Amsal 21:13, "Siapa menutup telinganya bagi jeritan orang lembah, tidak akan menerima jawaban, kalau ia sendiri berseru-seru".
Ditengah kehidupan pada akhir zaman ini, kita menyaksikan betapa banyak penderitaan yang dialami manusia dari hari kehari sehingga mereka stres, depresi, frustasi, putus asa, sakit hati, dendam, kecewa, dan lain-lain.
Tidak terkecuali kehidupan orang yang mengaku dirinya Kristen. Masalah besar ini sering dipertanyakan banyak orang. "Mengapa Tuhan mengizinkan dan membiarkan manusia mengalami penderitaan?"
Setiap manusia dilahirkan dengan hati nurani, yang di dalamnya ada perasaan cinta kasih kepada sesama. Orang menolong digerakkan oleh perasaan cinta kasihnya. Cinta kasih yang murni itu tanpa pamrih, tanpa memperhitungkan kepentingan sendiri.
Kodrat dan potensi cinta kasih dalam hati nurani inilah yang melahirkan perbuatan menolong. Namun, perbuatan menolong yang dilandasi alasan tertentu, bukanlah menolong sejati. Saya menolong karena dia saudara saya, saya menolong karena dia cantik, saya menolong agar dia masuk golongan saya, itu semua adalah alasan-alasan dengan kepentingan sendiri, yang semua itu dapat mencemari nilai "menolong".
Menolong harus dilandasi dengan cinta kasih yang murni untuk menuju kekesempurnaan
Apakah saudara pernah perhatikan bahwa di dalam Alkitab ada pola di mana Allah gemar bekerja dengan perantaraan kelemahan? Peperangan-peperangan yang diceritakan di Perjanjian Lama dimenangkan oleh para serdadu yang jumlahnya lebih sedikit (Hakim-hakim 7) atau berangkat menuju medan perang didahului oleh paduan suara (2 Tawarikh 20). Dalam 1 Korintus 1:27-29 Allah dengan jelas mengatakan bahwa Ia menggunakan hal-hal yang dipandang bodoh dan lemah oleh dunia untuk mengalahkan hikmat dan kekuatan duniawi manusia. Mengapa? karena Allah tidak ingin manusia keliru tentang siapa yang berada di balik kemenangan tersebut.
Memang seharusnya orang lemah mendapat pembelaan yang sesungguhnya, dan itu adalah tanggung jawab semua orang, terutama orang percaya. Salomo berkata, "Siapa menutup telinganya bagi jeritan orang lemah, tidak akan menerima jawaban, kalau ia sendiri berseru-seru". (Amsal 21:13). Perhatikan bahwa Tuhan memberi balasan kepada mereka yang tidak mau memperhatikan orang lemah. Salomo memahami sekali arti tanggung jawab ini. Pengalamannya bersama Tuhan sepanjang hidupnya membuat dia sadar akan tanggung jawab ini. Bahkan kesadaran ini diungkapkannya dalam sebuah puisi pengharapan untuk "seorang raja". "Sebab ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong, orang yang tertindas, dan orang yang tidak punya penolong; ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin, ia akan menyelamatkan nyawa orang miskin. Ia akan menebus nyawa mereka dari penindasan dan kekerasan, darah mereka mahal di matanya." (Mazmur 72:12-14).
Melakukan sesuatu untuk menolong orang lemah bukanlah perkara mudah. Kesulitan itu sebenarnya tidak terletak pada kemampuan jasmani, apalagi untuk orang yang mempunyai banyak harta benda. Kesulitan itu terletak pada motivasi untuk menolong, sebab menolong orang lemah, kecil kemungkinan untuk mendapatkan balas jasa darinya. Dan inilah yang menggoda seseorang untuk terus mengabaikan orang lemah. Tetapi ingatlah, Allah yang empunya mereka adalah Allah yang sama yang mengijinkan kita memiliki harta benda. Jika kita tidak mempertahikan orang lemah, suatu kali keika kita mengalami kelemahan, Allah tidak menolong kita. Oleh sebab itu, sekalipun motivasi kita bukan untuk mendapat "upah" dari Allah, memperhatikan orang lemah merupakan tanggung jawab kita sebagai orang percaya, yang sudah lebih dulu ditolong oleh Allah. Lakukanlah !
Kesadaran akan pertolongan Allah membuat kita mau menolong mereka yang lemah.
0 komentar:
Posting Komentar