-->

Profil Hamba Tuhan

Foto saya
Jakarta, Indonesia
Seorang Hamba Tuhan yang memiliki kerinduan untuk dapat memberkati banyak orang melalui Pastoral Konseling, dengan berbagai hal dan cara, salah satunya adalah melalui fasilitas dunia maya (Internet). Riwayat Pendidikan Teologi: - Sarjana Theology (S. Th) jurusan teologi, 1999. - Master of Art (M. A) jurusan Christian Ministry, 2002. - Master of theology (M. Th)Thn 2010. - Doctor of Ministry (D. Min)Thn 2009. God Bless You All.

Pendahuluan

Shallom, selamat datang di blog saya Pdt. Denny Harseno, M. A., D. Min. Saudara, saya senang sekali jika dapat memberkati saudara sekalian melalui setiap tulisan-tulisan dan artikel-artikel yang ada pada blog ini. Jika saudara ingin membaca setiap tulisan-tulisan dan artikel-artikel terdahulu yang ada pada blog ini, saudara cukup memilih label daftar isi blog atau dengan memilih pada arsip blog yang ada di samping kiri blog ini, dan silahkan mengisi buku tamu blog saya dibawahnya, agar saya dapat mengetahui siapa saja yang telah berkunjung diblog saya. Terima kasih atas perhatiannya, Tuhan Yesus Kristus memberkati.

12 Mei 2009

Murka Allah atas Dosa bagian I



Nats : Habakuk 2:6-20


Kita akan belajar bagaimana Habakuk sulit mengerti tentang kedaulatan Allah, berkenaan dengan mengapa orang benar justru mengalami kesulitan. Disatu sisi Habakuk melihat tindakan ketidakadilan terjadi dengan merajalela, dilain sisi Habakuk melihat seolah-olah Tuhan tidak berdaulat. Habakuk salah mengerti tentang kedaulatan Tuhan karena kedaulatan Tuhan memang tidak bisa dimengerti dengan pengertian. Tindakan kedaulatan Tuhan juga bukan berarti memekaniskan dunia ini tetapi kedaulatan Tuhan caranya ditetapkan oleh Tuhan, sesuai dengan waktu Tuhan dan berada dalam tangan Tuhan yang berdaulat. Disini Allah membongkar konsep kedaulatan Allah yang salah dalam pemikiran Habakuk. Habakuk diajar untuk mengerti bagaimana Allah akan menegakkan kedaulatanNya.


Sejak jaman Musa, Tuhan mengajar mereka untuk tidak mempermainkan Allah yang hidup. Percaya kepada Allah berarti percaya kepada kebenaran yang sejati. Alkitab mengkaitkan ini dengan Ulangan 28 yaitu kaitan antara berkat dan kutuk, maksudnya barang siapa kembali kepada jalur iman yang sejati kepada Allah yang sejati, dia akan dipimpin oleh Tuhan dan dia akan diberkati. Barang siapa keluar dari jalur itu dia sudah berada dalam kutukan Tuhan. Konsep yang ditegakkan disini akhirnya menjadi satu format seperti lagu atau sindiran, muncul menjadi opini umum ditengah umat Israel yang sudah diajarkan berdasarkan kebenaran Firman. Dimana apa yang sudah ditegakkan oleh Tuhan untuk kita percaya dengan benar, dengan orang benar kembali kepada iman yang benar. Permasalahannya, kalau tidak menjalankan, apa yang akan terjadi? Disini Alkitab membukakan lima poin besar yang menunjukkan hal-hal yang Tuhan benci, yang terjadi ditengah-tengah umat Israel pada waktu itu dan juga ancaman dari bangsa-bangsa lain di sekitar mereka yang tidak mengenal Tuhan. Lima tindakan ini adalah tindakan manusia berdosa yang harus berhadapan dengan murka Allah dimana dimulai dengan kata ‘Celaka.’


Pertama, "Celakalah orang yang menggaruk bagi dirinya apa yang bukan miliknya…" Celaka pertama ini, menggambarkan sikap yang ada pada jaman itu dan dianggap sangat lumrah dan boleh dikerjakan. Pada jaman Israel, konsep yang kuat yang menang telah menjadi konsep umum, setiap bangsa melakukannya. Kalau satu bangsa menaklukan bangsa lain maka seluruh harta di tempat itu menjadi milik si penjarah. Demikian juga setiap manusia yang berada dibawah penaklukkan mereka diperlakukan sesuka mereka. Jika semua bangsa melakukan hal ini, mengapa kita tidak. Disini Alkitab justru menyatakan ketidakberesan dari sifat manusia berdosa dan Tuhan mengatakan satu kalimat tegas ‘Celakalah’ orang yang melakukan hal itu. Kalimat ini menunjukkan mereka bukan sekedar berbuat sesuatu ditengah dunia ini melainkan mereka sedang berhadapan dengan tuntutan keadilan Allah yang tidak bisa dipermainkan. Banyak orang dirugikan karena keserakahan mereka tetapi jangan lupa Alkitab juga menyatakan, sebagaimana engkau menjarah maka engkaupun akan dijarah seperti itu. Ini prinsip Alkitab. Keserakahan tidak akan pernah selesai. Keserakahan akan menghasilkan dampak kehancuran bagi orang serakah tersebut. Seorang yang serakah, untuk mendapatkan keuntungan memakai cara yang begitu liar dan mencari kekayaan dengan cara yang tidak benar. Dua ribu enam ratus tahun yang lalu, Habakuk mengalami situasi seperti ini dan kemudian peristiwa yang sama tetap terjadi, manusia tidak berubah. Ini menunjukkan bahwa ditengah dunia manusia, keserakahan masih tetap menjadi for-mat manusia berdosa. Disini seolah-olah Allah diam namun sesungguhnya suatu saat kelak mereka akan berhadapan dengan keadilan Tuhan.


Kedua, di ayat 9 dikatakan, "Celakalah orang yang mengambil laba yang tidak halal …, dengan maksud melepaskan dirinya dari genggaman malapetaka!" Konsep ini menunjukkan bahwa manusia yang sudah serakah ini seringkali menjadi begitu egois. Mereka seringkali memikirkan bagaimana mereka memproteksi kejahatan mereka. Semangat kesombongan seperti ini justru akan menghancurkan mereka sendiri. Mereka mungkin berpikir sudah memiliki segala sesuatu, sudah memiliki back up dan saya tidak kuatir. Mereka mendirikan rumah di atas bukit. Mereka pikir dengan cara seperti itu mereka akan lolos dari serangan balik yang harus mereka terima. Semua orang yang berbuat jahat selalu dibelakangnya mempunyai sifat proteksi seperti ini. Masalahnya, di dunia ini tidak ada yang bisa langgeng. Jika sampai di dunia ini kejahatan mereka tidak terbongkar, dihadapan Tuhan pasti mereka akan terbongkar. Sekalipun mereka memproteksi diri begitu rapinya tetapi suatu saat kelak Tuhan akan membongkar kejahatan mereka karena tidak ada satupun yang tersembunyi dihadapan Tuhan dan mereka harus berhadapan dengan keadilan Tuhan. Dalam Hab 2:11 dikatakan sebab tidak mungkin itu lolos, "Batu berseru-seru dari tembok, dan balok menjawabnya dari rangka rumah." Manusia tidak berhak untuk merasa dia bisa memproteksi. Ini justru menunjukkan kesombongan dia di depan keadilan Allah. Kalau tidak ada yang bersuara, maka tembok, batu-batu dan balok-balok kayu pun akan bersuara membongkar kesalahanmu. Demikian juga dengan Habakuk yang harus berhadapan dengan penguasa-penguasa Israel yang sombong. Kota Yerusalem tepat berada di atas bukit dengan bentengnya, mereka pikir tidak mungkin tembok Yerusalem bisa hancur. Namun kalau Allah menghendaki pada akhirnya Yerusalem dihancurkan. Biarlah kita melihat bagaimana Tuhan yang hidup menjalankan misinya baru demikian kita tahu bahwa kita sebagai orang benar harus hidup berdasarkan iman. Itulah kekuatan kita hidup di tengah dunia ini sehingga kita tidak akan kehilangan pegangan.


Ketiga, dalam ay 12 dikatakan, "Celakalah orang yang mendirikan kota di atas darah dan meletakkan dasar benteng di atas ketidakadilan, sesungguhnya, … untuk yang sia-sia?" Bagian ketiga ini menunjukkan bahwa orang-orang fasik, semua kekuatan, keputusan, dan tindakan mereka berdiri di atas ketidakadilan. Ditengah-tengah dunia berdosa kalau ada benteng yang ditegakkan di atas darah orang benar, itu tidak perlu kaget. Alkitab mengatakan, "Semua itu berasal dari Tuhan." Apa maksud kalimat ini? Apakah semua suku-suku bangsa akan menegakkan semua di atas api dan berdiri di atas kesia-siaan? Dalam hal ini, yang akan berhadapan dengan keadilan Tuhan adalah ketidakadilan manusia. Berbicara ketidakadilan disini merupakan hal yang mengerikan. Hingga hari ini saya sangat super pesimis untuk melihat keadilan terjadi di dunia. Sebab kalau keadilan tidak kembali kepada Tuhan yang merupakan sumbernya keadilan omong kosong ada keadilan. Keadilan bukan hal yang sederhana, di dalamnya harus ada unsur kebenaran Allah yang menjadi dasar. Banyak orang tidak mengerti esensi keadilan dan menganggap keadilan adalah sesuatu yang bisa secara sederhana dimengerti dan dijalankan. Keadilan bukan sama rata. Lalu keadilan itu apa? Keadilan adalah kembalinya kita pada kebenaran Allah. Keadilan tidak tergantung manusia karena keadilan sejati tidak pernah bisa ditegakkan di atas dasar yang bersifat relatif, selama ditegakkan di atas dasar yang relatif maka dasar yang ditegakkan tidak pernah mutlak. Disini kita melihat keadilan sejati tidak mungkin ditegakkan, yang bisa hanyalah keadilan semu. Pada jaman Habakuk, keadilan ditegakkan di atas dasar kekuatan. Semua yang ditegakkan bangsa-bangsa berdiri diatas api artinya apa yang mereka tegakkan, di bawahnya ada apinya yang tinggal menghancurkan mereka. Dan semua yang mereka kerjakan akan habis sia-sia total tidak ada hasilnya. Mereka akan hancur dalam ketidakdilan mereka dan keadilan Tuhan akan menghantam ketidakadilan mereka. Disini saya harap kita bisa mengerti mengapa orang benar harus hidup berdasarkan iman. Alkitab mengatakan sampai ay 14, "Sebab bumi akan penuh dengan pengetahuan tentang kemuliaan Tuhan, seperti air yang menutupi dasar laut." Ini gambaran bahwa keadilan Allah tidak bisa dipermainkan oleh manusia. Jangan pikir ketidakadilan bisa ditegakkan, kita bisa berbuat serakah semaunya dan bisa memproteksi kejahatan kita. Ingat, pada akhirnya keadilan Allah akan ditegakkan, pengetahuan tentang kemuliaan Allah akan nyata. Ini menunjukkan bahwa Allah adalah Allah yang hidup.


Murka Allah atas Dosa bagian II

Saudara, dua ribu enam ratus tahun kemudian, kondisi pada jaman Habakuk tetap sangat relevan untuk masa kini. Mengapa? Karena problem keserakahan sampai hari ini tidak pernah selesai. Manusia semakin modern justru menjadi manusia yang semakin hari semakin serakah dan tidak pernah puas. Hari ini manusia bukan semakin canggih di dalam kebenaran melainkan semakin canggih dalam kejahatan. Satu hal yang saya lihat ketika kita berhadapan dengan situasi ini seringkali kita ingin membalas, tetapi disini satu prinsip yang Alkitab tegaskan dimana pembalasan merupakan hak Tuhan. Dan ingat pembalasan Tuhan akan jauh lebih berat dari tindakannya. Mengapa? Karena Tuhan melihat selain pembalasan, hukum keadilan ditegaskan yaitu kutukan yang harus memperberat. Jangan pernah berpikir bahwa orang Kristen akan lolos dari penghakiman. Alkitab tidak pernah mengatakan orang yang berdosa, bertobat dilepaskan dari hukuman. Keadilan Allah dan kasih Allah merupakan dua hal yang harus berjalan bersama-sama. Jika kita berjalan dalam keadilan Allah kita akan berjalan juga dalam kasih Allah. Daud bertobat dari dosanya dan Tuhan ampuni. Namun Daud tidak pernah lolos dari hukuman Allah karena dia berbuat dosa. Dosanya diampuni tetapi efek dari dosanya harus dibayar.


Dalam Habakuk 2 ini kita melihat bagaimana Tuhan menegaskan prinsip yang Ia ingin bicarakan kepada Habakuk yaitu bahwa penglihatan itu pasti akan terjadi (Hab 2:3). Mulai dari ay. 6-20, Tuhan menegaskan kepada habakuk bahwa Ia tidak akan bermain-main dengan tingkah laku dosa. Tuhan menegaskan hal itu dengan satu kata ‘Celakalah!’ Kata ini merupakan kata yang keras, yang dipakai menjadi satu kutukan yang tegas terhadap kejahatan manusia. Di dalam bagian tersebut terdapat 5 ‘celaka’ yang diurutkan dari yang paling fenomena sampai yang paling hakiki.


Habakuk 2:15 mencatat: "Celakalah orang yang memberi minum sesamanya manusia bercampur amarah, bahkan memabukkan dia untuk memandang auratnya." Mereka jatuh dalam kondisi sangat mengerikan, yang digambarkan sebagai satu kekejaman yang sudah melampaui batas. Dalam kondisi seperti ini Tuhan mengatakan, "Celaka kamu!"


Peringatan ini sangat menguatkan Habakuk karena dia sangat mengetahui kondisi itu. Ia mengetahui betapa kejamnya orang Kasdim dan tindakan kekejaman seperti itu bukan hal yang baru. Jika kita menelusuri mulai dari PL hingga sekarang, kita akan melihat bahwa sikap kejam dari manusia berdosa begitu mengerikan. Ini menggejala sepanjang masa dalam dunia, khususnya di jaman Habakuk hidup. Di dalam Alkitab, kekejaman seperti ini sudah lumrah dan bahkan menjadi pemandangan sehari-hari.


Bangsa Kasdim adalah bangsa yang sangat kejam. Lebih mengerikan dibandingkan dengan kekejaman bangsa lain. Itu sebabnya Habakuk ngeri sekali jika membayangkan Yehuda dihancurkan oleh kekejamannya. Justru dalam situasi seperti ini Tuhan tidak melindungi bangsa Yehuda melainkan justru mengkonfirmasi. Namun barang siapa berani berbuat kekejaman seperti itu, ia akan berhadapan dengan keadilan Tuhan. Karena itu berarti ia dengan sengaja melawan sifat dan eksistensi keberadaan Tuhan. Jadi bukan sekedar bertindak terhadap manusia. Peristiwa yang terjadi pada jaman Habakuk tidak berbeda dengan apa yang terjadi dalam dunia modern. Misalnya seperti yang terjadi di Indonesia tanggal 13-14 Mei yang lalu. Ini membuktikan dosa begitu dahsyat sedang merajalela di dunia. Pada saat manusia lepas dari otoritas sejati, maka manusia hanya dikuasai oleh otoritas dosa. Otoritas dosa ini akan mendatangkan kekejaman yang luar biasa, yang membuat manusia tidak tahu lagi dimana dia harus bertindak.


Ketika orang Kasdim dengan begitu kejam menghantam dan menghancurkan bangsa Yehuda, mereka justru membanggakan perbuatan mereka itu. Itulah kehormatan mereka. Tetapi Alkitab mengatakan: "Celakalah kamu!" Karena kehormatanmu itulah kehinaanmu dan kejayaanmu itulah kematianmu. Di dalam Habakuk 1:7 dikatakan: "Bangsa itu dahsyat dan menakutkan; keadilannya dan keluhurannya berasal daripadanya." Semakin mereka menegakkan otoritasnya sendiri, mereka akan semakin kejam. Hanya satu cara untuk membebaskan mereka, yaitu pertobatan. Mereka harus lepas dari ikatan belenggu dosa dan belenggu feodalitas otoritas yang begitu mencengkram. Untuk lepas dari belenggu cengkraman dosa tidaklah mudah, kecuali ada kuasa yang lebih besar untuk mengeluarkannya. Ini baru bisa terjadi jika kita kembali kepada kebenaran yang sejati. Lepas dari kebenaran sejati maka akumulasi kekejamannya akan berputar terus di tengah dunia. Hanya kuasa Kristus yang dapat mencabut orang itu keluar dan menarik orang itu kembali pada kebenaran sejati. Hanya kembali pada otoritas kebenaran sejati, baru ada pengharapan bagi dunia.


Murka Allah atas Dosa Bagian III

Habakuk 2:18-19 merupakan satu tema yang merupakan kelanjutan ayat 15-17. Di ayat 18 dikatakan, "Apakah gunanya patung pahatan, yang dipahat oleh pembuatnya? Apakah gunanya patung tuangan, pengajar dusta itu? Karena pembuatnya percaya akan buatannya, padahal berhala-berhala bisu belaka yang dibuatnya." Ayat 19 berkata: "Celakalah orang yang berkata kepada sepotong kayu: "Terjagalah!" dan kepada sebuah batu bisu: "Bangunlah!" Masakan dia itu mengajar? Memang ia bersalutkan emas dan perak, tetapi roh tidak ada sama sekali di dalamnya. Ini merupakan puncak daripada semua tindakan kefasikan manusia. Ketika manusia berakumulasi di dalam kekejaman, maka ia cuma menjadi satu langkah menuju pada esensi yang paling dasar tindakan kekejaman dari semua tindakan kejahatan. Disini manusia berdosa bukannya taat kepada Allah, tetapi justru melarikan diri daripada Allah yang sejati. Seorang filsuf mengatakan "Agama adalah jalan melarikan diri dari Allah." Mengapa ada berhala? Alkitab mengatakan, "Karena pembuatnya percaya kepada buatannya." Manusia mencipta berhala lalu menyembah berhala. Yang ia percaya adalah yang ia buat sendiri. Ini merupakan sifat kefasikan yang langsung melawan Tuhan, Sang Pencipta, melawan sumber kebenaran dan menjadikannya secara langsung berhadapan dengan Tuhan. Tidak bisa tidak, ini mendatangkan hukuman yang keras sekali. Alkitab mengatakan "Celakalah." Inilah esensi dasar dari seluruh dosa. Inilah inti dari semua pengertian dosa. Semua dosa yang lain hanya menjadi ekses dari semua tindakan yang berakar daripada manusia yang mau memberhalakan semua pikiran, keinginan dan keotoritasan dia. Tuhan menutup pasal dua ini dengan satu kalimat yang tegas, ringkas, dan pendek. Tetapi justru disinilah prinsip dari kehidupan iman Kristen. Habakuk 2:20 mengatakan, "Tetapi Tuhan ada di baitNya yang kudus. Berdiam dirilah dihadapanNya, ya segenap bumi!" Hai manusia berdiam dirilah dihadapan dia dan jangan bermain-main! Ini merupakan kesimpulan yang Tuhan nyatakan kepada Habakuk. Alkitab mengatakan ketika kita berhadapan dengan keadilan Allah, kita tidak pernah mungkin lari dari kebenaran Allah. Disini kita mempelajari satu konsep yang terpenting dalam hidup kita yang ditegaskan oleh Alkitab mulai dari PL sampai PB, yaitu ketika kita melangkah baiklah kita melangkah dalam jalur Tuhan, karena disitulah kita mendapat jaminan yang paling kokoh. Tuhan menjamin barang siapa berjalan di dalam jalannya dia pasti melihat kebenaran dan suatu saat kebenaran itu akan ditegakkan karena keadilan Allah tidak bisa dipermainkan. Yosua diingatkan oleh Tuhan "Jalanlah lurus dijalanku, jangan menyeleweng kekiri atau kekanan, maka engkau akan diberkati." Dan konsep ini diulang berulang kali kepada Yosua. Tuhan akan memimpin jika kita berjalan di jalan Allah. Jika kita keluar dari jalur Tuhan itu berarti kita sedang beroposisi dengan Tuhan Allah dan kita sedang bunuh diri yang mengerikan sekali.


Ketika Habakuk belajar dari ayat ini, maka dia langsung mengeluarkan satu respon, satu konklusi dari pengertian dia dipasal 3 dimulai dengan doa nabi Habakuk menurut nada ratapan. Kalau saudara membaca Habakuk 3:1-10, kita akan melihat betapa dahsyatnya gambaran Habakuk ketika dia melihat murka Allah yang begitu luar biasa. Habakuk mengatakan di ayat 2 yang terakhir dia sempat menyelibkan satu kalimat "Tuhan, dalam murka ingatlah akan kasih sayang." Alkitab tidak mengatakan murka Allah hanya di PL. Di dalam Roma 1 dikatakan, "Murka Allah akan turun dari sorga atas kefasikan dan kelaliman manusia." Ini tidak main-main. Hanya kembali kepada jalur Tuhan kita akan mendapat kekuatan. Saudara, jika ditengah-tengah hidup kita melihat ketidakadilan, kecemaran, kekejaman, kejahatan merajalela disekeliling, kita harus berjalan dalam jalur Tuhan maka kita akan mendapat kekuatan. Kita tidak perlu kecewa dan putus asa. Tuhan tidak pernah berdiam diri, mungkin seolah-olah Tuhan itu beku. Sesungguhnya barang siapa berani bermain-main, dia akan langsung berhadapan dengan murka Tuhan. Saudara, biarlah ini menjadi kekuatan bagi kita. Ditengah situasi apapun mari kita tidak lengah dan tidak lepas dari integritas hidup. Jangan kita keluar dari jalur Tuhan yang membuat kita akhirnya beroposisi dengan Tuhan. Biarlah ini juga boleh mendorong kita secepat mungkin memberitakan Injil. Jika orang kristen tidak mau memberitakan Injil, jangan pikir dia sedang selamat, tidak! Dia justru sedang membiarkan dirinya masuk ke dalam resiko yang lebih besar. Jika kita tidak memberitakan injil, kita sedang membiarkan dunia kita samakin hari semakin rusak. Itu berarti menjadi bumerang bagi diri kita sendiri. Kita mengalami semua ini karena kita gagal memberitakan Injil. Marilah kita kembali memikirkan, Tuhan mau memakai kita. Saya berharap sungguh-sungguh banyak orang-orang yang boleh dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi hamba Tuhan untuk melayani Tuhan di abad yang akan datang. Saya berharap sungguh-sungguh orang-orang kristen boleh menegakkan berita Injil keluar dan menyatakan kebenaran Injil di luar. Jangan sampai orang kristen sendiri memberikan contoh yang tidak baik. Tuhan meminta kita menjadi saksi.


11 Mei 2009

Kebenaran...???


Apakah kebenaran itu? tanya Pilatus kepada Yesus. Ya, apakah kebenaran itu? Tahukah kita maknanya? Mengapakah demi kebenaran kita bersedia mengorbankan segala hal? Bukankah Yesus disalibkan dan wafat demi kebenaran yang diyakini oleh para pemuka bangsaNya juga? Benarkah jika demi kebenaran yang kita yakini, kita dapat melakukan apa saja? Kita dapat menindas, menipu, menghancurkan dan bahkan mengurbankan orang-orang lain yang kita anggap bersalah? Pada saat itu kebenaran ternyata hanya kedok dari kepentingan diri kita sendiri.


Ternyata memahami kebenaran tidaklah mudah. Dan memang begitu. “Aku tidak mendapati kesalahan apa pun padaNya” kata Pilatus kepada orang banyak yang ingin menyalibkan Dia. Tetapi kita semua tahu bahwa bukanlah karena telah bersalah maka Yesus harus dihukum mati. Bukan, bukan karena itu. Yesus dihukum justru karena Dialah Kebenaran. Karena Dia berani menyingkapkan topeng-topeng kemunafikan kita. Memang, terpaksa kita harus takut kepada kebenaran karena kebenaran membuat kita jadi telanjang. Seperti saat Adam dan Hawa merasa takut dan malu pada ketelanjangan mereka setelah buah pengetahuan mereka makan.

“Kamu adalah terang dunia....hendaknya terangmu bercahaya di depan orang.” Kata Yesus suatu ketika. Kebenaran memang selalu bercahaya karena dia hidup di dalam terang. Tetapi banyak di antara kita khawatir pada terang. Karena dalam terang kita merasa telanjang. Kita merasa tidak siap untuk itu. Maka demikianlah, saat Yesus menyalakan obor cahaya kebenaran, orang-orang takut, dan bergegas ingin memadamkannya. Berapa banyakkah yang mampu bertahan hidup di dalam terangNya? Bahkan Petrus sendiri pun, sadar atau tidak, menyembunyikan dirinya saat dia dipaksa mengakui sebagai pengikut Yesus. Dan ayam pun berkokok.

Sesungguhnya, kebenaran tidaklah terlalu sulit untuk ditemukan. Kebenaran ada pada diri Yesus sehingga Dia harus disingkirkan. Kebenaran, karena “Dia berkeliling sambil berbuat baik” kata Paulus. Maka jika Pilatus mampu mengetahui dan memahami perjalanan hidup Yesus, dia pasti dapat menjawab pertanyaannya sendiri. Kebenaran sesungguhnya adalah perbuatan-perbuatan kita terhadap Tuhan dan sesama. Bukan hanya demi diri kita sendiri. Kebenaran yang sejati telah dilalui Yesus sampai Dia wafat di atas kayu salib. Perbuatan dan pengurbanan itulah yang tiga hari kemudian membuat Dia dibangkitkan dengan penuh kemuliaan.

Apakah kebenaran itu? tanya Pilatus kepada Yesus. Sekarang kita tahu. Tetapi mampukah kita menghayatinya?

06 Mei 2009

Penyebab Manusia Meragukan Tuhan


Nats: Kej 19: 22- 26 ; Mat 19: 16-26 ; Luk 7: 20 ; Kej 15: 5.

Pembahasan kita kali ini mencari penyebab manusia meragukan akan Tuhan, akan firman Tuhan, akan perintah Tuhan dan akan janji- janji Tuhan. Pada Alkitab banyak contoh- contoh kejadian yang menceritakan tentang manusia yang meragukan Tuhan dalam hal tersebut diatas. Untuk lebih jelasnya mari kita bahas satu persatu persoalannya, semoga kita lebih dewasa lagi dalam kerohanian kita dan lebih setia lagi kepada Tuhan kita Yesus Kristus.

Pertama: Manusia dikuasai oleh latar belakangnya (Kej 19: 22-26). Perikop pada kitab Kejadian ini menceritakan, mengenai Lot dan keluarganya yang sedang lari untuk menyelamatkan diri mereka, agar secepatnya keluar dari kota Sodom dan Gomora atas perintah Tuhan. Sebab sebentar lagi kota Sodom dan Gomora itu akan dihancurkan oleh Allah dengan hujan belerang dan api dari langit. Akan tetapi setelah mereka hampir sampai ketempat yang mereka tuju, ternyata istri Lot tiba- tiba menengok kebelakang dan akhirnya istri Lot tersebut dengan seketika itu juga menjadi tiang garam. Yach! Tiang garam tak berguna alias gagal mencapai finish.

Terbukti latar belakang atau masa lalu yang dipunyai seseorang sangat kuat pengaruhnya terhadap kemajuan dan keberhasilan orang- orang tersebut untuk sungguh- sungguh menjadi setia atau tidak terhadap titah Tuhan. Apalagi kalau latar belakangnya penuh dengan kekecewaan, dendam dan mempunyai akar pahit. Kalau hal tersebut tidak dibereskan dan diselesaikan dengan segera dihadapan Tuhan dengan penuh kerendahan hati dan pertobatan, niscaya kejadian seperti istri Lot itu akan terulang lagi pada orang - orang tersebut. Coba saja tolong di perhatikan disekitar kita, berapa banyak orang- orang Kristen yang tanpa mereka sadari sampai hari ini telah menjadi Kristen tiang garam? Artinya telah menjadi Kristen puluhan tahun akan tetapi belum berhasil juga mengalami kemajuan dalam iman dan kerohaninnya, masih ada saja yang sakit hati atas sesama manusia dan saudaranya yang tidak bisa saling mengampuni. Sampai kapankah hal ini akan berakhir? Ironi yach!?

Kedua: Manusia dikuasai oleh hartanya (Mat 19: 16- 26). Pada suatu hari waktu itu Yesus didatangi oleh seorang anak muda dengan berkata: ”Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus: ”Apakah sebabnya engkau bertanya kepada - Ku tentang apa yang baik? Hanya satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah. ” Kata orang itu kepada - Nya: ”Perintah yang mana?” Kata Yesus: ”Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Kata orang muda itu kepada- Nya:”Semuanya itu sudah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?” Kata Yesus kepadanya: ”Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang - orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku.” Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya. Yesus berkata kepada murid- murid- Nya:” Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga...”

Secara ke Agamaan orang muda yang kaya itu patut diacungkan jempol dalam menjalankan aturan- aturan isi Taurat, ia punya kebangaan untuk hal itu, sehingga ia dengan keberaniannya menantang Tuhan: “Kurang apalagi dari perbuatanku ini?!

Banyak diantara kita seperti anak muda ini, sepertinya kita sudah merasa menjadi orang yang hebat dan paling benar di Jagad Raya ini, sepertinya kita tidak ada lawan dalam melakukan perintah hal- hal agama yang lahiriah tersebut, sehingga mereka tidak merasa perlu ada pengkoreksian lagi atas perbuatannya tersebut, apakah sudah benar atau belum? Sepertinya yakin pasti masuk sorga, padahal hatinya di hartanya dan bukan dekat pada Tuhan.

Sesungguhnya patut kita ingat betul apabila kita dalam melakukan perintah Tuhan Yesus harus juga disertai hati kita, tidak hanya faktor luar saja yang bermain seperti kebanyakan agama lain yang ada. Karena dimana hartamu berada disitu hatimu akan berada juga.

Alhasil pemuda ini gagal untuk menjadi hidup yang sempurna karena hartanya telah menguasai hatinya sedemikian rupa, ketimbang ia menjual hartanya dan menjadi pengikut Yesus yang adalah Tuhan yang sempurna ternyata ia pergi meninggalkan kebenaran itu. Ironi, yach?

Ketiga: Manusia dikuasai oleh masalah (Luk 7: 20).Pada suatu kali Yohanes Pembaptis menyuruh dua orang muridnya untuk datang kepada Yesus dengan berkata: “Yohanes Pembaptis menyuruh kami bertanya kepada- Mu: Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang yang lain?”
Perbuatan Yohanes Pembaptis yang mengutus dua orang muridnya itu untuk menanyakan kepada Yesus, apakah betul bahwa Ia Mesias? atau ada yang lain dikemudian hari? Adalah hal yang sangat mengherankan bagi umat Kristen, bukan? Ada apa ini? Bukankah Yohanes Pembaptis yang menyerukan manusia untuk bertobat, dia juga menyerukan Kerajaan Sorga sudah dekat dan juga mengatakan tentang Yesus:” Membuka tali kasut- Nya aku tidak layak.” Dan masih banyak lagi cerita Alkitab yang menggambarkan bahwa Yohanes Pembaptis itu yakin betul bahwa Yesus itu adalah Mesias. Tetapi kenapa tiba- tiba ia sempat meragukan- Nya?

Seperti kita ketahui pada waktu Yohanes Pebaptis mengutus dua orang muridnya, ia dalam posisi di dalam penjara (Luk 3: 20). Yohanes Pembaptis ada masalah, yach! Masalahnya ia dipenjara dan dalam suasana yang tidak nyaman.

Masalah yang kita sedang hadapi sering kali juga membuat kita mundur dari Tuhan, apakah itu masalah keuangan, masalah kesehatan, masalah rumah tangga, masalah sakit penyakit dan masih ada setumpuk lagi masalah yang terjadi yang tidak kunjung selesai. Bahkan didalam masalah itu kita sering bertanya, apakah Yesus itu Tuhan? Koq tidak kunjung datang pertolongan- Nya?! Sehingga menyangsikan ke Tuhanan Yesus dan juga ke Mesiasan- Nya, hal itu banyak terjadi sampai hari ini ditengah- tengah umat Tuhan.

Saudaraku, yang namanya masalah selagi kita masih hidup didunia ini, tidak pernah akan hilang dari kehidupan kita akan selalu ada, ini realitas, terkecuali kita kelak sudah ada di Sorga yang kita nantikan itu, masalah itu pasti sudah tidak ada lagi. Untuk itu jangan mau kita dikuasai oleh masalah, tetapi justru sebaliknya kuasailah masalah itu beserta dengan Tuhan, pasti kita akan keluar menjadi pemenangnya. Alleluya amien.

Keempat : Manusia dikuasai oleh keterbatasannya (Kej 15: 5). Ayat ini bunyinya demikian: Lalu Tuhan membawa Abram keluar serta berfirman: ” Coba lihat ke langit, hitunglah bintang- bintang, jika engkau dapat menghitungnya. ” Maka firman- Nya kepadanya: ” Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Secara iman Abram tidak menolak perkataan TUHAN tersebut, akan tetapi pada saat dia melihat keterbatasannya sebagai manusia yang sudah tua renta dan kondisi istrinya yang sudah mati haid, apakah hal itu mungkin terjadi? Lain kalau waktu TUHAN berfirman, Abram masih berumur tujuh belas tahun, hal itu sangat mungkin.
Lalu Abram berunding dengan istrinya mengenai akan janji TUHAN tersebut, bahkan Alkitab menceritakan pada pertemuan selanjutnya Abram dengan TUHAN, kembali TUHAN mempertegas janji- Nya tersebut. Kali ini istrinya mendengar janji itu dan Sara tertawa, menganggap perkataan TUHAN itu main- main. Sehingga TUHAN mengganti namanya menjadi Sarai (karena ia tertawa).
Pada saat mereka mendapatkan janji TUHAN itu, sebagai manusia yang terbatas, seharusnya mereka tetap mempercayai pada firman TUHAN itu. Akan tetapi malahan mereka mengadakan suatu tindakan yang sembrono, yaitu mereka dengan kepintarannya, kekuatannya dan kebisaannya mengambil tindakan sendiri. Terutama Sarai yang menganjurkan Abram untuk menghampiri Hagar bujangnya itu, sehingga lahirlah Ismail. Karena Sarai tidak percaya dengan firman TUHAN tersebut, dianggapnya TUHAN itu sedang bercanda mempermainkan mereka, ternyata mereka salah duga. Disini Sarai akhirnya sempat stres dengan kehadiran Ismail ditengah- tengah mereka, bahkan sampai sekarangpun masih terasa perseteruan dua keturunan tersebut.
Sesungguhnya kalau manusia menyadari keterbatasannya janganlah mengambil suatu tindakan sendiri, kalau mau berhasil justru kita harus tetap mengandalkan firman Tuhan yang tidak terbatas kemampuan- Nya itu. Sebab setiap janji- janji Tuhan itu bukan untuk main- main. Berseralah kepada Tuhan! Amien.