-->

Profil Hamba Tuhan

Foto saya
Jakarta, Indonesia
Seorang Hamba Tuhan yang memiliki kerinduan untuk dapat memberkati banyak orang melalui Pastoral Konseling, dengan berbagai hal dan cara, salah satunya adalah melalui fasilitas dunia maya (Internet). Riwayat Pendidikan Teologi: - Sarjana Theology (S. Th) jurusan teologi, 1999. - Master of Art (M. A) jurusan Christian Ministry, 2002. - Master of theology (M. Th)Thn 2010. - Doctor of Ministry (D. Min)Thn 2009. God Bless You All.

Pendahuluan

Shallom, selamat datang di blog saya Pdt. Denny Harseno, M. A., D. Min. Saudara, saya senang sekali jika dapat memberkati saudara sekalian melalui setiap tulisan-tulisan dan artikel-artikel yang ada pada blog ini. Jika saudara ingin membaca setiap tulisan-tulisan dan artikel-artikel terdahulu yang ada pada blog ini, saudara cukup memilih label daftar isi blog atau dengan memilih pada arsip blog yang ada di samping kiri blog ini, dan silahkan mengisi buku tamu blog saya dibawahnya, agar saya dapat mengetahui siapa saja yang telah berkunjung diblog saya. Terima kasih atas perhatiannya, Tuhan Yesus Kristus memberkati.

29 April 2009

Kehendak Allah Itu Sempurna



Nats: 1 Tes 5:16- 18

Nats diatas bunyinya demikian: Bersukacitalah senantiasa; Tetaplah berdoa; Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.

Membaca ayat- ayat ini mungkin dalam hati kita bertanya- tanya, apakah firman Allah ini hanya untuk bagi orang yang sedang: Mendapat lotre?, mendapat undian?, mendapat pekerjaan? dan mendapat apa yang sedang kita butuhkan dan harapkan? Ternyata setelah mempelajari pada pasal satunya, dugaan diatas salah semua. Kenapa?

Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat ayatnya:”... Dan kamu telah menjadi penurut kami dan penurut Tuhan; dalam penindasan yang berat kamu telah menerima firman itu dengan suka cita yang dikerjakan oleh Roh Kudus, sehingga kamu telah menjadi teladan untu semua orang yang percaya di wilayah Makedonia dan Akaya. Karena dari antara kamu firman Tuhan bergema bukan hanya di Makedonia dan Akaya saja, tetapi disemua tempat telah tersiar kabar tentang imanmu kepada Allah, sehingga kami tidak usah mengatakan apa- apa tentang hal itu...,” (1 Tes 1: 6- 8).

Terbukti keadaan jemaat di Tesalonika tersebut bukan sedang berpesta tetapi sedang berduka oleh karena beriman kepada Yesus Kristus, mereka yang sedang mengalami beban yang sangat berat yaitu dalam bentuk penindasan dan penganiyaan terhadap mereka.

Penulis surat ini adalah rasul Paulus, seakan- akan Allah yang melalui perantaraan rasul Paulus disini sedang tidak menyadari keadaan jemaat tersebut, seakan- akan juga rasul Paulus tidak melihat dan tidak realistis dengan keadaan kesusahan jemaat tersebut. Ternyata betulkan kita salah menduganya nich?!. Nach!!! Supaya kita jangan penasaran, sekarang mari kita membahasnya lebih dalam lagi ketiga ayat firman Tuhan yang ditulis oleh rasul Paulus tersebut.

Pertama: Kita harus ingat juga ada firman yang mengatakan: “Jalanmu bukan jalan- Ku; Rancanganmu bukan rancangan- Ku...”, sebenarnya kita sebagai manusia keadaan kita sangat rapuh! Tidak perduli apakah orang itu kaya atau miskin, pintar atau bodoh dan kuat ataupun lemah, pada saat mereka menghadapi setiap persoalan dan problemnya, apabila manusia itu menghadapinya tanpa perlindungan, pengaturan, penyertaan, pengandalan dan kepercayaan kepada Tuhan itu adalah usaha yang sia- sia, sebab jalan dan rancangan manusia terbatas. Kita boleh protes firman tersebut untuk menyatakan ketidak setujuan kita, kita boleh marah yang besar oleh karena kejadian yang kita hadapi dan alami sangat membuat kita menderita, kita boleh mencoba dengan kekuatan kita sendiri untuk mencari jalan keluarnya dengan mengandalkan dukun- dukun, orang - orang pintar dan paranormal, Silahkan! Hasilnya pasti gagal dan malahan penderitaan yang kita alami semangkin hari semangkin berat dan keadaan kita akan semangkin buruk. Ini menandakan manusia itu rapuh! Tidak berdaya! Tidak maha tahu! Dan tidak berhasil!

Sebenarnya Allah itu sangat baik dan sangat penuh pengertian, Dia sangat mengerti keadaan kita, Dia ingin agar kita jangan sampai kalah dengan penderitaan yang sedang kita alami, Dia ingin agar kita untuk tetap mengandalkan- Nya, Dia ingin agar kita menjadi pemenang atas segala persoalan yang kita hadapi di muka bumi ini, Dia ingin agar kita tetap berbuah walaupun ada aniaya. Bukankah sukacita itu adalah buah Roh yang kedua( Gal 5: 22), yach benar! Allah menginginkan kepada kita, agar kita tetap mengeluarkan buah- buah kita pada setiap situasi bagaimanapun dan dalam kondisi apapun, sebab apabila kita taat menuruti perintah Tuhan, Dialah penolong dan pembela yang kuat bagi kita dan bagi- Nya tidak ada yang mustahil. Sudah jelas, bukan? Akan tetapi bagaimana kalau kita tetap ngotot, tidak juga mau menuruti perintah Firman tersebut? Tolong baca dan renungkan Kitab Ulangan 28: 47- 48.

Kedua: Tetaplah berdoa ; kita mungkin masih ingat bagaimana tembok di Yerikho di hancurkan oleh Allah melalui bangsa Israel yang dipimpin oleh Yosua melalui doa mereka? Kita masih ingat nabi Elia dengan berdoa kepada Tuhan, sehingga api turun dari sorga dengan membakar korban bakarannya dan mengalahkan nabi- nabi Baal tersebut? Mereka dengan berdoa, tembok yang begitu kokoh dan kuat dengan sekejap hancur berantakan. Ternyata doa adalah yang mendatangkan kekuatan pertolongan Allah yang luar biasa bagi umat- Nya, doa adalah nafas kehidupan orang Kristen dan doa orang- orang benar apabila dengan yakin didoakan besar kuasa- Nya. Jangan lupa berdoa yach! Ini perintah Allah lho!

Ketiga: Mengucap syukurlah kepada Tuhan; Orang- orang yang selalu mengucap syukur kepadaTuhan adalah orang- orang yang tidak pernah mengingkari: Kekuatan Tuhan, keadilan Tuhan, kesetiaan Tuhan, kekuasaan Tuhan yang tidak terbatas dan ke Maha tahuannya Tuhan. Karena dalam setiap keadaan dan kejadian yang kita hadapi dan alami Tuhan maha tahu, dengan demikian pengandalan kita kepada Tuhan tetap melekat dan setia selama- lamanya dan Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk medatangkan kebaikan bagi yang mengasihi Dia...( Roma 8: 28). Mulai saat ini marilah kita lebih dekat lagi kepada Allah agar setiap perintah- Nya kita turuti dan jangan lagi ada sungutan. Alleluya! Amin.


27 April 2009

Tuhan Mencobai Umatnya?




Nats: Kej 22: 1- 13.



Kisah Alkitab pada perikop nats diatas sangat terkenal, bagi umat kristen kisah ini dipandang sebagai suatu pencobaan yang teramat berat oleh Tuhan bagi manusia Abraham, yaitu untuk mengorbankan anak satu- satunya Ishak agar disembelih atau dipotong. Sehingga muncul penafsiran seakan- akan Tuhan adalah sutradara dari kesukaran Abraham tersebut, dan sepertinya secara umum Tuhan mengadakan tindakan sewenang- wenang kepada manusia (umatnya).


Sehingga sering kali kalau ada sesuatu peristiwa kejadian yang mendatangkan musibah, mendatangkan kesukaran dan ketidak nyamanan atau kerugian bagi kita, seringkali pula dengan cepat kita mengatakan:” ini cobaan dari Tuhan,” Padahal kita belum mengadakan klarifikasi terlebih dahulu atas kejadian atau peristiwa tersebut, mungkin saja hal itu akibat ulah manusia itu sendiri dengan perbuatannya yang berdosa yang tidak taat dengan perintah Tuhan. Bisa saja oleh karena kesalahan dari tindakan manusia tersebut yang pada akhirnya muncul musibah bagi manusia itu sendiri. Hendaknya kita jangan soq tahu dan soq pintar, dengan tergesa-gesa menyalahkan Tuhan, seakan- akan kita paling rohani. Padahal kita tidak tahu apa- apa mengenai Tuhan. Jangan gitu yach!


Oleh karena itu untuk menjelaskan peristiwa yang sedang dialami oleh Abraham yang sedang dicobai oleh Tuhan itu secara jernih, sehingga tidak terjadi salah penafsiran yang dilakukan oleh manusia kepada Tuhan. Maka kita juga akan memulainya dari sisi manusianya tersebut , yaitu manusia Abraham itu sendiri.


Dalam peristiwa tersebut sebenarnya dari pihak Abraham sendiri tidak ada perasaan kegelisahan dan keresahan yang dialaminya, apalagi merasa dipersulit atau dibuat susah oleh Tuhan dengan perintah- Nya tersebut. Sebab kalau ada keresahan dan kegelisahan yang dialami oleh Abraham pasti Alkitab mencatatnya, minimal ada perkataan dari Abraham yang memprotes perintah tersebut, ini tidak ada!. Apa sebabnya demikian?


Pertama: Abraham mengenal betul siapa yang memanggilnya dan siapa yang memerintahnya. Sebab pada waktu Allah berfirman kepadanya: “ Abraham,” lalu sahutnya: “ Ya Tuhan.” Suara itu tidak asing lagi pada telinga dan ingatan Abraham, itu suara Tuhannya yang Abraham sembah dan yang Abraham layani. Lalu Firmannya: “ Ambilah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia disana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan padamu.” Perintah ini juga bagi Abraham adalah perintah kebenaran yang harus Abraham kerjakan, bukan suatu perintah yang konyol. Karena Abraham beranggapan setiap perintah Allahnya adalah baik adanya, pantang ditolaknya dan tidak ada sedikitpun pada perasaan Abraham mencurigai perintah tersebut. Memang demikian seharusnya!, Bagaimana dengan kita?


Kedua: Abraham dengan ketaatannya tidak lagi menunda perintah tersebut , maka keesokan harinya, pagi- pagi Abraham dengan mengajak Ishak anaknya mempersiapkan segala kebutuhannya, baik kebutuhan bekal sepanjang perjalanannya maupun untuk korban bakaran kepada Tuhannya, kelak pada waktu sampai di gunung Moria tersebut. Perjalanan yang menyenangkan sebab ingin berbuat sesuatu pada Tuhan, tanpa sungutan.


Ketiga: Abraham sangat tahu bahwa rancangan Tuhan adalah rancangan damai sejahtera bukan rancangan kecelakaan. Perhatikan pembicaraannya dengan kedua bujangnya itu, Abraham mengatakan: “Tinggalah kamu disini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami akan kembali kepadamu. Perhatikan kata kami yang dicetak tebal dan huruf miring tersebut , yang mengartikan kata jamak yang artinya Abraham dan anaknya berdua akan kembali turun gunung bersama- sama dengan Ishak. Abraham sangat yakin bahwa Ishak anaknya tidak akan diapa- apakan oleh Allahnya, sebab Ishak adalah anak yang telah dijanjikan Allah kepadanya sebagai ahli waris penerus keturunannya sebagia umat kepunyaan- Nya. Sesungguhnya janji Allah layak dipegang dan dipercaya oleh kita selamanya.


Keempat: Abraham disini sekaligus mendidik kepada keturunannya yakni Ishak anaknya yang tunggal itu, untuk tidak meragukan Allah yang ia sembah dengan segala perintahnya dan janji- janjinya. Kelak si Ishak juga mempercayai Allah bapaknya sebagai Allah satu- satunya yang layak ia percaya dan tidak ada Allah lain seperti Allah bapaknya. Maka ada sebutan Allah Abraham, Ishak dan Yakub. Untuk itu perhatikan percakapanya dengan Ishak, pada waktu Ishak mengatakan: “Bapa”, sahut Abraham: “Ya, anakku.” Bertanyalah ia: “Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu? Sahut Abraham: “Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi –Nya, anakku.” Demikianlah keduanya berjalan bersama- sama. Sungguh kejadian yang mengharukan, antara bapak dan anak mempunyai pengertian yang sama akan Allah yang mereka sembah, dan kekompakan yang begitu kuat. Disini kita sebagai orang tua, apakah kita sudah mengajarkan kepada anak kita, bahwa Allah yang kita sembah juga adalah Allah yang anak kita juga harus menyembahnya?


Kelima: Sesungguhnya kejadian pada perikop ini, yaitu Abraham sedang diuji oleh Tuhan, bisa dipakai untuk membenarkan, yaitu bahwa pada saat manusia mengalami berbagai kesulitan, penyebabnya adalah cobaan dari Allah, itu adalah sangat keliru dan gegabah! Untuk itu dengan ditulisnya penjelasan yang panjang lebar ini, jelas terlihat jauh sekali perbedaannya yaitu antara kejadiaan Abraham yang sedang berbakti dengan Allahnya, dibandingkan dengan kejadian musibah demi musibah yang sedang dialami oleh manusia lainnya. Ingat Allah tidak pernah mecobai umatnya, pencobaan itu berasal dari si Iblis yang mengadakannya agar manusia membenci Allah. Yang pada akhirnya manusia menjauh dari Allah penciptanya. Sesungguhnya Tuhan sangat mengasihi kita, kenallah jalan- jalan- Nya dan rancangan- rancangan- Nya dengan penuh kerinduan dan kerendahan hati. Halleluyah, amin.


24 April 2009

Waspadai Ketidaksadaran Kita


Banyak orang Kristen sering kali mengaku- ngaku sebagai orang yang paling benar dalam hidupnya, akan tetapi kenyataan dalam perbuatannya sebaliknya. Banyak yang mengatakan saya orang baik ternyata yang diperbuatnya adalah yang jahat, gejala ini mencerminkan ketidak sadaran bagi orang- orang tersebut.


Celakanya lagi banyak orang Kristen mengaku- ngaku sebagai pengikut Tuhan Yesus, ternyata Tuhan Yesus sendiri tidak mengakui mereka sebagai pengikut Nya, mengapa? Karena Tuhan Yesus sendiri pernah mengatakan:” Bukan setiap orang yang berseru kepada- Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam kerajaan sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa- Ku yang di sorga.” ...dan walaupun kita beralasan telah bernubuat, menyembuhkan orang sakit dan mengusir setan demi nama Yesus, dan mengadakan banyak mujizat demi nama Yesus, itu bukanlah sebuah alasan yang tepat untuk berargumen dengan Tuhan, Sebab pada waktu itu Yesus akan berterus terang: “ Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada- Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”( Matius 7: 21- 23). Ironis, bukan!?


Sesungguhnya dengan mempelajari ayat- ayat tersebut diatas, kepercayaan Kristen bukanlah sebuah kepercayaan yang sesederhana seperti yang banyak orang Kristen pikirkan. Kalau sudah dibaptis rasanya pasti masuk sorga, padahal kegiatannya sering kedukun, kalau sudah ke gereja merasa sudah menunaikan kewajibannya, padahal masih ada dendam, demikian pula kalau sudah berdoa merasa sudah dekat dengan Tuhan, padahal doanya hanya permintaan melulu. sebenarnya itu belum ukuran yang sesungguhnya. Akan tetapi ke Kristenan adalah sebuah nilai kepercayaan yang harus dipertanggung- jawabkan hari demi hari dalam sepanjang hidup pemeluknya, di dalam perbuatan maupun ucapannya sesuai yang Yesus ajarkan dengan firman-Nya. Dan keselamatan yang Tuhan berikan itu harus dipertanggung- jawabkan secara pribadi lepas pribadi, bukan berdasarkan keturunan ataupun sekelompok orang dan tidak bisa secara koletif, yang artinya apabila orang tersebut keturunannya Kristen maka selamatlah semuanya. Itu salah! Dan bukan sekali selamat tetap selamat! Ingat keselamatan itu bisa hilang! Anugerah keselamatan bukan barang murahan, saudaraku!? Sadarilah!


Didalam perikop firman Tuhan pada Matius 16: 20 Yesus pernah melarang murid- murid- Nya supaya jangan memberitahu kepada siapa pun bahwa Ia Mesias. Pelarangan ini kita percaya pasti ada maksudnya, sebab bukankah ke Mesiasan Yesus harus diberitakan? Koq ini dilarang untuk diberitahu kepada orang lain oleh para murid- Nya. Kenapa demikian? Untuk mengetahui pelarangan yang Yesus maksud tersebut sebenarnya dengan mudah kita bisa ketahui, caranya adalah sebagai berikut: Ajukan pertanyaan kepada diri kita sendiri.


Pertama: Kalau kita sampai mempercayai Yesus sebagai Mesias, itu karena apa? Apakah oleh karena faktor keturunan sehingga kita menjadi Kristen? Kalau hal demikian alasan yang kita buat, landasan ke Kritenan kita sangat lemah. Sebab banyak kejadian akhir- akhir ini, seperti yang kita saksikan bersama, oleh karena nilai sebuah perkawinan berbeda agama orang tersebut tidak setia kepada Yesus lalu murtad walaupun awalnya menjadi Kristen secara keturunan, jadi tidak menjamin untuk setia selamanya terhadap kepercayaannya.


Kedua: Apakah kita mengakui Yesus sebagai Mesias oleh karena promosi orang lain?

Kalau jawaban yach! Inipun alasannya sangat lemah, karena kalau orang yang mempromosikan itu mengecewakan kita. Niscaya kita akan murtad.


Ketiga: Apakah kita mengakui Yesus sebagai Mesias karena kita sangat diberkati ?

Kalau jawabannya Yach! Ini juga alasannya lemah, sebab bagaimana kalau terjadi peristiwa sebaliknya?

Dari alasan- alasan tersebut diatas sudah cukup bukti untuk mengakui Yesus sebagai Mesias secara benar dan mempunyai landasan yang kuat tidak segampang asal ngaku, asal ngikut, asal diberkati dan asal- asalan. Apalagi dengan tanpa kesadaran yang utuh dari kita, sangat disayangkan, bukan?


Sesungguhnya yang Yesus inginkan dari kita, pada saat kita mengambil keputusan untuk mengakui Dia sebagai Mesias adalah dari hasil kesadaran yang kita lakukan, berdasarkan suatu keputusan mutlak dari diri kita sendiri dan dari hati kita yang paling dalam, tanpa dipengaruhi dengan situasi apapun, dalam kondisi apapun dan oleh sipapun walaupun ia seorang pendeta. Niscaya Iman Kita akan berdiri tegar dan kuat dalam sepanjang umur hidup kita dan kita cinta Yesus selamanya. Sehingga Yesus mengatakan kepada kita seperti yang Ia katakan kepada rasul Petrus:” Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa- Ku yang di Sorga. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan diatas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat- Ku dan alam maut tidak bisa menguasainya...”(Matius 16: 17- 18).Haleluyah! Amin.

22 April 2009

MENJAGA HATI, MENJAGA HIDUP DAN MENJAGA HUBUNGAN DENGAN TUHAN



Matius 5:8



Bapak ibu yang terkasih di dalam Tuhan kalau ada yang bertanya diantara tubuh kita yang paling penting itu apa? Salah satunya adalah hati, mengapa demikian? Seperti nats diatas hati yang suci bisa melihat Allah. Adalah suatu yang kita dambakan bersama. Hati bisa menentukan mati dan hidupnya seseorang.

Dalam arti jasmani apabila orang sakit atau rusak hatinya (lever) itu namanya mengidap penyakit hepatitis yang bisa mematikan orang tersebut. Arti rohani apabila sakit hati (akar pahit, kecewa, dendam) ini juga bisa mematikan rohani kita dihadapan sesama dan Tuhan.

Maka dari itu ada ungkapan dalam kalimat yang terbentuk dari kata hati contohnya : hati-hati, sakit hati, patah hati, tawar hati, iri hati, keras hati, remuk hati, tinggi hati, panas hati, sesuka hati, makan hati. Dan juga dari kata hati bisa membentuk kalimat ekspresi seperti : baik hati, jatuh hati, patah hati, sedih hati, lembut hati, senang hati, buah hati, permata hati, suara hati, tinggi hati, tawar hati, rela hati, isi hati, jantung hati, sampai hati, tulus hati, suka hati, menarik hati, remuk hati, panas hati, dsb.

Dari sekian banyak jumlah kalimat yang dibentuk dari kata hati. Sudah barang tentu hati, baik jasmani maupun rohani adalah penting. Maka dari itu kegunaan hati bisa dibagi ke dalam tiga bagian di dalam setiap pergerakkan dalam kehidupan kita, sebagai berikut :

1. Hati sebagai pusat intelek atau kreasi :
- 1 Samuel 1:12-13 → Hana meminta anak
- Mazmur 119:11 → Menyimpan firman Tuhan
- Mazmur 140:3 → Merancang dalam hati
- Kisah 5:1-3 → Ananias dan Safira hatinya berbohong
- Markus 7:21-23 → Hati yang jahat

2. Hati sebagai pusat perasaan :
- Mazmur 51:19 → Hati yang bertobat
- Yesaya 57:15 → Hati yang dihidupkan
- Matius 11:29 → Hati yang lembut dan murah hati
- Yesaya 29:13 → Hati yang menjauh daripada Tuhan

3. Hati sebagai pusat kehendak :
- Yesaya 57:17 → Hati yang murtad
- Yosua 24:23 → Hati yang tunduk kepada Tuhan
- Mazmur 21:2-3 → Hati yang rindu diberkati
- Roma 10:1 → Hati yang mengingkan orang lain diselamatkan
- Kejadian 3:6 → Hati yang mengikuti perkataan iblis
- Amsal 4:23 → Hati sebagai cahaya kehidupan

KESIMPULAN
Dengan demikian bapak ibu yang terkasih di dalam Tuhan. Dengan melihat begitu banyak firman Tuhan yang mengatakan dan menyatakan tentang hati, betapa hati itu harus terjaga harus hidup dan harus benar-benar tetap berhubungan dengan Tuhan. Kalau kita mau mendapatkan : kesembuhan, berkat dan mujizat sepanjang umur kita. Hati-hati dengan hatimu dan harus dijaga sampai mati, haleluyah Amin.

20 April 2009

Fungsinya Perasaan Malu



Sesungguhnya yang membedakan antara manusia dengan mahluk lainnya, salah satunya adalah perasaan malu. Karena hanya mahluk manusialah sebagai ciptaan Tuhan yang mempunyai perasaan malu. Monyet walaupun mirip manusia tetapi tidak punya perasaan malu, buktinya monyet tidak berpakaian dalam kesehariannya sedangkan manusia mengenakan pakaian dalam kesehariannya. Dengan demikian fungsi perasaan malu yang ada pada manusia disamping untuk membedakan dengan mahluk lainnya, adalah untuk menjadikan manusia: bermartabat, berintelgensia, berkepribadian, bergengsi, berevolusi dalam pikiran maupun dalam karya- karyanya dan masih banyak lagi yang bisa dilakukan oleh manusia tersebut dengan berbekal perasaan malu tersebut.


Dengan perasaan malu Adam dan Hawa pada waktu mereka jatuh dalam dosa, mereka dapati diri mereka bertelanjang di hadapan Tuhan sehingga mereka menutupi auratnya dengan daun ara. Yang pada akhirnya Tuhan sendirilah yang menolong mereka membuatkan pakaian mereka dari kulit binatang, agar mereka tidak bertelanjang. Ternyata perasaan malu yang ada pada manusia itu sangat penting sekali. Nah!!! Sekarang bagaimana jika sesorang tidak lagi mempunyai perasaan malu tersebut. Apakah dapat bisa dikatakan manusia sama dengan mahluk lainnya yang bukan manusia? Jawabannya bisa ya!, Bisa tidak!, Mengapa demikian? Disini kita tidak bisa menghakimi, sebab penghakiman itu haknya Tuhan.


Akan tetapi ada tinjauan yang sangat baik untuk kita belajar didalamnya mengenai perasaan tidak tahu malu tersebut, Yaitu tinjauan secara Alkitabiah. Adapun tinjauannya sebagai berikut:


Pertama; Manusia yang tidak mempunyai perasaan malu, mereka tidak mengenal noda mereka walaupun mereka telah melakukan kejijikan dihadapan Allah secara berulang- ulang. Sepertinya kejijikan tersebut sudah melekat sedemikian rupa pada hidup mereka, sehinga mereka beranggapan adalah hal yang biasa, hukumannya yang Tuhan berikan adalah: Mereka akan tersandung jatuh dan rebah (Yeremia 6: 15), mereka tidak bisa diharapkan buahnya lagi, dan Tuhan telah menetapkan orang- orang yang akan melindas mereka (Yeremia 8: 12- 13).


Kedua; Manusia yang tidak punya perasaan malu, harus menyadari dan bertobat sebab Tuhan Yesus telah mengubahnya yang dahulu menjadi hamba dosa sekarang menjadi hamba kebenaran, yang seharusnya mati binasa akan tetapi telah memperoleh hidup yang kekal (Roma 6: 18- 23).


Ketiga; Manusia yang tidak mempunyai perasaan malu, dianggap orang yang tidak mengenal Allah (1 Korintus15: 33- 34).


Keempat; Manusia yang tidak mempuyai perasaan malu, hatinya tidak ada ketulusan untuk melakukan ketetapan- ketetapan Tuhan dan akhirnya dipermalukan (Mazmur 119: 80). Dengan demikian setelah mempelajari firman Tuhan ternyata perasaan malu tersebut sangat penting tetap ada melekat pada manusia, agar kita berbeda dengan mahluk lain. Karena manusia itu sebenarnya segambar serupa dengan penciptanya (Kejadian 1: 27). Hebat bukan!??


18 April 2009

Hidup Dalam Anugrah Part 1






NATS : EFESUS 2 :3 -18



Saudara-saudara yang terkasih di dalam Yesus Kristus Tuhan…ANUGERAH!! Apa yang terlintas dalam pikiran kita saat kita mendengar kata anugerah? Apakah hal itu berarti sesuatu yang gratis? Atau sesuatu yang murah dan tidak perlu jerih lelah untuk mendapatkannya? Ya! Mungkin saja pengertian itu ada benarnya. Terserah bagaimana cara kita memandang anugerah dalam berbagai ragam pengertian. Masing-masing dari kita, yaitu saya dan pembaca boleh untuk memberi definisi tentang anugerah. tetapi, ijinkan saya pada saat ini memberikan suatu penjelasan dalam catatan khotbah saya ini mengenai pengertian anugerah. Kita akan masuk dalam samudera pembahasan tentang anugerah, namun sebelumnya kita harus tahu darimana kita akan mulai untuk berlayar. Surat Efesus, khusunya pada pasal dua memberikan secercah harapan bagi kita untuk dapat mengerti apa yang dimaksudkan dengan anugerah. Namun sebelumnya, ijinkan saya juga untuk memberitahukan pada saudara bahwa kita tidak akan membahas pokok bahasan Efesus 2 secara berurut ayat per ayat. Apa sebabnya? Saya percaya setelah saudara membacanya, akan saudara akan memahaminya.


Di dalam suratan Paulus kepada jemaat di Efesus, khususnya pada Efesus 2:5 dikatakan, "Oleh kasih karunia kamu diselamatkan …." Kalimat ini yang menjadi jawaban bagi pertanyaan dunia tentang keselamatan. Firman Tuhan ini menjadi satu pegangan bagi iman Kristen bagaimana manusia bisa diselamatkan. Dalam hal ini doktrin keKristenan berpijak pada apa yang disebut dengan belas kasihan Allah. Dalam ayat ini menggunakan kata kasih karunia atau rahmat. Rahmat adalah suatu kondisi dimana seseorang yang melihat sesamanya dalam keadaan papa yang tidak ada pengharapan lalu muncul tangisan belas kasihan dan tekad untuk mau menolong. Rahmat inilah yang menjadi pemicu tindakan penyelamatan Allah kepada manusia, sebab didapati-Nya bahwa manusia sudah tidak ada pengharapan dan sudah mati karena dosa-dosa dan pelanggaran-pelanggaran mereka.


Jadi, untuk dapat mengerti konsep anugerah Allah, maka harus ada suatu kesadaran bahwa kita mengerti apa itu yang disebut rahmat. Pada saat ini banyak orang percaya yang memiliki pandangan dan konsep yang salah tentang anugerah. Akibatnya banyak orang yang memberikan pandangan miring terhadap anugerah. Banyak orang mengatakan enak menjadi orang Kristen karena kita bisa berbuat dosa semaunya karena menganggap keselamatan adalah anugerah dan cuma-cuma.


Itu alasannya, mengapa kita perlu mengerti konsep anugerah dengan benar dan mengerti apa alasan Allah memberi anugerah. Di dalam Efesus 2:4 dikatakan, "Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat (belas kasihan), oleh karena kasihNya yang besar dilimpahkanNya kepada kita,…." Apabila kita kembali kepada konsep rahmat, sebagai suatu kondisi yang tidak tega melihat keadaan yang papa, maka dapat disimpulkan bahwa Allah tidak dapat melihat orang yang di dalam keadaan papa tanpa pengharapan, sebab itu Allah kaya dengan rahmat. Hal inilah yang menjadi pendorong bagi-Nya untuk mengasihi dengan kasih yang terbesar dan berada di luar kemampuan yang manusia dapat lakukan.


Dalam hal ini dapat dilihat dua sifat Allah yang melandasi anugerah. Dua sifat Allah ini harus di mengerti secara keseluruhan baru kita bisa mengerti anugerah secara tepat. Pertama, manusia berada dalam kondisi yang sangat papa dan tidak memiliki pengharapan sama sekali. Mengapa demikian? Dalam Efesus 2:4 tersirat kenyataan itu, dimana manusia berada dalam kondisi membutuhkan rahmat. Dan Allah yang penuh rahmat itulah yang dibutuhkan oleh manusia. Jadi kunci pertama mengerti anugerah adalah kesadaran bahwa saudara kita adalah orang-orang yang di dalam keadaan tanpa pengharapan. Seorang yang sadar bahwa dia tidak memiliki kemampuan yang bisa dia kerjakan untuk mendapatkan keselamatan. Orang-orang seperti inil disebut orang yang hancur hatinya atau yang putus pengharapan. Kita adalah orang-orang yang seharusnya dijathui penghukuman. Kita tidak mempunyai kesempatan apapun untuk mendapatkan keselamatan. Itulah titik dimana kita mulai bersentuhan dengan anugerah Allah. Banyak orang Kristen tidak pernah mengerti anugerah karena di dalam hati dia mengatakan perlu Tuhan Yesus tetapi bagaimanapun dia merasa masih cukup baik. Jika kita menjadi orang Kristen tetapi tidak mengerti betapa fatalnya dosa, maka kita tidak memiliki kesadaran akan pengertian anugerah secara tepat. Paulus adalah orang yang sadar akan hal ini. Itu sebabnya di dalam Ef 2:3 mengatakan, "Pada dasarnya kami adalah orang yang harus dimurkai sama seperti mereka yang lain."

Hidup Dalam Anugrah Part 2

Disini Paulus mencoba melihat dari dua sisi: Pertama, apa yang Allah kerjakan dan kedua, manusia itu sebenarnya siapa. Saya adalah orang yang harus dimurkai dilain sisi Allah yang kaya rahmat memberikan rahmat. Allah yang penuh kasih memberikan kasih. Dua gambaran ini membuat seseorang sulit sekali mengerti. Sebagai orang yang harus dimurkai maka kita seharusnya menerima murka Allah. Di lain pihak kalau Allah adalah Allah yang penuh dengan belas kasihan maka manusia seharusnya dikasihi. Namun sekarang manusia harus dimurkai, maka Allah mengasihi. Jika saya adalah obyek murka Allah harusnya Allah murka, itu logis. Tetapi Alkitab mengatakan, kita adalah orang yang harus dimurkai maka Allah berahmat dan mengasihi kita, ini sulit dimengerti. Ajaran anugerah adalah konsep yang sulit dimengerti oleh manusia. Mengapa? Karena didasarkan pada dua sifat yang bertolak belakang yang tidak pernah bisa dipertemukan oleh manusia. Anugerah adalah konsep yang sulit dimengerti oleh dunia. Manusia memang tidak mampu dan tidak mungkin memparadokskan kedua sifat tersebut. Akibatnya manusia terjebak dan jatuh pada satu sistem dan tidak bisa lagi melihat sistem yang lain.


Dalam ayat 3 sampai ayat 7, digambarkan suatu kondisi yang dualistik. Di satu sisi berkenaan manusia di dalam sejarah (ay 1- 3). Sedangkan ayat 4 sampai 7 berkenaan dengan tindakan Allah yang sudah diformat di dalam kekekalan. Tindakan ini keluar dari sifat sejati Allah yang melampaui ruang dan melampaui waktu. Di satu sisi kita adalah orang yang harus binasa di bawah murka Allah namun di dalam kekekalan Allah sudah menyediakan rahmatNya, cinta kasihNya yang menjadi sifat dasar Dia, yang mengharuskan Dia mengambil tindakan untuk menyelamatkan kita. Inilah anugerah yang begitu besar yang Tuhan nyatakan kepada kita dan merupakan dua hal yang berjalan bersama-sama. Setelah kita mengerti paradoks ini sekarang kita akan masuk pada pengertian doktrin anugerah itu secara keseluruhan. Pertama, tindakan anugerah yang tidak mungkin bisa dipikirkan oleh pikiran manusia. Alkitab mengajarkan bahwa kita adalah orang yang harus dimurkai, maka Allah memberikan rahmat dan cinta kasih untuk menyelamatkan kita. Ini teori logika yang Alkitab sodorkan kepada kita. Pola inilah yang membuat doktrin anugerah melampaui pikiran manusia. Ini menunjukkan salah satu bukti bahwa ajaran Alkitab melampaui apa yang manusia bisa spekulasikan. Memang ini tidak bisa dimengerti kecuali Allah yang membuka konsep ini. Jadi, jika kita mengerti konsep anugerah itu salah satu anugerah yang paling besar karena saudara mengerti. (bnd Mat 13:10-13). Mari kita masuk ke dalam doktrin anugerah ini dengan ucapan syukur, karena doktrin ini melampaui pikiran manusia tidak mungkin manusia bisa pikirkan. Jika kita memahami paradoks antara murka Allah dan rahmat Allah, antara keadilan Allah dan cinta kasih ini merupakan anugerah yang begitu besar yang Tuhan berikan kepada kita.


Kedua, anugerah adalah sesuatu yang tidak layak kita terima. Istilah anugerah itu sendiri menunjukkan bahwa saya tidak layak menerima. Paulus mengatakan, "Kami adalah orang yang harus dimurkai." Kalimat ini sangat final di dalam membahas kefatalan kita. Ini yang pertama-tama dibicarakan setelah itu barulah Paulus bicara anugerah Tuhan. Saudara, doktrin anugerah adalah doktrin yang penting yang menunjukkan Allah mengasihi dengan cara yang tidak bisa dibayangkan, tidak bisa diukur dan tidak bisa dikerjakan oleh manusia. Ini merupakan tindakan pertolongan Allah yang begitu besar yang Tuhan berikan kepada setiap kita. Jika kita mengerti ini kita tahu berapa besar nilai hidup kita dihadapan Tuhan. Dan ini juga dapat membuat hidup kita mempunyai percaya diri bukan pada diri tetapi pada Tuhan yang menguatkan prinsip dan kehidupan diri (bnd. teladan Ayub). Jika kita sadar akan konsep ini, kita akan hidup dengan penuh ucapan syukur, melayani Tuhan dengan baik. Orang yang sadar bahwa semua yang ada ditangannya itu anugerah Tuhan dia tidak berani bermain-main dengan itu. Dengan demikian kita bisa mempunyai pertanggungjawab diri dan semangat yang rendah hati dihadapan Tuhan. Jika kita tidak mengerti anugerah Allah tidak heran dunia ini menjadi rusak.

Hidup Dalam Anugrah Part 3

Ketiga, jika kita mengerti anugerah kita tahu anugerah itu bukan anugerah murahan. Banyak orang pikir jika anugerah itu diberikan cuma-cuma itu berarti barang yang tidak ada harganya. Ini keliru. Memang dunia banyak contoh seperti itu. Ini wajar karena dunia kita penuh dengan orang-orang egois. Dan orang egois tidak mau memberi barang yang bagus. Tetapi berbeda dengan Tuhan. Tuhan memberi contoh yang paling konkrit, dia beri anugerah yang paling besar. Alkitab mengajarkan anugerah yang diberikan kepada kita dikerjakan dengan pembayaran harga yang paling mahal yaitu darah Anak Tunggal Allah sendiri. Semua anugerah yang sudah diberikan kepada kita dikerjakan bukan dengan harga yang murah melainkan melalui pengorbanan AnakNya Yang Tunggal yang telah mati untuk kita. Ini adalah anugerah yang terlalu mahal yang harus dan bisa dikerjakan di tengah dunia. Dan ketika manusia mau mengerti anugerah dia tidak mungkin mengerti karena itu terlalu mahal. Alkitab mengatakan harganya dibayar bukan dengan emas dan perak tetapi dibayar dengan hidup Anak Tunggal Allah. Anugerah yang Allah berikan adalah merupakan ungkapan cinta kasih yang tidak ada ukurannya diseluruh dunia. Cinta yang begitu besar sehingga Alkitab mengatakan, "karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya Yang Tunggal supaya barang siapa yang percaya tidak binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal." Kalimat ini bukan kalimat kosong. Allah sendiri telah mengirimkan Anaknya Yang Tunggal mati demi menyelamatkan kita yang harusnya dimurkai oleh Tuhan. Anugerah Allah adalah anugerah yang telah terbukti bukan sekedar kata-kata bahwa Allah mengasihi kita. Tuhan ingin kita belajar mencintai Dia mengasihi Dia dengan segenap hati kita dengan segenap akal budi kita, segenap kemampuan kita dengan seluruh keberadaan kita.


Efesus 2:8-9 merupakan berita yang sangat penting di dalam kekristenan. Kedua ayat ini dapat dikatakan sebagai finalitas dari berita Injil, yang membedakan kekristenan dari agama maupun filsafat apapun yang ada di dunia. Gereja ada dalam dunia jawabannya terdapat di ayat 8-9. Efesus 2:8-9, "Karena kasih karunia kamu diselamatkan melalui iman itu bukan hasil usahamu tetapi pemberian Allah." Efesus 2:8-9 merupakan berita terpenting yang tidak mampu di jawab oleh siapapun.


Namun ayat 8-9 ini tidak bisa dilepaskan dari ayat 1-7. Berita ayat 8-9 merupakan konklusi dan juga merupakan tindakan anugerah Allah untuk menjawab kesulitan dari ayat 1-3. Sedangkan ayat 4-7, berkenaan bagaimana Allah yang penuh dengan rahmat memberikan anugerah. Ada beberapa hal yang kita akan pikirkan sehubungan dengan ayat 8-9. Pertama, Anugerah di dalam ayat 8 ini bukan sembarang anugerah. Alkitab mengatakan, "Karena anugerah kita diselamatkan." Berita ini menjadi berita penting dimana finalitas kekristenan berhenti disini. Dan ini juga berhubungan dengan pertanyaan paling mendasar yaitu: "Siapa manusia? dan "Manusia mau kemana?" Pertanyaan ini berusaha dijawab oleh semua agama dan semua filsafat yang ada di dunia. Dan ini juga menjadi pertanyaan yang serius di dalam hati kita.


Salahkah orang Kristen jika mempertanyakan pertanyaan ini? Tidak! Orang Kristen boleh membuat pertanyaan yang sangat kritis. Mempertanyakan pertanyaan yang kritis tidak salah. Tapi bagaimana mendapat jawaban dari pertanyaan tersebut itu yang menjadi masalah. Jadi, pertanyaannya tidak salah tetapi jawabnya itulah yang salah. Disini kita melihat, manusia yang tidak tahu dirinya siapa, bertanya kepada dirinya sendiri. Jadi yang tidak memiliki jawaban bertanya kepada diri yang tidak memiliki jawaban. Yang celaka, kita yang tidak tahu diri kita siapa, justru memberi kepastian jawaban. Jadi, yang seharusnya berhak menjawab adalah yang punyak hak untuk menjawab. Dalam hal ini, hanya Tuhan yang berhak menjawab, karena Dialah dasar kebenaran itu sendiri. Ketika manusia mau berusaha tahu manusia berdasarkan diri yang tidak mengenal diri maka manusia tidak bisa menemukan jawaban yang tuntas. Salah satu kelemahan dan ketidakmampuan manusia untuk mengenal dirinya adalah ketika manusia berusaha mencari tahu manusia. Padahal manusia sudah berada di dalam keadaan rusak total setelah jatuh ke dalam dosa. Hanya kembali kepada Alkitab manusia baru bisa mengenal dirinya sendiri. Alkitab mengatakan manusia sudah mati di dalam dosa. Bahkan manusia bukan hanya mati tetapi juga sudah dibelenggu oleh kuasa kematian yaitu kuasa dosa yang menjadikan dia menjadi budak dosa. Pikirannya adalah pikiran yang berdosa. Hidup di dalam hawa nafsu dosa yang menjadikan dia budak dosa. Tidak ada kemungkinan bagi manusia untuk bisa melepaskan diri kuasa dosa. Ini adalah fakta yang harus kita sadari!

Sesudah membicarakan ini, barulah Paulus membicarakan Ef 2:8-9, "Karena anugerah kamu diselamatkan." Ayat ini menjawab problematika yang paling serius yaitu kematian. Mati adalah proses destruksi yang menuju pada kehancuran. Paulus mengatakan bahwa di dalam dirinya kondisi mati terus menggerogoti dia menuju kepada penghancuran total. Kondisi ini membawa manusia hanya pada satu jawaban yaitu menuju kepada kematian yang kekal. Itu sebabnya jika manusia tidak kembali kepada Allah betapa mengerikannya hidup manusia.

Paulus dalam Ef 2:4, membuka satu rahasia besar yaitu Allah yang penuh dengan rahmat mengirimkan Kristus ke dalam dunia untuk mati menebus manusia. Inilah urgensi kekristenan di tengah dunia. Kekristenan bukan salah satu agama di antara sekian banyak agama yang ada juga bukan salah satu pemikiran filsafat di tengah pemikiran filsafat yang ada. Kekristenan adalah satu-satunya agama, satu-satunya pikiran filsafat yang bisa menjawab dan menyelesaikan problematik yang paling berat bagi manusia. Alkitab mengajarkan bahwa manusia berada di dalam kondisi mati. Di dalam situasi ini firman Tuhan lebih lanjut mengajarkan bahwa Allah, karena kasihNya yang begitu besar telah mengirimkan anakNya Yang Tunggal, supaya barang siapa yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3:16). Ini merupakan masalah yang serius, karena begitu seriusnya, Anak Tunggal Allah sendiri, harus datang ke dalam dunia dan mati bagi orang berdosa.


Berita ini memang sulit dimengerti oleh manusia. Mengapa? Karena anugerah Allah menyelamatkan kita melalui iman itu adalah pekerjaan Allah bukan usaha manusia. Manusia hidup di tengah dunia yang telah dipengaruhi oleh humanisme, egoisme, evolusionisme merasa bahwa manusia harus berjuang. Demikian juga berjuang untuk memperoleh keselamatan sedang kekristenan tidak demikian. Kekristenan mengajarkan keselamatan itu mutlak anugerah dari Allah bukan berdasarkan usaha manusia. Tidak ada satu unsur manusiapun yang bisa menyelamatkan manusia. Alasannya, karena manusia yang mati tidak mungkin bisa berespon. Hanya berdasarkan anugerah Allah kita baru dapat berespon, dihidupkan dan dibangkitkan. Disini kita melihat mengapa keselamatan Kristen berbeda dari orang dunia. Orang dunia tidak pernah bisa mengerti essensi manusia yang sudah jatuh dalam dosa. Orang yang mati tidak mungkin bisa mengerti firman Tuhan kecuali orang tersebut dibangkitkan oleh Allah. Waktu orang tersebut dibangkitkan oleh Allah berarti orang tersebut dalam kondisi pasif total. Dengan dasar ini tidak satu orang Kristen yang sejati, menyombongkan diri, karena dia sadar ketika diselamatkan itu mutlak karena anugerah Tuhan. Efesus 2:8-9 mengatakan, "Itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu, jangan ada orang yang memegahkan diri."