-->

Profil Hamba Tuhan

Foto saya
Jakarta, Indonesia
Seorang Hamba Tuhan yang memiliki kerinduan untuk dapat memberkati banyak orang melalui Pastoral Konseling, dengan berbagai hal dan cara, salah satunya adalah melalui fasilitas dunia maya (Internet). Riwayat Pendidikan Teologi: - Sarjana Theology (S. Th) jurusan teologi, 1999. - Master of Art (M. A) jurusan Christian Ministry, 2002. - Master of theology (M. Th)Thn 2010. - Doctor of Ministry (D. Min)Thn 2009. God Bless You All.

Pendahuluan

Shallom, selamat datang di blog saya Pdt. Denny Harseno, M. A., D. Min. Saudara, saya senang sekali jika dapat memberkati saudara sekalian melalui setiap tulisan-tulisan dan artikel-artikel yang ada pada blog ini. Jika saudara ingin membaca setiap tulisan-tulisan dan artikel-artikel terdahulu yang ada pada blog ini, saudara cukup memilih label daftar isi blog atau dengan memilih pada arsip blog yang ada di samping kiri blog ini, dan silahkan mengisi buku tamu blog saya dibawahnya, agar saya dapat mengetahui siapa saja yang telah berkunjung diblog saya. Terima kasih atas perhatiannya, Tuhan Yesus Kristus memberkati.

27 Januari 2010

Sistem Anda, Bahaya!






Nats: Wahyu 22:11


Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia terus berbuat jahat; barangsiapa
yang cemar, biarlah ia terus cemar; dan barangsiapa yang benar, biarlah ia terus
berbuat kebenaran; barangsiapa yang kudus, biarlah ia terus menguduskan dirinya!”


MENURUT Ilmu Faal (ilmu terapan/aplikasi, dasar dari ilmu
kedokteran olahraga), sistem pengendali tubuh manusia, secara garis
besar dilakukan oleh sistem saraf (berhubungan dengan otak) dan
sistem endokrin (berhubungan dengan hormonal). Sistem saraf
khususnya, merupakan salah satu sistem dalam tubuh yang dapat
berfungsi sebagai media untuk berkomunikasi antar sel maupun
organ, dan dapat berfungsi sebagai pengendali berbagai sistem organ.
Singkatnya, segala tindakan manusia dikendalikan oleh sistem
sarafnya. Dengan demikian, perbuatan seseorang itu, terlepas itu
baik atau buruk, sebenarnya dilakukannya secara sadar. Kecuali,
sarafnya terganggu (sakit jiwa), sehingga apa yang dilakukan adalah
perbuatan yang tidak sebagaimana mestinya; perbuatan yang tidak
lazim dengan apa yang dilakukan oleh seorang manusia normal
yang sehat lahir-batin.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “sadar” berarti:
“insaf ”; “tahu” dan “mengerti”. Berarti, kata “tidak sadar” dapat
berarti: tidak insaf; tidak tahu dan tidak mengerti. Nah, banyak
orang Kristen, yang nyata-nyata keadaannya sadar, sehat dan
normal, tetapi, dalam tingkah lakunya, seperti orang yang terganggu

sistem sarafnya, sehingga melakukan hal-hal yang bertentangan
dengan norma-norma dan utamanya firman Tuhan. Orang-orang
seperti ini seperti telah kehilangan rasa malu, sama seperti orang
yang dalam keadaan tidak sadar atau yang terganggu sarafnya –
tidak malu berbuat keonaran di lingkungannya, sehingga dicap
warga sebagai si
trouble maker; tidak malu berzinah; selingkuh
dengan istri atau suami orang – ada yang tidak lagi sembunyisembunyi
– pasangan yang bukan pasangannya dibawa ke manamana
bahkan ke gereja.
Saya mempunyai beberapa teman yang dalam beberapa
kesempatan saya layani, dan sampai sekarang masih saya doakan
agar bertobat. Mereka mengaku terang-terangan kepada saya, bahwa
mereka sering ‘main perempuan’ tetapi mereka takut kalau tidur
dengan istri orang. Takut dilaknat Tuhan, katanya. Perhatikan,
orang-orang ini berani
making love dengan wanita tunasusila, tetapi
mereka tidak berani melakukan hal serupa dengan istri orang.
Sedangkan di gereja, saya menemukan beberapa kasus, jemaat dan
pelayan Tuhan yang berani berselingkuh. Sungguh tidak tahu malu!

Ada
seorang bapak yang cukup saya kenal, datang kepada saya
untuk melakukan konseling. Tanpa malu dia menggandeng seorang
perempuan yang bukan istrinya. Tidak berbasa-basi lagi, saya tegur
dia. Saya katakan dengan tegas, “Anda mau masuk sorga atau
neraka? Jangan bicara soal lain, sementara istri orang ini anda bawabawa
seperti istri anda sendiri”. Orang seperti ini, meskipun
didoakan pendeta besar yang kenamaan dan memiliki reputasi
internasional, selama ia tidak bertobat, tidak akan Tuhan kabulkan
doanya. Meskipun ia beribadah 24 jam penuh dalam sehari, tidak
akan mendapatkan pertolongan Tuhan. Firman Tuhan berkata tegas
akan hal ini:
“…tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu
ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri
terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu” (Yes.
59:2). Dosa harus dibereskan terlebih dahulu, barulah kita layak
bersekutu dan mengadu kepada Tuhan.
Masih banyak orang yang berbuat tidak sesuai dengan apa yang
dikatakannya. Lain di bibir, lain perbuatannya. Tidak satunya
perbuatan dan perkataan. Terlalu kasar kalau saya mengatakan,
bahwa orang-orang seperti ini mengalami gangguan saraf, karena
mencirikan seperti orang kelainan jiwa, sebagaimana yang saya urai
di atas. Namun, faktanya memang begitu. Mereka berbuat secara
sadar dalam diri yang normal dan sehat, tetapi bentuk perbuatannya
seperti orang yang tidak sadar. Ada ibu-ibu yang tanpa malu bicara
yang ‘jorok-jorok’. Bukan jorok dalam arti tidak rapi atau kotor,
tetapi topik yang dibicarakannya adalah topik yang mestinya
menjadi rahasia suami-istri di kamar tidur. Ada lagi bapak-bapak
yang ke gereja jalan terus, tetapi juga main judi terus. Begitu pula
dengan orang yang selalu berbohong. Tiap berbicara selalu ada
unsur bohongnya. Orang ini terikat dengan prilaku kebohongan.
Mungkin gatal mulutnya jika tidak berbohong dalam semenit.
Sistem saraf orang-orang demikian, seperti telah membentuk
sistem sendiri. Hidup mereka dikendalikan oleh sistem itu, yang
menghasilkan kebiasaan atau pola berulang yang dianggap sendiri
wajar, normal dan tidak ada salahnya. Sekali lagi, tidak seperti orang
sakit jiwa, mereka melakukan hal-hal yang melanggar norma dan
firman itu secara sadar sesadar-sadarnya. Perhatikan beberapa ayat
berikut:
Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam
Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal
Allah dengan pikirannya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap, jauh
dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam
mereka dan karena kedegilan hati mereka. Perasaan mereka telah tumpul,
sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan
dengan serakah segala macam kecemaran (Ef. 4:17-19).

Sistem sendiri yang mengendalikan orang untuk berbuat
semaunya ini semakin diperburuk dengan konsep pengampunan
atau kasih karunia yang salah kaprah. Salah kaprah, karena
pengampunan dianggap adalah solusi atas dosa yang mereka
perbuat. Mereka tidak takut dan malu berbuat dosa karena
toh ada
pengampunan. Seolah ada pemikiran: berbuat dosa berkali-kali dan
sebanyak-banyaknya tidaklah mengapa, karena dengan sekali minta
ampun saja, beres. Ini konsep dan pikiran yang sesat!

Ada
anak muda yang berkata kepada istri saya, bahwa setiap
hari ia mengambil
property milik tempat di mana ia bekerja.
Alasannya,
property tersebut nilai dan bentuknya kecil, jadi itu
bukanlah dosa. Kalaupun dosa, gampanglah, ‘kan ada kasih karunia,
tinggal bertobat maka beres sudah dosanya, demikian katanya.
Kasihan anak muda ini. Ia disesatkan dengan sistem pikirannya
sendiri. Pengampunan Allah memang mudah dan murah, tetapi tidak
gampangan dan murahan. Kasih karunia Tuhan tidak untuk
dipermainkan! Perihal keselamatan, firman Tuhan tegas berkata:

Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu
tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar,… (Flp. 2:12)
.
Dari ayat ini kita seharusnya sadar, bahwa keselamatan itu tidak
gampangan dan murahan. Ini harus dilakukan dengan serius dan
upaya yang sungguh-sungguh. Sekali menjadi percaya kepada
Kristus, tidak otomatis pasti selamat masuk sorga. Justru, ketika
mengimani Yesus sebagai Tuhan untuk pertama kalinya, maka iman
itu harus diperjuangkan terus sampai Ia menemukan ada iman pada
kita kelak dalam penghakiman terakhir-Nya.
Nats di atas merupakan penegasan, bahwa di akhir jaman ini
hanya ada dua golongan besar manusia, yaitu: Yang terus berbuat
kejahatan dan yang senantiasa melakukan kebenaran. Nyata dalam
konteks ini, adanya “pembiaran” dan “pembuahan”. Mereka yang
berbuat kejahatan akan cenderung berbuah-buah kejahatan

berikutnya, dan dibiarkan Tuhan. Sedangkan mereka yang konsisten
berbuat kebenaran akan berbuah-buah kekudusan; mereka
dipelihara oleh Tuhan. Introspeksi diri sendiri, pada golongan
manakah kita berada? Buah apa yang anda tanam, buah kejahatan
atau buah kebenaran? Ingat, apa yang anda tanam itu yang anda
tuai.
Untuk masuk sorga, ikuti sistem Allah bukan sistem anda. Sistem
anda, itu bakal petaka, bahaya!




09 Januari 2010

Terobosan




Nats: Yohanes 4:6-9

Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia
duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas. Maka datanglah
seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: “Berilah
Aku minum.” 8Sebab murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan. 9
Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: “Masakan Engkau, seorang
Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?” (Sebab orang Yahudi tidak
bergaul dengan orang Samaria.)

BEBERAPA ayat di atas merupakan bagian kecil dari sebuah kisahmenarik. Kisah ini terangkai lengkap dalam Yohanes 4:1-42. Oleh

Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), diberi judul: Percakapan dengan
perempuan Samaria. Inilah kisah yang memperlihatkan terobosan
Yesus terhadap suatu kebiasaan lama hasil peraturan manusia.
Terobosan (
breakthrough) apakah itu? Yesus menjalin komunikasi
dengan orang Samaria. Inilah terobosan terhadap aturan kaku yang
telah berlangsung sangat lama antara orang Israel (Yahudi) dan

Samaria
. Sebelum membahas lebih jauh, kita akan melihat sejarah
timbulnya aturan kaku tersebut.
Omri, raja Israel, mendirikan Samaria pada tahun 870 SM.

Samaria
kemudian menjadi ibu kota Kerajaan Utara menggantikan
kota
Tirza (I Raj. 16:24). Jadi, Samaria adalah pecahan dari Kerajaan
Israel
Raya. Ibu kota Kerajaan Utara ini akhirnya tumbang di tangan
Asyur, setelah sempat dikepung selama tiga tahun, pada tahun 721

SM. Raja Asyur kemudian membuang 30.000 orang Samaria ke
pembuangan. Sejak saat itu koloni Asyur pun dimulai.
Maka timbullah suatu bangsa campuran (II Raj. 17:24). Oleh
instruksi raja Asyur sendiri, Allah (YHWH=Yahwe, sebutan/kata
ganti untuk Allah) diajarkan dan diakui negara (II Raj. 17:25-28).
Peribadatan terhadap Yahwe dilaksanakan oleh sebagian penduduk,
sedangkan yang lainnya menyembah para dewa Asyur (II Raj.17:29-34).
Penduduk asli yang masih tinggal, kerapkali melakukan
ibadah terhadap Yahwe di Yerusalem (II Taw. 30:1; 34:9; Yer. 41:5).
Keterpisahan dan permusuhan orang Samaria dan orang Yahudi
semakin meruncing manakala Nehemia menolak eksistensi dan
bantuan orang Samaria untuk membangun bait suci (Ezr. 4:2-3).
Hal ini diperkuat lagi oleh Ezra dengan kebijaksanaan politik
keagamaannya.
Keterpisahan dan permusuhan yang tidak pernah
diperdamaikan ini menjadi semacam aturan dan kebiasaan yang
ditaati tanpa kompromi. Keadaan ini berlangsung bertahun-tahun.
Maka, pada zaman Yesus, dari sudut pandang orang Yahudi, kata
“orang Samaria” itu sama dengan sebuah kata “caci-maki” atau
“ejekan” (Yoh. 8:48). Dalam Yohanes 4:9, kita mendapatkan
keterangan jelas, bahwa orang Yahudi tidak bergaul dengan orang

Samaria
.
Yesus datang ke Samaria untuk sebuah terobosan baru. Ia
berbicara dengan perempuan Samaria. Yesus telah memulai
rekonsiliasi sekaligus reformasi. Berhasilkah upaya Yesus? Berhasil.
Perempuan Samaria tersebut, setelah mendapatkan pengajaran dari
Yesus, menjadi penginjil pertama di kota Samaria (Yoh. 4:39).
Kabar baik yang dibawa perempuan ini mendorong banyak orang

Samaria
datang menjumpai Yesus di sumur Yakub itu. Atas
permintaan mereka, Yesus (dan tentu bersama para murid-Nya)
tinggal di kota itu selama 2 hari, maka semakin banyak orang

Samaria yang menjadi percaya, bahwa Yesuslah Juruselamat dunia
(Yoh. 4:40-42).
Luar biasa! Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan
keberhasilan Yesus melakukan rekonsiliasi dan reformasi di Samaria.
Luar biasa, karena orang Samaria yang dibenci dan dimusuhi oleh
orang Yahudi, justru terbuka dan menerima Yesus sebagai
Juruselamat, ketimbang orang Yahudi, yang menolak dan pada
akhirnya menyalibkan Dia. Menjadi mengertilah saya, mengapa
Yesus menggunakan orang Samaria sebagai tokoh utama dalam
salah satu perumpamaan-Nya (Luk. 10:30-37). Karena, ada nilainilai
moral yang baik dari orang Samaria. Mereka manusiawi dan
sangat terbuka untuk firman-Nya. Itu sebabnya Tuhan Yesus tak
lupa menyuruh murid-murid-Nya memberitakan Injil di Samaria
(Kis. 1:8). Filipus yang memberitakan Injil di Samaria disambut
baik, dan banyak orang yang menjadi percaya kepada Kristus (Kis.8:5-8).
Terobosan rohani apa yang sudah anda lakukan? Sudahkah anda
melakukan rekonsiliasi dengan saudaramu yang menjadi musuhmu
sekian tahun ini? Bagaimana hubunganmu dengan orang tua yang
telah lama putus hubungan? Apakah anda sudah mengampuni
dengan tulus orang yang pernah mengkhianatimu?

Ada
orang datang kepada saya dan berkata, bahwa dia sangat
membenci mertuanya, karena mertuanya main perdukunan.
Menurutnya, sang mertuanya itu bahkan tega mendukuninya. Saya
kemudian mengatakan kepadanya untuk jangan membenci dan
memusuhi mertuanya itu. Memusuhi itu bukan ajaran Tuhan Yesus.
Saya menyuruhnya untuk tetap mengasihi dan mendoakan agar
suatu waktu nanti mertuanya dapat bertobat dan menerima Yesus
sebagai Tuhannya.
Menjadi Kristen sejati yang percaya betul kepada Yesus Kristus
memang harus menyangkal diri; mau menjalankan titah Tuhan

kendati berat secara manusia. Berat rasanya untuk menjalin
hubungan kembali dengan orang yang dimusuhi; berat memang
mengampuni orang yang pernah mencelakai. Berat dan berat. Tetapi
itulah yang Tuhan mau. Anda dan saya bukan tidak bisa
melakukannya. Tetapi apakah kita mau melakukannya. Kalau Yesus
telah memberi contoh, kita pun mesti mau meneladani-Nya.
Dalam melakukan rekonsiliasi dan reformasi tersebut, Yesus
tidak langsung datang ke kota Samaria dan melakukan KKR
(Kebaktian Kebangunan Rohani) besar-besaran. Ia memulai dengan
langkah kecil terlebih dahulu. Memulai dari seorang perempuan
biasa yang tidak diperhitungkan orang. Maka, mari kita mulai
pemulihan hubungan kita dengan orang lain dan mengubahkan
hidup orang itu ke arah Kristus, dari langkah kecil yang kita bisa.
Selebihnya, biarkan Tuhan yang beperkara.
Penting untuk melakukan
breakthrough, supaya kita menjadi orang
Kristen yang bukan biasa-biasa saja; menjalani kehidupan beriman
dengan biasa seolah tidak ada perkara yang harus dibereskan. Yang
penting bergereja dan beriman, cukup sudah. Padahal, ada
hubungan dengan orang lain yang harus direkonsiliasi – ada orang
lain yang harus dibawa kepada pengenalan akan Kristus. Membawa
orang kepada Kristus dan menjadikannya percaya kepada-Nya,
adalah amanat agung yang harus saya dan anda laksanakan.
Mengapa harus? Karena kitalah murid-Nya. Murid yang benar pasti
mau menaati apa kata Gurunya, Yesus Kristus. Anda murid yang
benar, bukan?