur karangan Shakespeare.

Tetapi karier Sarah Adams dalam bidang seni drama cepat berakhir. Ketika ia masih kecil, ibunya meninggal akibat tebese. Adiknya menderita penyakit yang sama. Dan sekarang Sarah sendiri menemukan bahwa kesehatannya tidak mengizinkan dia terus mengeluarkan tenaga untuk menjadi seorang pelaku sandiwara.

Kalau seni drama tertutup baginya, seni puisi masih terbuka. Sekali lagi Ny. Adams mulai menulis syair. Ia bahkan menjadi agak tenar karena mengarang sebuah syair yang panjang tentang seorang Kristen yang mati syahid pada abad ketiga.

Sarah Adams juga mengarang kata-kata untuk nyanyian pujian. Sering ia mempelajari Alkitab untuk mendapatkan buah pikiran baru. Pada suatu hari ia tertarik akan cerita Yakub dalam Kitab Kejadian pasal 28. Ia membaca tentang masa hidup Yakub yang serba sulit. Tentu Yakub merasa sedih dan kuatir, karena ia terpaksa meninggalkan rumah dan melarikan diri dari kakaknya yang cemburuan. Di Betel Yakub tidur dengan berbantalkan batu. Di situ pun ia bermimpi tentang suatu tangga ke surga, dan para malaikat Allah yang turun naik di atasnya. Sadarlah dia bahwa Tuhan masih dekat padanya, sama seperti dahulu di rumah orang tuanya.

Dengan diilhami cerita Alkitab itu, Sarah Flower Adams menulis suatu nyanyian rohani yang telah menjadi lagu pilihan umat Kristen di seluruh dunia. Kebanyakan orang belum insaf bahwa sedikit sekali nyanyian rohani dewasa ini yang masih tetap persis seperti pada waktu ditulis semula. Hampir semuanya telah mengalami perubahan dan perbaikan sepanjang abad. Kadang-kadang ada kata-kata yang diganti sana sini; kadang-kadang ada satu baris ataupun satu bait yang diganti atau dibuang.

Lain halnya dengan syair karangan Sarah Flower Adams. Dalam bahasa aslinya, karangan yang dimuat dalam buku-buku terbitan masa kini itu persis sama seperti yang mula-mula ditulis satu setengah abad yang lalu. Tidak sepatah kata pun yang diubah; syairnya masih utuh. Bukankah hal itu turut memperkuat pendapat banyak orang tentang "Lagu Rohani Terbesar Karangan Wanita"?

Pada tahun 1841, gembala sidang dari jemaat tempat Sarah F. Adams menjadi anggota gereja hendak menerbitkan sebuah buku nyanyian pujian. Tigabelas lagu pilihan yang dikumpulkannya dalam terbitan itu adalah hasil karya Ny. Adams. Termasuk juga beberapa lagu rohani yang dikarang oleh adiknya Eliza.

Kedua wanita bersaudara yang berbakat itu sering dikunjungi oleh pengarang terkenal, yang ingin membicarakan hal-hal rohani dengan mereka. Tetapi penyakit Eliza makin lama makin parah, sehingga kakaknya Sarah harus menghabiskan banyak waktu untuk merawat dia.

Eliza meninggal pada tahun 1844. Dan--seperti yang sudah dikuatirkannya sejak lama--kakaknya Sarah juga kena penyakit tebese yang sangat ditakuti itu. Ia sendiri meninggal dunia empat tahun kemudian, pads tahun 1848.

Banyak sekali cerita yang telah dikisahkan sebagai bukti bahwa hasil karya Sarah Flower Adams itu layak disebut "Lagu Rohani Terbesar Karangan Wanita." Hanya satu di antaranya akan dikutip di sini.

Dalam tahun-tahun 1960an, seluruh dunia terkejut atas pembunuhan orang-orang Amerika yang besar, seperti Presiden John F. Kennedy, Senator Robert F. Kennedy, dan Dr. Martin Luther King. Sama juga, pada tahun 1901 seluruh Amerika Serikat terkejut atas pembunuhan Presiden William McKinley.

Setelah ia ditembak oleh si pembunuh itu, Presiden McKinley cepat menghadapi ajalnya. Sesaat sebelum nafasnya yang penghabisan, ia masih sempat bergumam kata-kata dari bait pertama "Lagu Rohani Terbesar Karangan Wanita."

Pada saat almarhum Presiden McKinley akan dikebumikan, semua gereja di seluruh Amerika membuka pintunya. Lonceng-lonceng dibunyikan. Lalu lintas berhenti di jalan. Para petani berdiri diam sejenak di samping bajak. Para pekerja menghentikan mesin di pabrik.

Sebagian orang dengan tenang berdoa dalam hati. Yang lainnya berdoa dengan suara keras. Yang lain lagi menyanyikan lagu rohani kesayangan almarhum Presiden McKinley, yang masih sempat dikutipnya menjelang ajalnya.

Siapakah pencipta musik yang selalu terdengar kalau umat Kristen sedang menyanyikan "Lagu Rohani Terbesar Karangan Wanita" itu?

Nama pengarang itu adalah Lowell Mason (1792-1872), seorang musikus Amerika. Berkat usaha Lowell Mason dan kawan-kawan seperjuangannya, pada masa kini musik menempati kedudukan yang tinggi di tanah airnya, baik di gereja maupun di sekolah. Dialah salah seorang pendiri dan penegak kedudukan musik di Amerika itu.

Pada tahun 1856 Lowell Mason telah menjadi seorang musikus yang terkenal. Dua redaktur buku musik ingin memuat sebuah nyanyian pujian hasil karya Sarah F. Adams (yang sudah meninggal delapan tahun sebelumnya). Maka mereka minta dengan sangat supaya Dr. Mason mengarang sebuah melodi untuk kata-kata tersebut.

Lowell Mason merasa agak bingung pada saat ia membaca syair rohani tentang pengalaman Yakub dahulu kala itu. Sistim sanjaknya lain daripada yang lain; tentu saja lagu biasa tak mungkin diterapkan dengan puisi yang kurang biasa itu.

Pada suatu malam beberapa waktu kemudian, Dr. Mason sudah berbaring di atas tempat tidurnya. Tetapi ia belum dapat tidur. Matanya terbuka, tetapi tak dapat melihat apa-apa karena gelap. Terus-menerus ia masih memikirkan syair karangan Sarah F. Adams. Not demi not mulai memasuki pikirannya. Dan pada keesokan harinya ia sudah dapat mencatat secara lengkap melodi yang muncul di tengah malam itu.

Tiga tahun kemudian, pada tahun 1859, terbitlah buku lagu pilihan yang diredaksikan oleh kedua kawan Lowell Mason tadi. Syair dan lagu yang untuk pertama kali dijodohkan dalam buku tersebut, kini dinyanyikan di seluruh dunia.


04 September 2009

Keselamatan dan Kristus


Disini Rasul Paulus menjelaskan bahwa: Keselamatan apapun pengertian keselamatan itu di adakan oleh Kristus, hal ini merupakan tanda ke Agungan Kristus.

Dalam tulisan Rasul Paulus banyak sekali ditulis tentang pengertian keselamatan dan tanda-tanda ke Agungan Kristus, ada beberapa sudut pandang sebagai berikut :

  1. Sudut Pandang Penyataan Langsung bahwa :

    1. Kristuslah Juruselamat yang kita nantikan dari Sorga (Flp3 : 20 ; Titus3 : 6)

    1. Keselamatan terjadi melalui Dia (1 Tes5 : 9 ; 2Tim2 : 10)

  1. Sudut Pandang Istilah Umum :

a. Kristus telah mati untuk orang- orang durhaka (Roma 5: 6 ; 8).

b. Penekanan fakta tentang kematian- Nya(Roma 8: 34 ; 14 :9).

  1. Sudut Pandang Sebagai Sumber Pendamaian (Roma 5: 10- 11 ; 2Kor 5: 18- 20 ; Ef 2: 16 ; Kol 1: 20). Dan masih banyak lagi persamaan dengan sumber damai sejahtera (Ef 2: 14- 15).

  1. Sudut Pandang Bahwa Penebusan terjadi Dalam Kristus Yesus (Roma 3: 24).

a. Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat oleh karena pemikirannya bahwa Yesus telah menjadi kutuk karena kita (Galatia 3: 13).

  1. Sudut Pandang Kristus di Hubungkan Pembenaran kita (Gal 2: 17), pengampunan kita(Kol 3: 13), dan dengan kemenangan kita (1Kor 15: 57), Kristus mendatangkan damai sejahtera (Roma 5: 1), pengharapan (Ef 1: 12).

  1. Sudut Pandang Sebagai Anak (Ef 1: 5); Janji kehidupan (2Tim1: 1); Hidup yang kekal (Roma 5; 21); Cahaya (Ef 5:14); Dan Kekayaan dalam Kemuliaan- Nya (Flp 4: 19). Penganugrahan Karunia yang mendatangkan pembenaran itu adalah Kristus.

  1. Sudut Pandang Lain: Kristuslah dasar satu- satunya yang di atas orang- orang Kristen membangun:

a. Dia adalah batu penjuru (Ef 2: 20).

b. Dia menyerahkan diri- Nya sebagai suatu kurban (Ef 2: 15).

c. Dia sebagai kurban syukur dan disebut Paskah kita( 1 Kor 5: 7).

  1. Sudut Pandang Secara Negatif , yaitu cara hukum Taurat telah diakhiri oleh Kristus artinya siapa yang menolak Kristus harus menjalani dan menaati Hukum Taurat dan tidak memperoleh apa- apa.

27 Agustus 2009

KHOTBAH TENTANG DOSA KEBOHONGAN



Pengkhotbah memberitahu pada imatnya, “Minggu depan saya merencanakan untuk berkhotbah tentang dosa kebohongan. Untuk membantu Anda memahami-nya, saya ingin Anda semua membaca Markus pasal 17.”

Pada Minggu berikutnya, ketika bersiap menyampaikan khotbahnya, ia berkata, “Saya ingin tahu berapa banyak di antara Anda telah membaca Markus 17.”

Semua orang mengacungkan jarinya. Pengkhotbah itu tersenyum dan berkata, ”Markus hanya memiliki 16 pasal. Sekarang saya akan memulai khotbah saya tentang dosa kebohongan.”



24 Agustus 2009

Priest and Lion


Seorang pendeta baru saja selesai memberitakan injil di desa sebelah. Dalam perjalanan pulang, karena hari sudah hampir malam, ia pun nekat untuk mengambil jalan pintas, melewati hutan belantara.

Di tengah hutan, ia bertemu seekor Singa yang kelihatannya sangat lapar. Ia pun berlutut dan berdoa,

“Tuhan, tolong tutuplah mulut Singa ini, agar dia tidak bisa menerkam aku”.

Ketika selesai berdoa, ia melihat sang Singa juga sedang berdoa. Sang Pendeta pun mengucap syukur,

“Oh, Tuhan, terima kasih. Kau telah memberiku seekor Singa yang baik”. Sang Singa pun lalu berkata,

“Betulll !!!, aku adalah Singa yang baik. Aku selalu berdoa mengucap syukur sebelum menyantap makananku”.


23 Agustus 2009

Meninggalkan Kemunafikan I





Matius 6 :23-24


“Jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu. Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

Pernahkan anda menonton tayangan televisi yang menyajikan sebuah atraksi film dengan setting tempat yang begitu mengagumkan. Gedung-gedung besar dan rumah-rumah yang indah yang anda saksikan nampak indah bukan. Namun apakah anda tahu bahwa sebuah rumah yang indah yang tampaknya mahal dibuat dari batu bata dengan ornament yang sangat indah, atau gedung-gedung yang nampak berdiri begitu megah dari luar itu, ternyata di bagian dalamnya ternyata tidak lebih dari kisi-kisi yang terdiri dari balok-balok penyangga berukuran tertentu yang dilengkapi katrol dan perancah. Rumah atau gedug itu hanya tampak terisi dengan penghuni tidak lebih dari durasi penayangan yang anda tonton di televise, selebihnya tempat itu kosong melompong. Luar biasa bukan. Tempat-tempat ini dibangun hanya sesuai dengan pesanan kebutuhan pembuatan acara televisi yang diinginkan. Namun, sorotan kamera mampu membuat tempat-tempat nampak sudah ada sejak lama. Ternyata semua itu palsu. Rumah, gedung, oramen – semuanya. Palsu.

Atau pernahkah anda melihat bulan? Begitu terang namun mampu menyembunyikan sisi gelap yang tidak pernah ia tunjukkan. Itulah KEMUNAFIKAN. Namun sebelum lebih jauh kita mengenal kemunafikan, saya akan mengajak anda pada satu masa untuk mengenal seorang tokoh yang dapat saya katakan cocok untuk dijadikan referensi dari kemunafikan itu. Tokoh ini hidup pada masa Perjanjian Lama. Dia adalah Rehabeam. Ya, Rehabeam memang cocok seali menjadi gambaran yang sama dengan rumah maupun gedung yang tadi kita sudah bicarakan. Ia memiliki sisi gelap yang sulit untuk dilihat oleh manusia dan mungkin hanya Tuhan yang dapat melihatnya. Dan Tuhan menyingkapkan kisah kehidupan tokoh yang satu ini kepada kita dengan gamblang dalam kitab 1 Raja-raja dan 2 Tawarikh.

Kisah tentang Rehabeam, keturunan Salomo – raja yang terkenal dengan hikmatnya itu – laksana seperti panggung drama televisi dimana sisi yang menghadap kea rah penonton kelihatan sangat asli, namun apa yang sebenarnya ada dibelakang merupakan kepalsuan.
Setelah Salomo mati, Rehabeam menggantiknnya menjadi raja atas Israel. Pada saat Rehabeam naik menjadi seorang raja ia berumur empat puluh tahun dan orang yang paling berpengaruh bagi dirinya adalah ibunya sendiri, seorang penyembah berhala. Hal ini tidak dapat dipungkiri sebab memang Salomo memiliki banyak istri dan diantara mereka banyak yang menyembah berhala, salah satunya adalah ibu dari Rehabeam (1 Raja 11:1-6). Setelah ia menjadi raja maka datanglah segenap jemaah Israel dipimpin oleh seorang yang telah beberapa lama di pengasingan, yaitu Yerobeam kepadanya untuk meminta keringanan dari pekerjaan sukar yang dibebankan ayahnya (1 Raja 12:1-4). Hal ini terjadi sebab rakyat bersungut-sungut terhadap pemerintahan raja Salomo. Raja ini begitu mulia dan bijaksana akan tetapi ia keras. Ia meminta sangat banyak kepada rakyat berupa pajak yang tinggi, dan orang harus kerja paksa untk membangun istana-istana yang serba mewah, dan kuil-kuil untuk isteri-isterinya yang mencapai seribu itu. Selama Salomo hidup rakyat sagat taat, namun sekarang cukup sudah penderitaa mereka. Mereka berharap raja yang baru membawa perubahan yang baru bagi kesejahteraan mereka.

Apakah tindakan Rehabeam? Inilah permulaan dari kemunafikannya. Rehabeam menyuruh rakyat itu untuk pulang dan bertanya kepada para tua-tua yang elah lama mendampingi Salomo sebagai penasihatnya. Dikatakan demikian:

Tetapi ia menjawab mereka: "Pergilah sampai lusa, kemudian kembalilah kepadaku." Lalu pergilah rakyat itu. Sesudah itu Rehabeam meminta nasihat dari para tua-tua yang selama hidup Salomo mendampingi Salomo, ayahnya, katanya: "Apakah nasihatmu untuk menjawab rakyat itu?" Mereka berkata: "Jika hari ini engkau mau menjadi hamba rakyat, mau mengabdi kepada mereka dan menjawab mereka dengan kata-kata yang baik, maka mereka menjadi hamba-hambamu sepanjang waktu." (1 Raja 12:5-7)

Rehabeam mengadakan sebuah sidang dengan segera dan membahas tindakan yang akan dilakukan dengan meminta pendapat para tua-tua Israel. Para tua-tua ini telah mendampingi ayahnya selama hidup dan telah melihat kehancuran Israel, namun mereka tetap setia. Para tua-tua ini memberikan sebuah nasehat yang sangat bijaksana. Nasehat ini bukan sembarangan keluar dari mulut mereka, namun atas dasar pertimbangan dan pengalaman yang mereka rasakan dan lihat sendiri bagaimana Salomo akhirnya jatuh dan Israel berada dalam ambang kehancuran. Mereka menganjurkan kepada Rehabeam untuk menjadi seorang raja yang sejati sekaligus seorang hamba yang sejati, tidak seperti apa yang dilakukan oleh ayahnya. Namun tindakan yang dilakukan oleh Rehabeam sangat berlawanan dengan nasehat para tua-tua itu.

Meninggalkan kemunafikan II

Alkitab melanjutkan:

Tetapi ia mengabaikan nasihat yang diberikan para tua-tua itu, lalu ia meminta nasihat kepada orang-orang muda yang sebaya dengan dia dan yang mendampinginya. (1 Raja 12:8)
Rehabeam memutuskan untuk mengabaikan nasihat para tua-tua itu dan lebih memilih untuk mendengarkan nasihat dari orang-orang yang sebaya dengan dia:

Katanya kepada mereka: "Apakah nasihatmu, supaya kita dapat menjawab rakyat yang mengatakan kepadaku: Ringankanlah tanggungan yang dipikulkan kepada kami oleh ayahmu?" Lalu orang-orang muda yang sebaya dengan dia itu berkata: "Beginilah harus kaukatakan kepada rakyat yang telah berkata kepadamu: Ayahmu telah memberatkan tanggungan kami, tetapi engkau ini, berilah keringanan kepada kami—beginilah harus kaukatakan kepada mereka: Kelingkingku lebih besar dari pada pinggang ayahku! Maka sekarang, ayahku telah membebankan kepada kamu tanggungan yang berat, tetapi aku akan menambah tanggungan kamu; ayahku telah menghajar kamu dengan cambuk, tetapi aku akan menghajar kamu dengan cambuk yang berduri besi." (1 Raja 12:9-11)

Setelah tiba waktunya hari yang dijanjikan itu, maka kini saatnya Rehabeam, sang raja baru itu mengumumkan keputusan apa yang akan diambil. Perhatikanlah dengan seksama keputusan mana yang akan diambilnya:

Pada hari lusanya datanglah Yerobeam dengan segenap rakyat kepada Rehabeam, seperti yang dikatakan raja: "Kembalilah kepadaku pada hari lusa." Raja menjawab rakyat itu dengan keras; ia telah mengabaikan nasihat yang diberikan para tua-tua kepadanya; ia mengatakan kepada mereka menurut nasihat orang-orang muda: "Ayahku telah memberatkan tanggungan kamu, tetapi aku akan menambah tanggunganmu itu; ayahku telah menghajar kamu dengan cambuk, tetapi aku akan menghajar kamu dengan cambuk yang berduri besi." (1 Raja 12:12-14)
Rehabeam melakukan suatu strategi yang sangat licin dengan mula-mula meminta nasihat kepada para tua-tua. Sebenarnya ia tidak membutuhkan nasihat melainkan pembenaran, sebab ia telah memiliki jawaban sendiri atas permintaan umat Israel. Agar seolah-olah ia nampak sebagai raja yang demokratis, maka ia meminta juga nasihat dari kalangan muda. Namun sesungguhnya pembenaran dari kaum muda inilah yang ia nantikan. Ia ingin menjadi otoriter, bahkan melebihi rezim ayahnya. Bahkan ia mengatakan bahwa ayahnya menghajar bangsa itu dengan cambuk, namun ia akan menghajar bangsa itu dengan cambuk besi. Cambuk biasa adalah sebuah tali kulit yang diikatkan kepada satu pegangan dan bisanya digunakan untuk memukul hewan ternak agar mau bergerak untuk bekerja. Sedangkan cambuk berduri besi adalah sebuah pegangan yang diberi dua belas tali kulit dan ujung dari masing-masing tali itu diikatkan dengan potongan tulang atau besi tombak. Jelas sekali ia menginginkan agar bangsa itu bekerja kepadanya melebihi dari pada kerja mereka kepada ayahnya.

Meninggalkan kemunafikan III

Sebuah pertanyaan sederhana muncul. Mengapa ia harus meminta nasihat dari para tua-tua Israel jika ternyata sebenarnya ia sendiri sudah memiliki jawaban atas permintaan itu bangsa itu? Pertanyaan sederhana seyogyanya hanya membutuhkan jawaban sederhana. Kemunafikan. Ya, kemunafikan. Inilah sikap asli dari Rehabeam. Di depan kamera, ia nampak seperti seorang raja yang sangat bijaksana, yang mendengarkan semua nasihat dan masukan dari berbagai kalangan, namun sesungguhnya ini adalah suatu hal yang dapat saya kategorikan sebagai konseling palsu. Suatu sikap yang kelihatan seolah-olah baik namun memiliki sisi yang gelap.
Apakah konsekwensi dari semua itu? Apakah keinginan serakah Rehabeam yang dibungkus dengan kemunafikan yang manis itu menjawab kebutuhan dari bangsa yang dipimpinnya? Kita tidak perlu berlama-lama untuk mengetahuinya, sebab segera setelah itu bangsa itu memberontak dan terjadi perang saudara yang mengerikan dan pertama kali dalam sejarah bangsa pilihan Allah itu. Yerobeam, pemuda yang pernah mengasingkan diri itu akhirnya diangkat sebagai raja memimpin sepuluh suku yang menyatakan melepaskan diri dari kepemimpinan Rehabeam – raja kejam itu – dan mendirikan kerajaan baru yang dinamai Israel, beribu kota di Samaria. Dan dua suku lagi, tetap setia mendukung Rehabeam dan menduduki tanah Yehuda dan Benyamin, serta menjadikan Yerusalem sebagai ibukota mereka.
Namun kemunafikan Rehabeam tidak berhenti disitu saja. Mari kita lihat apa yang Alkitab katakan tentang kehidupan rumah tangga Rehabeam:

Rehabeam mengambil Mahalat, anak Yerimot bin Daud dan Abihail binti Elhiab bin Isai, menjadi isterinya, yang melahirkan baginya anak-anak lelaki ini: Yeush, Semarya dan Zaham. Sesudah Mahalat ia mengambil Maakha, anak Absalom, menjadi isterinya, yang melahirkan baginya Abia, Atai, Ziza dan Selomit. Rehabeam mencintai Maakha, anak Absalom itu, lebih dari pada semua isteri dan gundiknya—ia mengambil delapan belas isteri dan enam puluh gundik dan memperanakkan dua puluh delapan anak laki-laki dan enam puluh anak perempuan. (2 Taw 11:18-21)

Sesungguhnya bila diperhatikan Rehabeam telah melakukan sesuatu yang baik. Mengapa demikian? Karena ia mengambil istri bukan dari orang di luar Yahudi. Ya, ia menikahi sepupunya dan memilih beberapa istri dari keluarga kerajaan. Peempuan-perempuan yang ia nikahi bukan penyembah-penyembah berhala. Namun, perhatikan dengan lebih seksama, apakah yang salah dengan hal ini? Sesungguhnya pernikahan ini juga kemunafikan semata. Mengapa saya berkata demikian? Sebab Rehabeam melakukan kesalahan yang sama yang dilakukan oleh Daud dan Salomo. Daud menutupi tindakannya yang tidak berkenaan bagi Allah – membunuh dan poligami (sebab Allah melarang raja memiliki banyak istri) – dengan tidak terpengaruh dengan agama atau kepercayaan musuhnya. Daud seakan-akan nampak seperti pembela iman sejati bagi bangsa Israel, namun tindakan ini tetap saja dilakukan untuk menutupi dosa-dosanya. Demikian juga dengan Salomo, dimana kia membangun Bait Allah yang megah untuk menutupi tindak tanduknya yang tidak berkenan di hadapan Allah. Bagi bangsa Isarel, Salomo tampil sebagai raja yang sangat bijaksana dan mulia, namun pada akhirnya ia juga jatuh ke dalam penyembahan berhala istri-istrinya.

Hal inilah yang dilakukan oleh Rehabeam. Ia seolah-olah nampak setia dengan mengikuti perintah Tuhan untuk mengambil istri dari bangsanya sendiri, namun ia lupa bahwa Allah tidak menyuruh dia untuk megambil banyak istri. Namun demikian, anda jangan puas dulu mendengar bahwa kemunafikan Rehabeam hanya berhenti sampai disitu. Ternyata kemunafikan tokoh kita yang satu ini masih berlanjut.

Adapun Rehabeam, anak Salomo, ia memerintah di Yehuda. Rehabeam berumur empat puluh satu tahun pada waktu ia menjadi raja, dan tujuh belas tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem, kota yang dipilih TUHAN dari antara segala suku Israel untuk membuat nama-Nya tinggal di sana. Nama ibunya ialah Naama, seorang perempuan Amon. (1 Raj 14:21)
Dapatkah anda menemukan sesuatu yang menarik dari nats diatas? Bagai saya ada hal yang sungguh menarik yangd apat dipelajari. Dalam nats itu, penulis 1 Raja-Raja menyandingkan nama Yerusalem – kota yang dipilih Tuhan itu – dengan Naama – nama ibu Rehabeam, yang berarti “kemanisan”, “kenyamanan” – seorang perempuan Amon. Sebagaimana kita ketahui bani Amon adalah penyembah-penyembah dewa-dewa kejijikan yang bernama Milkom dan Molokh (1 Raja 11:5-7). Merrill F. Unger dalam Unger’s Bible Dictionary mengatakan bahwa:
Molokh adalah dewa Semit yang menjijikkan yang dihormati dengan cara mengorbankan anak-anak, di mana mereka harus berjalan melewati atau masuk ke dalam api. Penggalian yang dilakukan oleh orang-orang Palestina telah menemukan bukti-bukti berupa tengkorak anak-anak di tempat-tempat penguburan di sekitar kuil-kuil penyembahan berhala. Bangsa Amon menganggap Molokh sebagai bapa yang melindungi. Tidak ada penyembahan Semit kuno yang lebih menjijikkan daripada penyembahan terhadap Molokh.

Salomo semasa hidupnya mengijinkan istri-istrinya menyembah berhala mereka. Termasuk Naama, ibu Rehabeam, dan selama masa hidup Rehabeam belum menjadi raja ia tumbuh dalam didikan berhala ibunya. Bahkan lebih tragis lagi, pada akhirnya ayahnya, yaitu Salomo ikut juga dalam praktik penyembahan berhala yang menjijikkan ini. Jadi tidaklah mengherankan kalau pada akhirnya Rehabeam membawa bangsa ini menjauh dari Tuhan, sebagaimana tercatat dalam:

Tetapi orang Yehuda melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dan mereka menimbulkan cemburu-Nya dengan dosa yang diperbuat mereka, lebih dari pada segala yang dilakukan nenek moyang mereka. Sebab merekapun juga mendirikan tempat-tempat pengorbanan dan tugu-tugu berhala dan tiang-tiang berhala di atas setiap bukit yang tinggi dan di bawah setiap pohon yang rimbun. Bahkan ada pelacuran bakti di negeri itu. Mereka berlaku sesuai dengan segala perbuatan keji bangsa-bangsa yang telah dihalau TUHAN dari orang Israel. (1 Raja 14:22-24).

Sungguh ironis nasib keturunan Daud – orang pilihan itu – yang hancur dalam sebuah pemberontakan kepada Allah yang dapat dikatakan sempurna. Isarel menjadi alat Tuhan untuk menghalau bangsa-bsang yang berlaku keji, namun saat ini justru Israel sendiri yang melakukan kekejian itu. Tanah Perjanjian yang sebelumnya tercemar dengan segala bentuk kekejian di mata Allah telah dibersihkan dengan susah payah oleh Yosua, namun kini justru kecemaran yang telah dibersihkan itu yang mencemari Israel. Yerusalem, kota pilihan Tuhan itu, kini telah menjadi kota Molokh dan Milkon, dewa kekejian.

Berhentikah kemunafikan Rehabeam? Anda boleh menghela nafas sebentar atau mulai geram, mengapa orang yang kemunafikannya berlipat ini bisa mengisi lembaran sejarah dalam Alkitab yang suci itu, bahkan masih ada lagi, kata saya. Anda boleh saja geram, namun anda nanti akan mengerti mengapa semua itu dituliskan untuk anda. Baiklah kita akan mengungkap kemunafikan apalagi yang dilakukan tokoh luar biasa ini (luar biasa keburukannya).
Maka majulah Sisak, raja Mesir itu, menyerang Yerusalem. Ia merampas barang-barang perbendaharaan rumah TUHAN dan barang-barang perbendaharaan rumah raja; semuanya dirampasnya. Ia merampas juga perisai-perisai emas yang dibuat Salomo. Sebagai gantinya raja Rehabeam membuat perisai-perisai tembaga, yang dipercayakannya kepada pemimpin-pemimpin bentara yang menjaga pintu istana raja. Setiap kali raja masuk ke rumah TUHAN, bentara-bentara datang membawa masuk perisai-perisai itu, dan mereka pula yang mengembalikannya ke kamar jaga para bentara. ( 2 Taw 12:10-11)

Sekali lagi saya mengajukan sebuah pertanyaan kepada anda. Adakah yang menarik dari pernyataan nats ini? Bagi saya ada! Yerusalem diserahkan oleh Tuhan Allah ke tangan raja Siasak dari Mesir. Bisa jadi hal ini dilakukan Allah untuk menghukum bangsa yang tegar tengkuk ini. Dalam penyerangan ke Yerusalem ini, raja Sisak merampas semua barang-baranng perbendaharaan rumah raja. Tidak puas sampai disitu, raja Sisak juga merampas perbendaharaan rumah Tuhan termasuk perisai emas yang dibuat Salomo sebagai lambang kekayaan dan keperkasaan ikut dirampasnya. Namun apa yang dilakukan oleh Rehabeam. Rehabeam mencoba menipu seluruh umat Israel dengan menggantikan perisai emas itu dengan perisai dari tembaga. Sebuah usaha yang dapat dikatakan sukses. Mengapa demikian? Sebab perisai tembaga itu akan mengkilap seperti emas apabila digosok. Oleh sebab itulah ia menyuruh para bentaranya untuk menjaga perisai-perisai imitasi itu. Sukses bukan? Namun Rehabeam lupa bahwa sekalipun ia mampu mengelabui seluruh umat Yehuda, namun ia tidak dapat mengelabui Allah dan juga ia tidak dapat mengubah nilai tembaga menjadi sama seperti nilai emas.

Sekarang apakah anda sudah mengerti dan mengenal siapa Rehabeam? Apakah anda masih bertanya mengapa tokoh yang menyebalkan ini tercatat dalam Alkitab yang suci ini? Apa untungnya saya membaca dan mengetahui cerita ini? Sebelum saya membantu anda menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, ijinkan saya bertanya sekali lagi kepada anda secara pribadi, apakah anda sama seperti Rehabeam?

Meninggalkan Kemunafikan IV

Dari uraian mengenai Rehabeam diatas, kita memeplajari satu hal yang penting yaitu janganlah menjadi orang yang munafik. Yesus dengan tegas menegur murid-muridnya demikian “Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.” (Mat. 6:5). Sesungguhnya apa yang salah dengan orang munafik? Dengan tegas saya mengatakan banyak salahnya. Perikop pembuka kita mengatakan bahwa tidak mungkin kita dapat mengabdi kepada dua tuan, sebab bila demikian maka besar kemungkinan kita akan mengkhianati salah satunya.

Pengkhianatan! Ya, pengkhianatan adalah salah satu ciri dari kemunafikan. Orang-orang yang munafik akan dekat dengan pengkhianatan. orang-orang munafik akan mengatakan bahwa ia mempercayai Yesus sepenuhnya sambil mencari jawaban atas pergumulannya kepada kepercayaan-kepercayaan yang menyesatkan. Dengan mudahnya seorang yang munafik akan meninggalkan tuannya hanya untuk kepuasan pribadinya. Hal inilah yang dilakukan oleh Rehabeam. Ia rela meninggalkan perjanjian Allah dengan leluhurnya hanya demi kenikmatan yang sesaat. Padahal ia tahu sejarah bagaimana Tuhan Allah Israel mengeluarkan mereka nenek moyangnya dari tanah perbudakan dengan disertai tanda-tanda mujizat itu. Tapi baginya perjanjian itu hanya sampah. Orang munafik akan dengan mudah mengubah sesuatu yang berharga menjadi tidak berharga dan sesuatu yag tidak berharga justru dianggapnya menjadi berharga.

Selain pengkhianatan, ciri kemunafikan adalah sikap haus dengan pujian. Dalam Lukas 12:1 Yesus dengan keras memperingatkan murid-muridnya demikian: “Sementara itu beribu-ribu orang banyak telah berkerumun, sehingga mereka berdesak-desakan. Lalu Yesus mulai mengajar, pertama-tama kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi”. Yesus tidak menginginkan murid-muridnya menjadi munafik sama seperti orang-orang Farisi. Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat pada masa itu berdoa di lorong-lorong jalan agar semua penduduk melihat mereka sebagai orang yang rohani. Sikap ini sangat ditentang oelh Yesus. Orang-orang yang haus dengan pujian sering menipu dirinya sendiri. Sebagaimana yang dikatakan dalam Galatia 6:3, sebagai berikut: “Sebab kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri.”
Oleh sebab itu jadilah orang-orang Kristen yang dewasa. Menjadi orang Kristen yang dewasa merupakan dambaan setiap orang dan merupakan suatu tingkatan yang harus diraih. Untuk mencapainya kadangkala diperlukan hati yang rela untuk berkorban dan juga harus mengedepankan kerendahan hati. Nilai hidup manusia dewasa ini sering diukur dengan banyaknya harta yang dimiliki matau dengan ketampanan, kecantikan dan kegagahan.

Untuk itu sebagai orang Kristen jadlah orang-orang Kristen yang menunjukkan kedewasaan dalam keteladanan. Ciri-ciri orang Kristen yang dewasa antara lain:

1. Sikap Bersyukur
AKU TAK SELALU MENDAPATKAN APA YANG KUSUKAI, OLEH KARENA ITU AKU SELALU MENYUKAI APAPUN YANG AKU DAPATKAN.

Kata-kata diatas merupakan wujud syukur. Syukur merupakan kualitas hati yang
terpenting. Dengan bersyukur kita akan senantiasa diliputi rasa damai, tentram
dan bahagia. Sebaliknya, perasaan tak bersyukur akan senantiasa membebani kita. Kita akan selalu merasa kurang dan tak bahagia. Ada dua hal yang sering membuat kita tak bersyukur. Pertama, kita sering memfokuskan diri pada apa yang kita inginkan, bukan pada apa yang kita miliki. Katakanlah anda telah memiliki sebuah rumah, kendaraan, pekerjaan tetap, dan pasangan yang terbaik. Tapi anda masih merasa kurang.

Pikiran anda dipenuhi berbagai target dan keinginan. Anda begitu terobsesi oleh
rumah yang besar dan indah, mobil mewah, serta pekerjaan yang mendatangkan lebih banyak uang.

Bila tak mendapatkannya kita terus memikirkannya. Tapi anehnya, walaupun sudah mendapatkannya, kita hanya menikmati kesenangan sesaat. Kita tetap tak puas, kita ingin yang lebih lagi. Jadi, betapapun banyaknya harta yang kita miliki, kita tak pernah menjadi "KAYA" dalam arti yang sesungguhnya. Mari kita luruskan pengertian kita mengenai orang ''kaya''. Orang yang "kaya" bukanlah orang yang memiliki banyak hal, tetapi orang yang dapat menikmati apapun yang mereka miliki. Tentunya boleh-boleh saja kita memiliki keinginan, tapi kita perlu menyadari satu hal
bahwa inilah akar perasaan tak tenteram. Kita dapat mengubah perasaan ini
dengan berfokus pada apa yang sudah kita miliki. Cobalah lihat keadaan di sekeliling Anda, pikirkan yang Anda miliki, dan syukurilah. Anda akan merasakan
nikmatnya hidup. Pusatkanlah perhatian Anda pada sifat-sifat baik atasan,
pasangan, dan orang-orang di sekitar Anda. Mereka akan menjadi lebih
menyenangkan. Seorang pengarang pernah mengatakan, ''Menikahlah dengan orang yang Anda cintai, setelah itu cintailah orang yang Anda nikahi.'' Ini perwujudan rasa syukur. Hal kedua yang sering membuat kita tak bersyukur adalah kecenderungan
membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kemanapun kita pergi, selalu ada orang yang lebih pandai, lebih tampan, lebih cantik, lebih percaya diri, dan lebih kaya dari kita. Rumput tetangga memang sering kelihatan lebih hijau dari rumput di pekarangan sendiri.
Ada cerita menarik mengenai dua pasien rumah sakit jiwa. Pasien
pertama sedang duduk termenung sambil menggumam, "Lulu, Lulu". Seorang
pengunjung yang keheranan menanyakan masalah yang dihadapi orang ini. Si dokter menjawab, "Orang ini jadi gila setelah cintanya ditolak oleh Lala." Si
pengunjung manggut-manggut, tapi begitu lewat sel lain ia terkejut melihat
penghuninya terus menerus memukulkan kepalanya di tembok dan berteriak,"Lala, Lala". "Orang ini juga punya masalah dengan Lala ?" tanyanya keheranan. Dokter kemudian menjawab, "Ya, dialah yang akhirnya menikah dengan Lala". Hidup akan lebih bahagia kalau kita dapat menikmati apa yang kita miliki. Karena itu bersyukur merupakan kualitas hati yang tertinggi. Seorang ibu yang sedang terapung
di laut karena kapalnya karam, namun tetap berbahagia. Ketika ditanya kenapa
demikian, ia menjawab, "Saya mempunyai dua anak laki-laki. Yang pertama sudah meninggal, yang kedua hidup ditanah seberang. Kalau berhasil selamat, saya sangat bahagia karena dapat berjumpa dengan anak kedua saya.Tetapi kalaupun mati tenggelam, saya juga akan berbahagia karena saya akan berjumpa dengan anak pertama saya di surga".
Bersyukurlah!

Bersyukurlah bahwa kamu belum siap memiliki segala sesuatu yang kamu inginkan. Seandainya sudah, apalagi yang harus diinginkan ? Bersyukurlah apabila kamu tidak tahu sesuatu. Karena itu memberimu kesempatan untuk belajar. Bersyukurlah untuk masa-masa sulit. Di masa itulah kamu tumbuh.

Bersyukurlah untuk keterbatasanmu. Karena itu memberimu kesempatan untuk
berkembang. Bersyukurlah untuk setiap tantangan baru. Karena itu akan membangun kekuatan dan karaktermu. Bersyukurlah untuk kesalahan yang kamu buat. Itu akan mengajarkan pelajaran yang berharga. Bersyukurlah bila kamu lelah dan letih. Karena itu kamu telah membuat suatu perbedaan. Mungkin mudah untuk kita bersyukur akan hal-hal yang baik. Hidupyang berkelimpahan datang pada mereka yang juga bersyukur akan masasurut. Rasa syukur dapat mengubah hal yang negatif menjadi positif. Temukan cara bersyukur akan masalah-masalahmu dan semua itu akan menjadi berkah bagimu.

2. Taat kepada Firman Tuhan. Tuhan Yesus taat sampai akhir hidupnya kepada Bapa, oleh karena itu sepantasnyalah kita menjadikan-Nya teladan di dalam hidup kita. Kita harus taat kepada firman Tuhan, karena firman Tuhan adalah untuk kebaikan hidup kita. Jangan pernah ragu-ragu terhadap apa yang Tuhan perintahkan, karena apa yang ia firmankan pasti digenapi.

3. Peka terhadap Kehandak Allah. Memiliki kepekaan terhadap kehenda Allah tidak terjadi dan datang begitu saja dalam diri kita, tetapi harus kita latih dengan bergaul karib dengan Allah melalui media doa. Hubungan kita dengan Allah menentukan kepekaan kita terhadap kehendak Allah.

4. Mengijinkan Roh Kudus. Roh Kudus adalah oknum yang diutus Allah menjadi teman “seperjuangan” dengan kiat dalam mengarungi masa hidup kita di bumi ini. Jadi ijinkan Roh kudus berkarya dalam hidup kita.

5. Memiliki Motivasi yang benar di hadapan Allah. Orang yang dewasa rohaninya tidak gampang kecewa dan sakit hati. Karena orang yang dewasa rohaninya memiliki motivasi yang benar di hadapan Allah.

Untuk itu para pembaca yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus. Kemunafikan hanya akan membawa kita kepada kehancuran. Kemunafikan hanya akan mendatangkan kekejian di hadapan Tuhan. Tanggalkan semua itu dan tinggalkan. Hiduplh dala kebenaran yang sejati dari firaman Tuhan.

28 Juli 2009

Humor Turis Indonesia ke Israel



Pada suatu ketika ada seorang turis tapanuli asal Indonesia yang sedang

berlibur di Israel berkeliling disekitar danau Galilea.

Ketika dilihatnya ada penyewaan perahu,

dia berniat untuk menawar perahu tersebut untuk keliling-keliling di danau Galilea

dan diberitahukan oleh pemilik perahu bahwa sewa perahu US$10/jam.



"Mahal kali ?!!!!!! Di danau Toba, negara saya Indonesia ,

sewa perahu nggak sampai
separuhnya. Itu pun sudah puas naik perahu berkeliling! !"


Pemilik perahu menjawab, "Ini kan, di Israel, bukan di Indonesia . Perlu saya

beritahukan kepada anda, bahwa di danau inilah Tuhan Yesus berjalan di atas air....."


Meskipun mendengar jawaban pemilik perahu itu, turis Tapanuli tersebut
tetap menyewa perahu tersebut, meskipun sambil merepet (ngedumel).



"Oo, Oo, patut ma antong
gabe mardalan pat Tuhan Yesus najolo ai sumaling do hape argani sewa
ni solu di tao Galilea on!!!!!"



(Terjemahan: "Pantaslah Tuhan Yesus
jadi berjalan di atas air pada waktu itu, soalnya mahal sekali sewa
perahu di danau Galilea ini.")



(yang tersenyum, diberkati Tuhan Yesus)

15 Juli 2009

Kehidupan Kristen Yang Nyata I




Nats : Efesus 2:1-10 (2-3)

Kematian merupakan kondisi realita yang begitu mengerikan di tengah dunia karena kematian bukan berarti berhenti berproses melainkan merupakan proses menuju penghancuran. Proses kematian berjalan terus menuju destruksi melalui proses pembusukan, pengrusakan dan penghancuran sehingga ketika mati kita berada di bawah kuasa kematian yang mencengkeram dan menggeragoti tubuh kita. Kuasa kematian ini tidak memberikan pilihan kepada manusia. Dalam Ef 2:2, Paulus mengatakan, "Kamu hidup di dalamnya, …" Jadi disini mati bukan berhentinya suatu proses, melainkan kita tunduk di dalam kuasa kematian. Masalahnya, apa itu kematian? Ada yang berpikir bahwa kematian hanya satu putaran kematian. Tidak heran, akhirnya manusia kembali mengadopsi pikiran dari abad keenam yang mengajarkan bahwa kehidupan ini terus berputar. Sekarang hidup kemudian mati setelah itu hidup kembali lalu mati lagi demikian seterusnya. Ini yang disebut reinkarnasi. Mereka hanya berharap suatu hari kelak mereka akan keluar dari lingkaran ini. Tapi pandangan ini tidak mempunyai jawaban yang terlalu jelas berkenaan dengan when, where, dan why? Karena di dalam prinsip etika dari pandangan ini tidak memungkinkan penyelesaian seperti ini.

Disini Alkitab memiliki jawaban yang lebih tepat dan ini bukan didasarkan pada spekulasi pikiran manusia yang sudah jatuh dalam dosa untuk mengerti realita betapapun hebatnya pikiran manusia yang berdosa tidak mungkin mengerti apa yang namanya disebut "ought to (seharusnya seperti apa)." Pada waktu kita mengambil kesimpulan maka kesimpulan tersebut hanya berhenti di tengah realita dunia berdosa. Jika manusia tidak kembali kepada wahyu Tuhan maka tidak ada jalan keluar baginya, semua usaha manusia hanyalah spekulasi pikiran manusia yang sudah berdosa. Itu sebabnya, ketika Alkitab membukakan hal ini barulah manusia tahu keadaan yang sesungguhnya ‘seharusnya bagaimana.’

Paulus mengatakan, "Kamu dahulu sudah mati….," ini keadaan yang sangat mengerikan. Di dalam Ef 2:2-3 Paulus membuka satu realita lalu dia mensharingkan pengalaman pribadinya kemudian barulah dia menyimpulkan. Disini ada dua hal yang kita bisa pelajari pertama, manusia hidup dibawah dosa dan tidak bisa keluar dari dosa (ay 2). Kata yang dipakai dibagian Ef 2:2, ‘mengikuti jalan dunia’ seperti orang masuk di sebuah jalan yang tidak bisa lari kemana-mana dimana hal yang ingin digambarkan sesuatu yang aktif tapi pasif. Aktif tetapi tidak bisa tidak dia harus berada disitu, karena jalurnya hanya satu. Inilah yang dimaksud dengan "Kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka." Orang durhaka disini lebih tepat diterjemahkan "Orang yang tidak percaya atau tidak mempunyai iman." Disini kelihatannya aktif, hidup dan bebas tetapi jalannya tidak bisa lari dari jalan yang menuju pada kematian. Makin manusia berusaha dan aktif makin dia terjerumus masuk dan hancur, inilah keadaan dunia kita. Kelihatannya memberi kebebasan itu justru kebebasan yang mencengkeram dan mematikan. Berbeda dengan Tuhan, di dalam memberikan pemberitaan dengan kalimat yang keras tetapi sesudah itu memerdekakan sedangkan setan bekerja dengan cara terbalik, depannya berisi rayuan tapi setelah masuk kita tidak bisa keluar (Yoh 8). Sayangnya banyak manusia yang lebih suka mendengar kata-kata yang manis dan indah tetapi berakhir dengan tangisan. Paulus mengatakan, "Kamu hidup di dalamnya." Kamu hidup di dalam jalur kematian. Maksudnya kamu tidak bisa keluar dari sana karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa. Jika kita mengerti realita ini kita tahu apa yang dikerjakan oleh orang-orang berdosa di tengah dunia ini dan apa yang terjadi di dalam diri mereka. Mereka membutuhkan Injil dan harus mendengar berita pengampunan karena itulah cara satu-satunya yang bisa mengeluarkan mereka. Dosa bukan masalah hukum, tapi dosa adalah masalah hidup di dalam kuasa kematian.

Kedua, orang berdosa tidak kembali kepada Firman ini menunjukkan dia masih berada di bawah kuasa dosa. Dia tidak keluar dari natur dosanya yang sedang mencengkeram dan mematikan dia. Itu sebabnya pada saat orang mau bertobat maka kunci pertama yang harus diselesaikan adalah dia sadar dia orang berdosa. Kita sendiri perlu keluar dari jerat itu, bukan caranya kita untuk bermain-main dengan kuasa dosa. Jika kita mengatakan bahwa kita adalah orang Kristen tetapi kita masih berada di dalam cengkeraman dosa, kita harus mengevaluasi diri betulkah kita sudah benar-benar berada di dalam Kristus? Atau kita hanya menjadi orang Kristen yang kelihatannya Kristen tetapi sesungguhnya kita belum bertobat.

Setelah Paulus membuka konsep ini secara begitu jelas kepada jemaat Efesus kemudian pada ay 3, dia membuka sharing pribadi dengan mengatakan, "Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat." Paulus ketika mengatakan ini bukan berarti dia orang yang rusak secara moral. Tidak! Paulus sebelumnya adalah orang yang kelihatannya sangat rohani. Dia seorang yang begitu brilyan dan menjadi seorang teolog yang berada di bawah bimbingan seorang guru besar Gamaliel. Sejak muda Paulus telah menduduki posisi yang penting yaitu menjadi orang Farisi yang dianggap menjadi golongan elite di tengah-tengah orang Israel. Di samping itu dia sangat memperjuangkan Taurat. Namun di ayat 3 ini Paulus mengatakan, "Kami sama seperti mereka yang lain (Ef 2:3)." Ketika manusia berada di bawah kuasa kematian dia bisa merasa diri begitu baik, berjasa, saleh, dan mempunyai pengaruh yang besar kepada masyarakat. Dia mungkin bangga hidup di dalam dunia. Tapi justru pada saat itu dia keluar dari jalur yang sejati, keluar dari essensi kehidupan yang sejati. Apa yang mereka lakukan sebenarnya mereka lakukan untuk mentaati penguasa kerajaan angkasa yang sedang menguasai mereka melalui hawa nafsu, keinginan daging dan pikirannya yang jahat. Biarlah ini juga menjadikan kita waspada karena mata kita hanya mampu melihat fenomena luar tanpa mengerti isi hati yang di dalam. Sebagai orang percaya yang dibutuhkan adalah seberapa jauh kita mentaati Tuhan atau kita mentaati penguasa kerajaan angkasa.

Satu prinsip yang harus kita ingat yaitu hidup dosa tidak selalu berpenampilan dosa. Ingat setan pun bisa berjubah malaekat. Bahkan yang lebih parah kita berdosa tapi kita tidak sadar kita sedang berdosa. Inilah yang dialami oleh Paulus. Ketika Paulus membunuh orang-orang percaya dia pikir dia sedang melakukan tindakan yang benar. Paulus pikir dia sedang bekerja giat untuk Tuhannya. Namun ketika Paulus bertobat dan kembali kepada Firman Kebenaran, dia mengatakan aku adalah orang yang berdosa. Seseorang yang sadar dia orang berdosa sadar dia perlu pertobatan, inilah yang memungkinkan dia bisa diperbaharui. Paulus mengalami ini maka dia men-sharingkan pertobatannya. Suatu kesaksian yang menceritakan bagaimana dia dulu hidup dibawah kuasa dosa dan mati dibawah kuasa dosa. Dan bagaimana Kristus menyelamatkan dia keluar dari lumpur dosa. Inilah kesaksian sejati.

Paulus menceritakan betapa fatalnya dosa. Di dalam ayat 3 mengatakan, "Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup …. Pada dasarnya kami adalah orang–orang yang harus dimurkai sama seperti mereka yang lain." Konsep ini penting sekali, karena khotbah berkenaan dengan Allah yang murka sangat langka dikhotbahkan. Tetapi khotbah mengenai kasih Allah begitu banyak sekali. Alkitab justru membukakan banyak Firman berkenaan dengan keadilan dan murka Allah. Misalnya Roma 1:18, "Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, …," kalimat ini seharusnya menjadikan kita gentar. Kalimat ini juga menjadi pemicu daripada pekerjaan Roh Kudus boleh bekerja di dalam hati kita. Mengapa? Karena tidak ada pekerjaan Roh Kudus menyadarkan kita kalau Firman yang sejati tidak diberitakan. Hal ini merupakan satu pekerjaan ganda yang dikerjakan bersama-sama oleh Roh yang sama. Pertobatan yang sejati baru sungguh-sungguh terjadi jika Roh Kudus bekerja melalui Firman dan Roh Kudus yang sama akan bekerja dengan iman di dalam diri seseorang. Dan ketika ini diberitakan maka salah satu hal yang paling penting adalah Roh Kudus hadir dengan "Menginsyafkan manusia akan dosa, kebenaran, dan penghakiman (Yoh 16:8). Jika Roh Kudus ada di dalam diri kita maka ketiga hal ini harus ada di dalam hidup kita. Jika seseorang menjadi orang Kristen di dalam hatinya tidak gemetar akan penghakiman Allah. Ini merupakan satu tanda tanya besar. Ini tidak berarti, sesudah seseorang bertobat berarti ia tidak bisa jatuh ke dalam dosa. Tidak!!

Kehidupan Kristen Yang Nyata II


Manusia masih belum sempurna. Di dalam perjalanan hidup kita masih bisa jatuh dalam dosa. Namun ini langsung membuat kita gentar ketika kita berhadapan dengan kebenaran Allah. Ini menjadi reaksi dari semua tokoh-tokoh di Alkitab. Abraham, Yesaya, Paulus dan Petrus gemetar (trembling) berhadapan dengan kesucian Allah. Sikap ini juga seharusnya muncul dalam diri orang-orang yang bertobat sejati. Ini merupakan gambaran kesucian Allah yang hadir ditengah-tengah kebobrokan dan kebejatan manusia. Ini juga yang menjadikan Paulus sadar berapa besar anugerah yang dia terima. Tuhan tidak bisa dipermainkan. Semua manusia akan berhadapan dengan pengadilan Allah. Allah adalah kasih. Benar. Tapi Allah juga adil. Itu berarti kasih Allah tidak boleh dipisahkan dari keadilan Allah. Kedua hal ini harus diharmoniskan. Kasih harus adil. Adil harus dengan kasih. Ada murka tapi juga ada pengampunan. Baru kita bsia mengerti bagaimana menjalankan kehidupan semacam ini secara tepat. Orang Kristen seharusnya tahu siapa kita sebelumnya dan bagaimana kita yang seharusnya. Lalu bagaimana kita memproses yang dahulu menuju yang seharusnya. Inilah iman yang sejati. Hari ini biarlah kita semua tahu siapa diri kita. Kita tahu bagaimana kita hidup. Dan berkata seperti Paulus berkata, "Kami dahulu sebenarnya juga semua termasuk seperti mereka. Orang-orang yang hidup di bawah hawa nafsu daging, menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang patut dimurkai sama seperti mereka yang lain (Ef 2:3)." Tetapi karena anugerah Kristus sekarang boleh keluar dan berada di dalam anugerah, hidup di bawah kebenaran Tuhan dan diproses di dalam kebenaran. Biarlah ini menjadi sharing kehidupan kita yang boleh membangkitkan banyak orang lain melihat kebenaran Kristus sehingga kita dipakai oleh Tuhan untuk menjadi saluran berita Injil kepada orang lain.


Setelah kita melihatn dan membaca pemaparan Paulus yang begitu luar biasa mengenai kondisi manusia, dimana manusia telah jatuh dalam dosa dan manusia telah kehilangan kemuliaan Allah, namun Allah dengan kasih-Nya memberikan anugerah keselamatan kepada manusia, maka sebagai manusia apa yang harus dilakukan secara nyata dalam kehidupan keKristenan yang baru?


1. Hidup oleh Iman
Sekarang kita akan belajar dari seorang nabi yang luar biasa dalam Perjanjian Lama. Mungkin namanya tidak setenar nabi-nabi lain, namun apa yang disampaikankannya sungguh-sungguh luar biasa. Nabi yang saya maksud adalah Habakuk. Dalam Habakuk 2:4, dikatakan: "Orang yang benar akan hidup oleh karena percayanya." Inilah prinsip utama kehidupan yang dimunculkan dalam Perjanjian Lama. Prinsip inilah yang kemudian juga digunakan oleh Paulus: "Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: ‘Orang benar akan hidup oleh iman" (Rm 1:17). "Dan bahwa tidak ada orang yang dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat adalah jelas, karena: ‘Orang yang benar akan hidup oleh iman" (Gal 3:11). Ini menjadi titik tolak keluarnya Habakuk dari kesulitannya. Kalimat ini indah dimana Tuhan tidak mengatakan: "Orang itu akan hidup oleh percayanya." Tetapi Tuhan berkata "Orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya." Ini berarti di dalamnya ada persoalan yang harus dibuka lagi. Mengapa? Karena Tuhan tahu bahwa Habakuk bukan tidak mempunyai kepercayaan. Setiap orang tidak mungkin tidak mempunyai kepercayaan. Yang menjadi persoalan adalah kepercayaan macam apa yang kita punyai. Setiap kita harus mempunyai dasar kepercayaan. Tetapi, kepercayaan itu belum tentu kepercayaan orang benar. Jadi ada dua masalah: orang benar dan iman yang dipegang oleh orang benar.


1) Apakah orang hidup harus membangun basis iman? Rene Descartes mengatakan bahwa kita harus maju dan untuk maju kita harus meragukan segala sesuatu. Hanya dengan meragukan kita dapat belajar. Kalau kita sudah memastikan maka kita tidak dapat belajar. Hal ini memang benar, tetapi kalau segala sesuatu kita ragukan, maka itu sudah menjadi skeptik dan hal ini tidak pernah dipikirkan olehnya. Sekarang, jika semua sudah diragukan, maka bolehkah diri sendiri juga turut diragukan? Oleh karena itu Rene Descartes berkata bahwa karena kita meragukan, maka itu membuktikan bahwa kita tidak perlu diragukan. Kalau saya dapat meragukan, maka saya pasti ada, karena kalau saya tidak ada maka bagaimana saya dapat meragukan. Pertanyaannya sekarang adalah "Mengapa diri saya tidak dapat diragukan?" Ia tidak dapat menjawab pertanyaan ini karena ia sudah memutlakkan konsep bahwa yang meragukan pasti ada.


Saya tidak mau lebih jauh membicarakan rasionalisme, tetapi saya ingin menyatakan satu hal, yaitu bahkan Rene Descartes dan filsuf-filsuf atesis pun sadar bahwa untuk membangun suatu keputusan, harus ada dasar yang tidak dapat diganggu-gugat. Dasar ini tidak pernah dibuktikan tetapi langsung dianggap mutlak ada. Hanya saja karena kita tidak mau menggunakan istilah iman, maka kita menggunakan istilah yang setara dengan iman: paradigma (hipotesis), presuposisi (pra-asumsi) yang merupakan istilah lain daripada iman.


Jadi, kita melihat bahwa hidup kita sebenarnya berdasarkan iman. Namun, iman seperti ini bukanlah iman Kristen. Masalahnya: "Apakah kepercayaan yang kita pegang itu benar atau salah?" Sehingga kalau saudara mempercayai sesuatu maka kepercayaan saudara adalah kepercayaan yang masih mengandung tanda tanya, betulkah yang saudara percaya itu adalah kebenaran sejati. Oleh sebab itu Alkitab berkata "Kembali kepada kebenaran, firman itulah kebenaran." Hidupku adalah hidup oleh iman karena hidupku adalah saya kembali kepada Injil yang di dalamnya kebenaran Allah. Inilah prinsip Roma 1:16,17.


Oleh sebab itu Tuhan mengajar Habakuk bahwa orang benar hidup oleh iman. Orang benar harus kembali kepada Benar supaya ia dapat benar. Saya harus memakai istilah ini karena bahasa Indonesia tidak mempunyai suka kata untuk menyebutkannya. Disini saya menggunakan tiga kata ‘benar’, namun di dalamnya saya menggunakan dua kata ‘benar’ yang berbeda. Bahasa Yunani mengenal aletheia (Truth) dan dikaeiosune (Rightheousness). Righteousness berarti kebenaran yang harus dibuktikan dan diproses berdasarkan keadilan, sedangkan Truth berarti kebenaran hakiki karena berasal dari dirinya kebenaran yang bersifat mewahyukan kebenaran. Ketika kita berkata bahwa firman adalah kebenaran, maka kebenaran itu adalah kebenaran hakiki (Truth). Namun jika dikatakan "Orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya", maka yang dimaksudkan adalah righteousness, kebenaran yang harus diproses. Maka, ketika kita berkata "Saya orang benar" maka itu berarti saya righteous people, orang benar yang masih harus diuji kebenarannya.


Jadi, Apakah semua iman itu sama? Alkitab berkata tidak! Jika demikian, apakah yang dimaksudkan dengan iman yang sejati itu? Iman sejati adalah kembalinya iman kepada aletheia. Sebelum melangkah ke ayat 4, maka di ayat 3 Tuhan membuka bagaimana kita harus kembali dan percaya kepada firman, karena firman tidak pernah menipu. Inilah bedanya nubuat firman dengan ramalan orang-orang Kristen yang sok tahu. Saya heran sekali melihat begitu banyak orang yang sudah ditipu oleh berbagai macam nubuat, lalu nubuat itu tidak terjadi, tetapi orang yang menubuatkan masih dipercaya. Betapa bodohnya orang-orang semacam ini! Ramalan yang tidak terjadi itu membuktikan bahwa itu pasti dari setan. Kalau nubuat itu sungguh-sungguh dari firman, maka nubuat itu tidak mungkin batal dan tidak mungkin gagal, harus terjadi dan tidak mungkin salah.


Saya selalu mengajar agar kita jangan selalu bersandar kepada manusia. Saya menuntut setiap kita belajar firman. Tidak ada seorang pun berhak menjadi patokan kebenaran, tidak ada seorangpun yang lepas dari kesalahan. Setiap kita mempunyai cacat dan mungkin salah. Satu-satunya yang tidak mungkin salah adalah "Truth". Semua righteous bisa salah, karena righteous masih harus dibuktikan dan masih harus berjalan di dalam proses. Maka Alkitab berkata bahwa iman harus kembali kepada Aletheia. Iman sejati adalah iman dari kebenaran dan harus kembali kepada kebenaran. Mari kita melihat 1 Tim 1:12-13 "Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku – aku yang tadinya seorang penghujat, seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan, yaitu di luar iman." Ini kalimat yang penting sekali! Apakah sebelum Paulus menjadi orang percaya, ia tidak mempunyai iman? Punya! Paulus adalah orang yang disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, suku Benyamin, orang Ibrani asli, orang Farisi, dan seorang penganiaya jemaat. (Flp 3:5-6). Tetapi Paulus melihat bahwa iman yang sejati adalah iman yang kembali kepada kebenaran. Tidak kembali pada kebenaran berarti tidak mengenal iman yang sejati dan berarti berada di luarnya iman. Banyak orang yang gagal untuk mengerti karena mereka mencoba untuk menyamakan yang tidak sama. Saya beberapa kali berbicara dengan orang yang berkata bahwa semua agama sama karena sama-sama mengajarkan kebaikan. Semua agama memang mau mencoba untuk mengajarkan kebaikan tetapi iman itu sendiri tidak sama. Janganlah kita menyamakan apa yang tidak sama. Orang yang benar kembali pada iman dan percaya yang sejati.