-->

Profil Hamba Tuhan

Foto saya
Jakarta, Indonesia
Seorang Hamba Tuhan yang memiliki kerinduan untuk dapat memberkati banyak orang melalui Pastoral Konseling, dengan berbagai hal dan cara, salah satunya adalah melalui fasilitas dunia maya (Internet). Riwayat Pendidikan Teologi: - Sarjana Theology (S. Th) jurusan teologi, 1999. - Master of Art (M. A) jurusan Christian Ministry, 2002. - Master of theology (M. Th)Thn 2010. - Doctor of Ministry (D. Min)Thn 2009. God Bless You All.

Pendahuluan

Shallom, selamat datang di blog saya Pdt. Denny Harseno, M. A., D. Min. Saudara, saya senang sekali jika dapat memberkati saudara sekalian melalui setiap tulisan-tulisan dan artikel-artikel yang ada pada blog ini. Jika saudara ingin membaca setiap tulisan-tulisan dan artikel-artikel terdahulu yang ada pada blog ini, saudara cukup memilih label daftar isi blog atau dengan memilih pada arsip blog yang ada di samping kiri blog ini, dan silahkan mengisi buku tamu blog saya dibawahnya, agar saya dapat mengetahui siapa saja yang telah berkunjung diblog saya. Terima kasih atas perhatiannya, Tuhan Yesus Kristus memberkati.

23 Agustus 2009

Meninggalkan Kemunafikan I





Matius 6 :23-24


“Jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu. Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

Pernahkan anda menonton tayangan televisi yang menyajikan sebuah atraksi film dengan setting tempat yang begitu mengagumkan. Gedung-gedung besar dan rumah-rumah yang indah yang anda saksikan nampak indah bukan. Namun apakah anda tahu bahwa sebuah rumah yang indah yang tampaknya mahal dibuat dari batu bata dengan ornament yang sangat indah, atau gedung-gedung yang nampak berdiri begitu megah dari luar itu, ternyata di bagian dalamnya ternyata tidak lebih dari kisi-kisi yang terdiri dari balok-balok penyangga berukuran tertentu yang dilengkapi katrol dan perancah. Rumah atau gedug itu hanya tampak terisi dengan penghuni tidak lebih dari durasi penayangan yang anda tonton di televise, selebihnya tempat itu kosong melompong. Luar biasa bukan. Tempat-tempat ini dibangun hanya sesuai dengan pesanan kebutuhan pembuatan acara televisi yang diinginkan. Namun, sorotan kamera mampu membuat tempat-tempat nampak sudah ada sejak lama. Ternyata semua itu palsu. Rumah, gedung, oramen – semuanya. Palsu.

Atau pernahkah anda melihat bulan? Begitu terang namun mampu menyembunyikan sisi gelap yang tidak pernah ia tunjukkan. Itulah KEMUNAFIKAN. Namun sebelum lebih jauh kita mengenal kemunafikan, saya akan mengajak anda pada satu masa untuk mengenal seorang tokoh yang dapat saya katakan cocok untuk dijadikan referensi dari kemunafikan itu. Tokoh ini hidup pada masa Perjanjian Lama. Dia adalah Rehabeam. Ya, Rehabeam memang cocok seali menjadi gambaran yang sama dengan rumah maupun gedung yang tadi kita sudah bicarakan. Ia memiliki sisi gelap yang sulit untuk dilihat oleh manusia dan mungkin hanya Tuhan yang dapat melihatnya. Dan Tuhan menyingkapkan kisah kehidupan tokoh yang satu ini kepada kita dengan gamblang dalam kitab 1 Raja-raja dan 2 Tawarikh.

Kisah tentang Rehabeam, keturunan Salomo – raja yang terkenal dengan hikmatnya itu – laksana seperti panggung drama televisi dimana sisi yang menghadap kea rah penonton kelihatan sangat asli, namun apa yang sebenarnya ada dibelakang merupakan kepalsuan.
Setelah Salomo mati, Rehabeam menggantiknnya menjadi raja atas Israel. Pada saat Rehabeam naik menjadi seorang raja ia berumur empat puluh tahun dan orang yang paling berpengaruh bagi dirinya adalah ibunya sendiri, seorang penyembah berhala. Hal ini tidak dapat dipungkiri sebab memang Salomo memiliki banyak istri dan diantara mereka banyak yang menyembah berhala, salah satunya adalah ibu dari Rehabeam (1 Raja 11:1-6). Setelah ia menjadi raja maka datanglah segenap jemaah Israel dipimpin oleh seorang yang telah beberapa lama di pengasingan, yaitu Yerobeam kepadanya untuk meminta keringanan dari pekerjaan sukar yang dibebankan ayahnya (1 Raja 12:1-4). Hal ini terjadi sebab rakyat bersungut-sungut terhadap pemerintahan raja Salomo. Raja ini begitu mulia dan bijaksana akan tetapi ia keras. Ia meminta sangat banyak kepada rakyat berupa pajak yang tinggi, dan orang harus kerja paksa untk membangun istana-istana yang serba mewah, dan kuil-kuil untuk isteri-isterinya yang mencapai seribu itu. Selama Salomo hidup rakyat sagat taat, namun sekarang cukup sudah penderitaa mereka. Mereka berharap raja yang baru membawa perubahan yang baru bagi kesejahteraan mereka.

Apakah tindakan Rehabeam? Inilah permulaan dari kemunafikannya. Rehabeam menyuruh rakyat itu untuk pulang dan bertanya kepada para tua-tua yang elah lama mendampingi Salomo sebagai penasihatnya. Dikatakan demikian:

Tetapi ia menjawab mereka: "Pergilah sampai lusa, kemudian kembalilah kepadaku." Lalu pergilah rakyat itu. Sesudah itu Rehabeam meminta nasihat dari para tua-tua yang selama hidup Salomo mendampingi Salomo, ayahnya, katanya: "Apakah nasihatmu untuk menjawab rakyat itu?" Mereka berkata: "Jika hari ini engkau mau menjadi hamba rakyat, mau mengabdi kepada mereka dan menjawab mereka dengan kata-kata yang baik, maka mereka menjadi hamba-hambamu sepanjang waktu." (1 Raja 12:5-7)

Rehabeam mengadakan sebuah sidang dengan segera dan membahas tindakan yang akan dilakukan dengan meminta pendapat para tua-tua Israel. Para tua-tua ini telah mendampingi ayahnya selama hidup dan telah melihat kehancuran Israel, namun mereka tetap setia. Para tua-tua ini memberikan sebuah nasehat yang sangat bijaksana. Nasehat ini bukan sembarangan keluar dari mulut mereka, namun atas dasar pertimbangan dan pengalaman yang mereka rasakan dan lihat sendiri bagaimana Salomo akhirnya jatuh dan Israel berada dalam ambang kehancuran. Mereka menganjurkan kepada Rehabeam untuk menjadi seorang raja yang sejati sekaligus seorang hamba yang sejati, tidak seperti apa yang dilakukan oleh ayahnya. Namun tindakan yang dilakukan oleh Rehabeam sangat berlawanan dengan nasehat para tua-tua itu.

0 komentar:

Posting Komentar