-->

Profil Hamba Tuhan

Foto saya
Jakarta, Indonesia
Seorang Hamba Tuhan yang memiliki kerinduan untuk dapat memberkati banyak orang melalui Pastoral Konseling, dengan berbagai hal dan cara, salah satunya adalah melalui fasilitas dunia maya (Internet). Riwayat Pendidikan Teologi: - Sarjana Theology (S. Th) jurusan teologi, 1999. - Master of Art (M. A) jurusan Christian Ministry, 2002. - Master of theology (M. Th)Thn 2010. - Doctor of Ministry (D. Min)Thn 2009. God Bless You All.

Pendahuluan

Shallom, selamat datang di blog saya Pdt. Denny Harseno, M. A., D. Min. Saudara, saya senang sekali jika dapat memberkati saudara sekalian melalui setiap tulisan-tulisan dan artikel-artikel yang ada pada blog ini. Jika saudara ingin membaca setiap tulisan-tulisan dan artikel-artikel terdahulu yang ada pada blog ini, saudara cukup memilih label daftar isi blog atau dengan memilih pada arsip blog yang ada di samping kiri blog ini, dan silahkan mengisi buku tamu blog saya dibawahnya, agar saya dapat mengetahui siapa saja yang telah berkunjung diblog saya. Terima kasih atas perhatiannya, Tuhan Yesus Kristus memberkati.

27 Agustus 2009

KHOTBAH TENTANG DOSA KEBOHONGAN



Pengkhotbah memberitahu pada imatnya, “Minggu depan saya merencanakan untuk berkhotbah tentang dosa kebohongan. Untuk membantu Anda memahami-nya, saya ingin Anda semua membaca Markus pasal 17.”

Pada Minggu berikutnya, ketika bersiap menyampaikan khotbahnya, ia berkata, “Saya ingin tahu berapa banyak di antara Anda telah membaca Markus 17.”

Semua orang mengacungkan jarinya. Pengkhotbah itu tersenyum dan berkata, ”Markus hanya memiliki 16 pasal. Sekarang saya akan memulai khotbah saya tentang dosa kebohongan.”



24 Agustus 2009

Priest and Lion


Seorang pendeta baru saja selesai memberitakan injil di desa sebelah. Dalam perjalanan pulang, karena hari sudah hampir malam, ia pun nekat untuk mengambil jalan pintas, melewati hutan belantara.

Di tengah hutan, ia bertemu seekor Singa yang kelihatannya sangat lapar. Ia pun berlutut dan berdoa,

“Tuhan, tolong tutuplah mulut Singa ini, agar dia tidak bisa menerkam aku”.

Ketika selesai berdoa, ia melihat sang Singa juga sedang berdoa. Sang Pendeta pun mengucap syukur,

“Oh, Tuhan, terima kasih. Kau telah memberiku seekor Singa yang baik”. Sang Singa pun lalu berkata,

“Betulll !!!, aku adalah Singa yang baik. Aku selalu berdoa mengucap syukur sebelum menyantap makananku”.


23 Agustus 2009

Meninggalkan Kemunafikan I





Matius 6 :23-24


“Jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu. Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

Pernahkan anda menonton tayangan televisi yang menyajikan sebuah atraksi film dengan setting tempat yang begitu mengagumkan. Gedung-gedung besar dan rumah-rumah yang indah yang anda saksikan nampak indah bukan. Namun apakah anda tahu bahwa sebuah rumah yang indah yang tampaknya mahal dibuat dari batu bata dengan ornament yang sangat indah, atau gedung-gedung yang nampak berdiri begitu megah dari luar itu, ternyata di bagian dalamnya ternyata tidak lebih dari kisi-kisi yang terdiri dari balok-balok penyangga berukuran tertentu yang dilengkapi katrol dan perancah. Rumah atau gedug itu hanya tampak terisi dengan penghuni tidak lebih dari durasi penayangan yang anda tonton di televise, selebihnya tempat itu kosong melompong. Luar biasa bukan. Tempat-tempat ini dibangun hanya sesuai dengan pesanan kebutuhan pembuatan acara televisi yang diinginkan. Namun, sorotan kamera mampu membuat tempat-tempat nampak sudah ada sejak lama. Ternyata semua itu palsu. Rumah, gedung, oramen – semuanya. Palsu.

Atau pernahkah anda melihat bulan? Begitu terang namun mampu menyembunyikan sisi gelap yang tidak pernah ia tunjukkan. Itulah KEMUNAFIKAN. Namun sebelum lebih jauh kita mengenal kemunafikan, saya akan mengajak anda pada satu masa untuk mengenal seorang tokoh yang dapat saya katakan cocok untuk dijadikan referensi dari kemunafikan itu. Tokoh ini hidup pada masa Perjanjian Lama. Dia adalah Rehabeam. Ya, Rehabeam memang cocok seali menjadi gambaran yang sama dengan rumah maupun gedung yang tadi kita sudah bicarakan. Ia memiliki sisi gelap yang sulit untuk dilihat oleh manusia dan mungkin hanya Tuhan yang dapat melihatnya. Dan Tuhan menyingkapkan kisah kehidupan tokoh yang satu ini kepada kita dengan gamblang dalam kitab 1 Raja-raja dan 2 Tawarikh.

Kisah tentang Rehabeam, keturunan Salomo – raja yang terkenal dengan hikmatnya itu – laksana seperti panggung drama televisi dimana sisi yang menghadap kea rah penonton kelihatan sangat asli, namun apa yang sebenarnya ada dibelakang merupakan kepalsuan.
Setelah Salomo mati, Rehabeam menggantiknnya menjadi raja atas Israel. Pada saat Rehabeam naik menjadi seorang raja ia berumur empat puluh tahun dan orang yang paling berpengaruh bagi dirinya adalah ibunya sendiri, seorang penyembah berhala. Hal ini tidak dapat dipungkiri sebab memang Salomo memiliki banyak istri dan diantara mereka banyak yang menyembah berhala, salah satunya adalah ibu dari Rehabeam (1 Raja 11:1-6). Setelah ia menjadi raja maka datanglah segenap jemaah Israel dipimpin oleh seorang yang telah beberapa lama di pengasingan, yaitu Yerobeam kepadanya untuk meminta keringanan dari pekerjaan sukar yang dibebankan ayahnya (1 Raja 12:1-4). Hal ini terjadi sebab rakyat bersungut-sungut terhadap pemerintahan raja Salomo. Raja ini begitu mulia dan bijaksana akan tetapi ia keras. Ia meminta sangat banyak kepada rakyat berupa pajak yang tinggi, dan orang harus kerja paksa untk membangun istana-istana yang serba mewah, dan kuil-kuil untuk isteri-isterinya yang mencapai seribu itu. Selama Salomo hidup rakyat sagat taat, namun sekarang cukup sudah penderitaa mereka. Mereka berharap raja yang baru membawa perubahan yang baru bagi kesejahteraan mereka.

Apakah tindakan Rehabeam? Inilah permulaan dari kemunafikannya. Rehabeam menyuruh rakyat itu untuk pulang dan bertanya kepada para tua-tua yang elah lama mendampingi Salomo sebagai penasihatnya. Dikatakan demikian:

Tetapi ia menjawab mereka: "Pergilah sampai lusa, kemudian kembalilah kepadaku." Lalu pergilah rakyat itu. Sesudah itu Rehabeam meminta nasihat dari para tua-tua yang selama hidup Salomo mendampingi Salomo, ayahnya, katanya: "Apakah nasihatmu untuk menjawab rakyat itu?" Mereka berkata: "Jika hari ini engkau mau menjadi hamba rakyat, mau mengabdi kepada mereka dan menjawab mereka dengan kata-kata yang baik, maka mereka menjadi hamba-hambamu sepanjang waktu." (1 Raja 12:5-7)

Rehabeam mengadakan sebuah sidang dengan segera dan membahas tindakan yang akan dilakukan dengan meminta pendapat para tua-tua Israel. Para tua-tua ini telah mendampingi ayahnya selama hidup dan telah melihat kehancuran Israel, namun mereka tetap setia. Para tua-tua ini memberikan sebuah nasehat yang sangat bijaksana. Nasehat ini bukan sembarangan keluar dari mulut mereka, namun atas dasar pertimbangan dan pengalaman yang mereka rasakan dan lihat sendiri bagaimana Salomo akhirnya jatuh dan Israel berada dalam ambang kehancuran. Mereka menganjurkan kepada Rehabeam untuk menjadi seorang raja yang sejati sekaligus seorang hamba yang sejati, tidak seperti apa yang dilakukan oleh ayahnya. Namun tindakan yang dilakukan oleh Rehabeam sangat berlawanan dengan nasehat para tua-tua itu.

Meninggalkan kemunafikan II

Alkitab melanjutkan:

Tetapi ia mengabaikan nasihat yang diberikan para tua-tua itu, lalu ia meminta nasihat kepada orang-orang muda yang sebaya dengan dia dan yang mendampinginya. (1 Raja 12:8)
Rehabeam memutuskan untuk mengabaikan nasihat para tua-tua itu dan lebih memilih untuk mendengarkan nasihat dari orang-orang yang sebaya dengan dia:

Katanya kepada mereka: "Apakah nasihatmu, supaya kita dapat menjawab rakyat yang mengatakan kepadaku: Ringankanlah tanggungan yang dipikulkan kepada kami oleh ayahmu?" Lalu orang-orang muda yang sebaya dengan dia itu berkata: "Beginilah harus kaukatakan kepada rakyat yang telah berkata kepadamu: Ayahmu telah memberatkan tanggungan kami, tetapi engkau ini, berilah keringanan kepada kami—beginilah harus kaukatakan kepada mereka: Kelingkingku lebih besar dari pada pinggang ayahku! Maka sekarang, ayahku telah membebankan kepada kamu tanggungan yang berat, tetapi aku akan menambah tanggungan kamu; ayahku telah menghajar kamu dengan cambuk, tetapi aku akan menghajar kamu dengan cambuk yang berduri besi." (1 Raja 12:9-11)

Setelah tiba waktunya hari yang dijanjikan itu, maka kini saatnya Rehabeam, sang raja baru itu mengumumkan keputusan apa yang akan diambil. Perhatikanlah dengan seksama keputusan mana yang akan diambilnya:

Pada hari lusanya datanglah Yerobeam dengan segenap rakyat kepada Rehabeam, seperti yang dikatakan raja: "Kembalilah kepadaku pada hari lusa." Raja menjawab rakyat itu dengan keras; ia telah mengabaikan nasihat yang diberikan para tua-tua kepadanya; ia mengatakan kepada mereka menurut nasihat orang-orang muda: "Ayahku telah memberatkan tanggungan kamu, tetapi aku akan menambah tanggunganmu itu; ayahku telah menghajar kamu dengan cambuk, tetapi aku akan menghajar kamu dengan cambuk yang berduri besi." (1 Raja 12:12-14)
Rehabeam melakukan suatu strategi yang sangat licin dengan mula-mula meminta nasihat kepada para tua-tua. Sebenarnya ia tidak membutuhkan nasihat melainkan pembenaran, sebab ia telah memiliki jawaban sendiri atas permintaan umat Israel. Agar seolah-olah ia nampak sebagai raja yang demokratis, maka ia meminta juga nasihat dari kalangan muda. Namun sesungguhnya pembenaran dari kaum muda inilah yang ia nantikan. Ia ingin menjadi otoriter, bahkan melebihi rezim ayahnya. Bahkan ia mengatakan bahwa ayahnya menghajar bangsa itu dengan cambuk, namun ia akan menghajar bangsa itu dengan cambuk besi. Cambuk biasa adalah sebuah tali kulit yang diikatkan kepada satu pegangan dan bisanya digunakan untuk memukul hewan ternak agar mau bergerak untuk bekerja. Sedangkan cambuk berduri besi adalah sebuah pegangan yang diberi dua belas tali kulit dan ujung dari masing-masing tali itu diikatkan dengan potongan tulang atau besi tombak. Jelas sekali ia menginginkan agar bangsa itu bekerja kepadanya melebihi dari pada kerja mereka kepada ayahnya.

Meninggalkan kemunafikan III

Sebuah pertanyaan sederhana muncul. Mengapa ia harus meminta nasihat dari para tua-tua Israel jika ternyata sebenarnya ia sendiri sudah memiliki jawaban atas permintaan itu bangsa itu? Pertanyaan sederhana seyogyanya hanya membutuhkan jawaban sederhana. Kemunafikan. Ya, kemunafikan. Inilah sikap asli dari Rehabeam. Di depan kamera, ia nampak seperti seorang raja yang sangat bijaksana, yang mendengarkan semua nasihat dan masukan dari berbagai kalangan, namun sesungguhnya ini adalah suatu hal yang dapat saya kategorikan sebagai konseling palsu. Suatu sikap yang kelihatan seolah-olah baik namun memiliki sisi yang gelap.
Apakah konsekwensi dari semua itu? Apakah keinginan serakah Rehabeam yang dibungkus dengan kemunafikan yang manis itu menjawab kebutuhan dari bangsa yang dipimpinnya? Kita tidak perlu berlama-lama untuk mengetahuinya, sebab segera setelah itu bangsa itu memberontak dan terjadi perang saudara yang mengerikan dan pertama kali dalam sejarah bangsa pilihan Allah itu. Yerobeam, pemuda yang pernah mengasingkan diri itu akhirnya diangkat sebagai raja memimpin sepuluh suku yang menyatakan melepaskan diri dari kepemimpinan Rehabeam – raja kejam itu – dan mendirikan kerajaan baru yang dinamai Israel, beribu kota di Samaria. Dan dua suku lagi, tetap setia mendukung Rehabeam dan menduduki tanah Yehuda dan Benyamin, serta menjadikan Yerusalem sebagai ibukota mereka.
Namun kemunafikan Rehabeam tidak berhenti disitu saja. Mari kita lihat apa yang Alkitab katakan tentang kehidupan rumah tangga Rehabeam:

Rehabeam mengambil Mahalat, anak Yerimot bin Daud dan Abihail binti Elhiab bin Isai, menjadi isterinya, yang melahirkan baginya anak-anak lelaki ini: Yeush, Semarya dan Zaham. Sesudah Mahalat ia mengambil Maakha, anak Absalom, menjadi isterinya, yang melahirkan baginya Abia, Atai, Ziza dan Selomit. Rehabeam mencintai Maakha, anak Absalom itu, lebih dari pada semua isteri dan gundiknya—ia mengambil delapan belas isteri dan enam puluh gundik dan memperanakkan dua puluh delapan anak laki-laki dan enam puluh anak perempuan. (2 Taw 11:18-21)

Sesungguhnya bila diperhatikan Rehabeam telah melakukan sesuatu yang baik. Mengapa demikian? Karena ia mengambil istri bukan dari orang di luar Yahudi. Ya, ia menikahi sepupunya dan memilih beberapa istri dari keluarga kerajaan. Peempuan-perempuan yang ia nikahi bukan penyembah-penyembah berhala. Namun, perhatikan dengan lebih seksama, apakah yang salah dengan hal ini? Sesungguhnya pernikahan ini juga kemunafikan semata. Mengapa saya berkata demikian? Sebab Rehabeam melakukan kesalahan yang sama yang dilakukan oleh Daud dan Salomo. Daud menutupi tindakannya yang tidak berkenaan bagi Allah – membunuh dan poligami (sebab Allah melarang raja memiliki banyak istri) – dengan tidak terpengaruh dengan agama atau kepercayaan musuhnya. Daud seakan-akan nampak seperti pembela iman sejati bagi bangsa Israel, namun tindakan ini tetap saja dilakukan untuk menutupi dosa-dosanya. Demikian juga dengan Salomo, dimana kia membangun Bait Allah yang megah untuk menutupi tindak tanduknya yang tidak berkenan di hadapan Allah. Bagi bangsa Isarel, Salomo tampil sebagai raja yang sangat bijaksana dan mulia, namun pada akhirnya ia juga jatuh ke dalam penyembahan berhala istri-istrinya.

Hal inilah yang dilakukan oleh Rehabeam. Ia seolah-olah nampak setia dengan mengikuti perintah Tuhan untuk mengambil istri dari bangsanya sendiri, namun ia lupa bahwa Allah tidak menyuruh dia untuk megambil banyak istri. Namun demikian, anda jangan puas dulu mendengar bahwa kemunafikan Rehabeam hanya berhenti sampai disitu. Ternyata kemunafikan tokoh kita yang satu ini masih berlanjut.

Adapun Rehabeam, anak Salomo, ia memerintah di Yehuda. Rehabeam berumur empat puluh satu tahun pada waktu ia menjadi raja, dan tujuh belas tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem, kota yang dipilih TUHAN dari antara segala suku Israel untuk membuat nama-Nya tinggal di sana. Nama ibunya ialah Naama, seorang perempuan Amon. (1 Raj 14:21)
Dapatkah anda menemukan sesuatu yang menarik dari nats diatas? Bagai saya ada hal yang sungguh menarik yangd apat dipelajari. Dalam nats itu, penulis 1 Raja-Raja menyandingkan nama Yerusalem – kota yang dipilih Tuhan itu – dengan Naama – nama ibu Rehabeam, yang berarti “kemanisan”, “kenyamanan” – seorang perempuan Amon. Sebagaimana kita ketahui bani Amon adalah penyembah-penyembah dewa-dewa kejijikan yang bernama Milkom dan Molokh (1 Raja 11:5-7). Merrill F. Unger dalam Unger’s Bible Dictionary mengatakan bahwa:
Molokh adalah dewa Semit yang menjijikkan yang dihormati dengan cara mengorbankan anak-anak, di mana mereka harus berjalan melewati atau masuk ke dalam api. Penggalian yang dilakukan oleh orang-orang Palestina telah menemukan bukti-bukti berupa tengkorak anak-anak di tempat-tempat penguburan di sekitar kuil-kuil penyembahan berhala. Bangsa Amon menganggap Molokh sebagai bapa yang melindungi. Tidak ada penyembahan Semit kuno yang lebih menjijikkan daripada penyembahan terhadap Molokh.

Salomo semasa hidupnya mengijinkan istri-istrinya menyembah berhala mereka. Termasuk Naama, ibu Rehabeam, dan selama masa hidup Rehabeam belum menjadi raja ia tumbuh dalam didikan berhala ibunya. Bahkan lebih tragis lagi, pada akhirnya ayahnya, yaitu Salomo ikut juga dalam praktik penyembahan berhala yang menjijikkan ini. Jadi tidaklah mengherankan kalau pada akhirnya Rehabeam membawa bangsa ini menjauh dari Tuhan, sebagaimana tercatat dalam:

Tetapi orang Yehuda melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dan mereka menimbulkan cemburu-Nya dengan dosa yang diperbuat mereka, lebih dari pada segala yang dilakukan nenek moyang mereka. Sebab merekapun juga mendirikan tempat-tempat pengorbanan dan tugu-tugu berhala dan tiang-tiang berhala di atas setiap bukit yang tinggi dan di bawah setiap pohon yang rimbun. Bahkan ada pelacuran bakti di negeri itu. Mereka berlaku sesuai dengan segala perbuatan keji bangsa-bangsa yang telah dihalau TUHAN dari orang Israel. (1 Raja 14:22-24).

Sungguh ironis nasib keturunan Daud – orang pilihan itu – yang hancur dalam sebuah pemberontakan kepada Allah yang dapat dikatakan sempurna. Isarel menjadi alat Tuhan untuk menghalau bangsa-bsang yang berlaku keji, namun saat ini justru Israel sendiri yang melakukan kekejian itu. Tanah Perjanjian yang sebelumnya tercemar dengan segala bentuk kekejian di mata Allah telah dibersihkan dengan susah payah oleh Yosua, namun kini justru kecemaran yang telah dibersihkan itu yang mencemari Israel. Yerusalem, kota pilihan Tuhan itu, kini telah menjadi kota Molokh dan Milkon, dewa kekejian.

Berhentikah kemunafikan Rehabeam? Anda boleh menghela nafas sebentar atau mulai geram, mengapa orang yang kemunafikannya berlipat ini bisa mengisi lembaran sejarah dalam Alkitab yang suci itu, bahkan masih ada lagi, kata saya. Anda boleh saja geram, namun anda nanti akan mengerti mengapa semua itu dituliskan untuk anda. Baiklah kita akan mengungkap kemunafikan apalagi yang dilakukan tokoh luar biasa ini (luar biasa keburukannya).
Maka majulah Sisak, raja Mesir itu, menyerang Yerusalem. Ia merampas barang-barang perbendaharaan rumah TUHAN dan barang-barang perbendaharaan rumah raja; semuanya dirampasnya. Ia merampas juga perisai-perisai emas yang dibuat Salomo. Sebagai gantinya raja Rehabeam membuat perisai-perisai tembaga, yang dipercayakannya kepada pemimpin-pemimpin bentara yang menjaga pintu istana raja. Setiap kali raja masuk ke rumah TUHAN, bentara-bentara datang membawa masuk perisai-perisai itu, dan mereka pula yang mengembalikannya ke kamar jaga para bentara. ( 2 Taw 12:10-11)

Sekali lagi saya mengajukan sebuah pertanyaan kepada anda. Adakah yang menarik dari pernyataan nats ini? Bagi saya ada! Yerusalem diserahkan oleh Tuhan Allah ke tangan raja Siasak dari Mesir. Bisa jadi hal ini dilakukan Allah untuk menghukum bangsa yang tegar tengkuk ini. Dalam penyerangan ke Yerusalem ini, raja Sisak merampas semua barang-baranng perbendaharaan rumah raja. Tidak puas sampai disitu, raja Sisak juga merampas perbendaharaan rumah Tuhan termasuk perisai emas yang dibuat Salomo sebagai lambang kekayaan dan keperkasaan ikut dirampasnya. Namun apa yang dilakukan oleh Rehabeam. Rehabeam mencoba menipu seluruh umat Israel dengan menggantikan perisai emas itu dengan perisai dari tembaga. Sebuah usaha yang dapat dikatakan sukses. Mengapa demikian? Sebab perisai tembaga itu akan mengkilap seperti emas apabila digosok. Oleh sebab itulah ia menyuruh para bentaranya untuk menjaga perisai-perisai imitasi itu. Sukses bukan? Namun Rehabeam lupa bahwa sekalipun ia mampu mengelabui seluruh umat Yehuda, namun ia tidak dapat mengelabui Allah dan juga ia tidak dapat mengubah nilai tembaga menjadi sama seperti nilai emas.

Sekarang apakah anda sudah mengerti dan mengenal siapa Rehabeam? Apakah anda masih bertanya mengapa tokoh yang menyebalkan ini tercatat dalam Alkitab yang suci ini? Apa untungnya saya membaca dan mengetahui cerita ini? Sebelum saya membantu anda menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, ijinkan saya bertanya sekali lagi kepada anda secara pribadi, apakah anda sama seperti Rehabeam?

Meninggalkan Kemunafikan IV

Dari uraian mengenai Rehabeam diatas, kita memeplajari satu hal yang penting yaitu janganlah menjadi orang yang munafik. Yesus dengan tegas menegur murid-muridnya demikian “Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.” (Mat. 6:5). Sesungguhnya apa yang salah dengan orang munafik? Dengan tegas saya mengatakan banyak salahnya. Perikop pembuka kita mengatakan bahwa tidak mungkin kita dapat mengabdi kepada dua tuan, sebab bila demikian maka besar kemungkinan kita akan mengkhianati salah satunya.

Pengkhianatan! Ya, pengkhianatan adalah salah satu ciri dari kemunafikan. Orang-orang yang munafik akan dekat dengan pengkhianatan. orang-orang munafik akan mengatakan bahwa ia mempercayai Yesus sepenuhnya sambil mencari jawaban atas pergumulannya kepada kepercayaan-kepercayaan yang menyesatkan. Dengan mudahnya seorang yang munafik akan meninggalkan tuannya hanya untuk kepuasan pribadinya. Hal inilah yang dilakukan oleh Rehabeam. Ia rela meninggalkan perjanjian Allah dengan leluhurnya hanya demi kenikmatan yang sesaat. Padahal ia tahu sejarah bagaimana Tuhan Allah Israel mengeluarkan mereka nenek moyangnya dari tanah perbudakan dengan disertai tanda-tanda mujizat itu. Tapi baginya perjanjian itu hanya sampah. Orang munafik akan dengan mudah mengubah sesuatu yang berharga menjadi tidak berharga dan sesuatu yag tidak berharga justru dianggapnya menjadi berharga.

Selain pengkhianatan, ciri kemunafikan adalah sikap haus dengan pujian. Dalam Lukas 12:1 Yesus dengan keras memperingatkan murid-muridnya demikian: “Sementara itu beribu-ribu orang banyak telah berkerumun, sehingga mereka berdesak-desakan. Lalu Yesus mulai mengajar, pertama-tama kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi”. Yesus tidak menginginkan murid-muridnya menjadi munafik sama seperti orang-orang Farisi. Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat pada masa itu berdoa di lorong-lorong jalan agar semua penduduk melihat mereka sebagai orang yang rohani. Sikap ini sangat ditentang oelh Yesus. Orang-orang yang haus dengan pujian sering menipu dirinya sendiri. Sebagaimana yang dikatakan dalam Galatia 6:3, sebagai berikut: “Sebab kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri.”
Oleh sebab itu jadilah orang-orang Kristen yang dewasa. Menjadi orang Kristen yang dewasa merupakan dambaan setiap orang dan merupakan suatu tingkatan yang harus diraih. Untuk mencapainya kadangkala diperlukan hati yang rela untuk berkorban dan juga harus mengedepankan kerendahan hati. Nilai hidup manusia dewasa ini sering diukur dengan banyaknya harta yang dimiliki matau dengan ketampanan, kecantikan dan kegagahan.

Untuk itu sebagai orang Kristen jadlah orang-orang Kristen yang menunjukkan kedewasaan dalam keteladanan. Ciri-ciri orang Kristen yang dewasa antara lain:

1. Sikap Bersyukur
AKU TAK SELALU MENDAPATKAN APA YANG KUSUKAI, OLEH KARENA ITU AKU SELALU MENYUKAI APAPUN YANG AKU DAPATKAN.

Kata-kata diatas merupakan wujud syukur. Syukur merupakan kualitas hati yang
terpenting. Dengan bersyukur kita akan senantiasa diliputi rasa damai, tentram
dan bahagia. Sebaliknya, perasaan tak bersyukur akan senantiasa membebani kita. Kita akan selalu merasa kurang dan tak bahagia. Ada dua hal yang sering membuat kita tak bersyukur. Pertama, kita sering memfokuskan diri pada apa yang kita inginkan, bukan pada apa yang kita miliki. Katakanlah anda telah memiliki sebuah rumah, kendaraan, pekerjaan tetap, dan pasangan yang terbaik. Tapi anda masih merasa kurang.

Pikiran anda dipenuhi berbagai target dan keinginan. Anda begitu terobsesi oleh
rumah yang besar dan indah, mobil mewah, serta pekerjaan yang mendatangkan lebih banyak uang.

Bila tak mendapatkannya kita terus memikirkannya. Tapi anehnya, walaupun sudah mendapatkannya, kita hanya menikmati kesenangan sesaat. Kita tetap tak puas, kita ingin yang lebih lagi. Jadi, betapapun banyaknya harta yang kita miliki, kita tak pernah menjadi "KAYA" dalam arti yang sesungguhnya. Mari kita luruskan pengertian kita mengenai orang ''kaya''. Orang yang "kaya" bukanlah orang yang memiliki banyak hal, tetapi orang yang dapat menikmati apapun yang mereka miliki. Tentunya boleh-boleh saja kita memiliki keinginan, tapi kita perlu menyadari satu hal
bahwa inilah akar perasaan tak tenteram. Kita dapat mengubah perasaan ini
dengan berfokus pada apa yang sudah kita miliki. Cobalah lihat keadaan di sekeliling Anda, pikirkan yang Anda miliki, dan syukurilah. Anda akan merasakan
nikmatnya hidup. Pusatkanlah perhatian Anda pada sifat-sifat baik atasan,
pasangan, dan orang-orang di sekitar Anda. Mereka akan menjadi lebih
menyenangkan. Seorang pengarang pernah mengatakan, ''Menikahlah dengan orang yang Anda cintai, setelah itu cintailah orang yang Anda nikahi.'' Ini perwujudan rasa syukur. Hal kedua yang sering membuat kita tak bersyukur adalah kecenderungan
membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kemanapun kita pergi, selalu ada orang yang lebih pandai, lebih tampan, lebih cantik, lebih percaya diri, dan lebih kaya dari kita. Rumput tetangga memang sering kelihatan lebih hijau dari rumput di pekarangan sendiri.
Ada cerita menarik mengenai dua pasien rumah sakit jiwa. Pasien
pertama sedang duduk termenung sambil menggumam, "Lulu, Lulu". Seorang
pengunjung yang keheranan menanyakan masalah yang dihadapi orang ini. Si dokter menjawab, "Orang ini jadi gila setelah cintanya ditolak oleh Lala." Si
pengunjung manggut-manggut, tapi begitu lewat sel lain ia terkejut melihat
penghuninya terus menerus memukulkan kepalanya di tembok dan berteriak,"Lala, Lala". "Orang ini juga punya masalah dengan Lala ?" tanyanya keheranan. Dokter kemudian menjawab, "Ya, dialah yang akhirnya menikah dengan Lala". Hidup akan lebih bahagia kalau kita dapat menikmati apa yang kita miliki. Karena itu bersyukur merupakan kualitas hati yang tertinggi. Seorang ibu yang sedang terapung
di laut karena kapalnya karam, namun tetap berbahagia. Ketika ditanya kenapa
demikian, ia menjawab, "Saya mempunyai dua anak laki-laki. Yang pertama sudah meninggal, yang kedua hidup ditanah seberang. Kalau berhasil selamat, saya sangat bahagia karena dapat berjumpa dengan anak kedua saya.Tetapi kalaupun mati tenggelam, saya juga akan berbahagia karena saya akan berjumpa dengan anak pertama saya di surga".
Bersyukurlah!

Bersyukurlah bahwa kamu belum siap memiliki segala sesuatu yang kamu inginkan. Seandainya sudah, apalagi yang harus diinginkan ? Bersyukurlah apabila kamu tidak tahu sesuatu. Karena itu memberimu kesempatan untuk belajar. Bersyukurlah untuk masa-masa sulit. Di masa itulah kamu tumbuh.

Bersyukurlah untuk keterbatasanmu. Karena itu memberimu kesempatan untuk
berkembang. Bersyukurlah untuk setiap tantangan baru. Karena itu akan membangun kekuatan dan karaktermu. Bersyukurlah untuk kesalahan yang kamu buat. Itu akan mengajarkan pelajaran yang berharga. Bersyukurlah bila kamu lelah dan letih. Karena itu kamu telah membuat suatu perbedaan. Mungkin mudah untuk kita bersyukur akan hal-hal yang baik. Hidupyang berkelimpahan datang pada mereka yang juga bersyukur akan masasurut. Rasa syukur dapat mengubah hal yang negatif menjadi positif. Temukan cara bersyukur akan masalah-masalahmu dan semua itu akan menjadi berkah bagimu.

2. Taat kepada Firman Tuhan. Tuhan Yesus taat sampai akhir hidupnya kepada Bapa, oleh karena itu sepantasnyalah kita menjadikan-Nya teladan di dalam hidup kita. Kita harus taat kepada firman Tuhan, karena firman Tuhan adalah untuk kebaikan hidup kita. Jangan pernah ragu-ragu terhadap apa yang Tuhan perintahkan, karena apa yang ia firmankan pasti digenapi.

3. Peka terhadap Kehandak Allah. Memiliki kepekaan terhadap kehenda Allah tidak terjadi dan datang begitu saja dalam diri kita, tetapi harus kita latih dengan bergaul karib dengan Allah melalui media doa. Hubungan kita dengan Allah menentukan kepekaan kita terhadap kehendak Allah.

4. Mengijinkan Roh Kudus. Roh Kudus adalah oknum yang diutus Allah menjadi teman “seperjuangan” dengan kiat dalam mengarungi masa hidup kita di bumi ini. Jadi ijinkan Roh kudus berkarya dalam hidup kita.

5. Memiliki Motivasi yang benar di hadapan Allah. Orang yang dewasa rohaninya tidak gampang kecewa dan sakit hati. Karena orang yang dewasa rohaninya memiliki motivasi yang benar di hadapan Allah.

Untuk itu para pembaca yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus. Kemunafikan hanya akan membawa kita kepada kehancuran. Kemunafikan hanya akan mendatangkan kekejian di hadapan Tuhan. Tanggalkan semua itu dan tinggalkan. Hiduplh dala kebenaran yang sejati dari firaman Tuhan.