-->

Profil Hamba Tuhan

Foto saya
Jakarta, Indonesia
Seorang Hamba Tuhan yang memiliki kerinduan untuk dapat memberkati banyak orang melalui Pastoral Konseling, dengan berbagai hal dan cara, salah satunya adalah melalui fasilitas dunia maya (Internet). Riwayat Pendidikan Teologi: - Sarjana Theology (S. Th) jurusan teologi, 1999. - Master of Art (M. A) jurusan Christian Ministry, 2002. - Master of theology (M. Th)Thn 2010. - Doctor of Ministry (D. Min)Thn 2009. God Bless You All.

Pendahuluan

Shallom, selamat datang di blog saya Pdt. Denny Harseno, M. A., D. Min. Saudara, saya senang sekali jika dapat memberkati saudara sekalian melalui setiap tulisan-tulisan dan artikel-artikel yang ada pada blog ini. Jika saudara ingin membaca setiap tulisan-tulisan dan artikel-artikel terdahulu yang ada pada blog ini, saudara cukup memilih label daftar isi blog atau dengan memilih pada arsip blog yang ada di samping kiri blog ini, dan silahkan mengisi buku tamu blog saya dibawahnya, agar saya dapat mengetahui siapa saja yang telah berkunjung diblog saya. Terima kasih atas perhatiannya, Tuhan Yesus Kristus memberkati.

01 April 2009

Tolak Ukur Iman




LUKAS 7:1-10

Berbicara soal Iman bagi orang kristen bukanlah hal yang asing lagi,mungkin sudah ribuan kali kita sudah mendengar perkataan itu. Akan tetapi apakah tolak ukurnya Iman tersebut bagi nilai kekristenan seseorang, yang menandakan ia seorang beriman kepada Tuhan Yesus? Apakah ia rajin ke gereja? Apakah ia rajin berdoa? Apakah ia rajin baca Alkitab? Apakah apabila ketiga bagian tersebut sudah benar- benar dilakukan itu tandanya sudah beriman? Bagaimana dengan perbuatannya yang sehari- hari? Sering berbuat jahat atau berbuat baik? Sering berbuat salah atau berbuat benar? Hidup kudus atau hidup najis? Bisa mengampuni atau masih ada dendam?
Untuk menjawab hal tersebut diatas mari kita mempelajari firman Tuhan pada Lukas7 : 1- 10. Perikop itu berbicara tentang seorang perwira di Kapernaum yang dipuji Tuhan Yesus dengan berkata”Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!”(ayat 9). Seorang Romawi bisa mempunyai iman yang begitu besar lebih dari orang Israel pada waktu itu, suatu peristiwa yang mengejutkan bukan? Kenapa demikian?
Pertama: Orang Romawi itu mempunyai kasih, pada ayat 2 terlihat jelas ia sangat menghargai hambanya yang sedang sakit keras dan hampir mati, bagaimana dengan bawahan kita? Dan sesama kita,sudahkah dipraktekkan? Jangan- jangan terhadap bawahan bisa dilakukan sewenang- wenang.
Kedua: Orang Romawi itu punya pengorbanan” ia layak engkau tolong, sebab ia mengasihi bangsa kita dan dialah yang menanggung pembangunan rumah ibadat kami”(ayat 4-5 ).Kalau tidak punya pengorbanan tidak mungkin seorang Romawi mau membangun rumah ibadat bangsa lain, terlalu besar resikonya, bisa dipenggal kepalanya. Apakah kita sudah punya pengorbanan? Atau jangan- jangan malah sering mengorbankan orang lain.
Ketiga: Orang Romawi ini mempunyai kerendahan hati :”Tuan, janganlah bersusah- susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku; sebab itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada- Mu”(ayat 6- 7a). Pertanyaannya disini apa iya seorang perwira tidak punya tempat yang layak untuk menjamu tamu di rumahnya? Kalau bukan rendah hatinya apa kira- kira perkiraan kita? Bagaimana dengan kita? Bukankah sering kali Yesus itu pesuruh kita? Buktinya saat permintaannya belum dijawab sudah membangkit- bangkit jerih lelahnya, sudah sumbang ini, sudah sumbang itu, iya kan? Ha...ha...ha...
Keempat: “Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh”(ayat 7b). Orang Romawi itu mempunyai tingkat kepercayaan yang penuh kepada Yesus. Mengapa demikian? Bagaimana kalau Yesus mengatakan :” Hambamu akan mati!” apakah tidak terpikir oleh orang Romawi tersebut? Saya rasa tidak! Karena apabila seseorang yang telah mempercayai sesuatu kepada orang, tidak perlu ada kecurigaan! Apalagi ini adalah Yesus yang telah ia dengar sebagai Guru yang Agung. Bagaimana dengan kita? Bukankah kita sering bimbang pada saat meminta sesuatu kepada Yesus? Bahkan mencurigai- Nya sebagai pembohong? Sebagai yang tidak dapat kita percaya?
Kelima:”Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya”(ayat 8 ). Orang Romawi mempunyai kesadaran yaitu siapa dirinya dan siapa Yesus dipihak lain, seberapa kuasa dia dan seberapa kuasa Tuhan Yesus. Pertanyaan saya: “Sudahkah kita memiliki kesadaran seperti orang Romawi tersebut?” Ataukah kesadaran kita belum muncul? Seharusnya kita bisa mengetahui seberapa kemampuan kita dan seberapa kemampuan Tuhan Yesus, agar kita tetap berharap kepada- Nya dan tidak putus asa.
Saat ini juga ubahlah seluruh persepsi kita yang sangat salah mengenai beriman kepada Tuhan Yesus! - Nah! Saudaraku ternyata Iman itu ada tolak- ukurnya atau isi nilainya yang harus kita perbuat, salah satu dari kelima tolak- ukur Iman itu apabila dikurangi salah satunya yaitu: Kasih, pengorbanan, kerendahan hati, percaya penuh kepada Yesus dan kesadaran diri. Kita belum bisa dikatakan sebagai orang- orang yang beriman kepada Tuhan Yesus. Karena Iman tanpa perbuatan hakekatnya mati (kitab Yakobus...cari sendiri). Selamat diselamatkan dan dipuji oleh Tuhan Yesus, karena pada saat Tuhan Yesus datang kembali kebumi akan berkata:”Apakah Aku masih dapati iman di muka bumi ini?”


.

0 komentar:

Posting Komentar