-->

Profil Hamba Tuhan

Foto saya
Jakarta, Indonesia
Seorang Hamba Tuhan yang memiliki kerinduan untuk dapat memberkati banyak orang melalui Pastoral Konseling, dengan berbagai hal dan cara, salah satunya adalah melalui fasilitas dunia maya (Internet). Riwayat Pendidikan Teologi: - Sarjana Theology (S. Th) jurusan teologi, 1999. - Master of Art (M. A) jurusan Christian Ministry, 2002. - Master of theology (M. Th)Thn 2010. - Doctor of Ministry (D. Min)Thn 2009. God Bless You All.

Pendahuluan

Shallom, selamat datang di blog saya Pdt. Denny Harseno, M. A., D. Min. Saudara, saya senang sekali jika dapat memberkati saudara sekalian melalui setiap tulisan-tulisan dan artikel-artikel yang ada pada blog ini. Jika saudara ingin membaca setiap tulisan-tulisan dan artikel-artikel terdahulu yang ada pada blog ini, saudara cukup memilih label daftar isi blog atau dengan memilih pada arsip blog yang ada di samping kiri blog ini, dan silahkan mengisi buku tamu blog saya dibawahnya, agar saya dapat mengetahui siapa saja yang telah berkunjung diblog saya. Terima kasih atas perhatiannya, Tuhan Yesus Kristus memberkati.

09 Januari 2010

Terobosan




Nats: Yohanes 4:6-9

Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia
duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas. Maka datanglah
seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: “Berilah
Aku minum.” 8Sebab murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan. 9
Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: “Masakan Engkau, seorang
Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?” (Sebab orang Yahudi tidak
bergaul dengan orang Samaria.)

BEBERAPA ayat di atas merupakan bagian kecil dari sebuah kisahmenarik. Kisah ini terangkai lengkap dalam Yohanes 4:1-42. Oleh

Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), diberi judul: Percakapan dengan
perempuan Samaria. Inilah kisah yang memperlihatkan terobosan
Yesus terhadap suatu kebiasaan lama hasil peraturan manusia.
Terobosan (
breakthrough) apakah itu? Yesus menjalin komunikasi
dengan orang Samaria. Inilah terobosan terhadap aturan kaku yang
telah berlangsung sangat lama antara orang Israel (Yahudi) dan

Samaria
. Sebelum membahas lebih jauh, kita akan melihat sejarah
timbulnya aturan kaku tersebut.
Omri, raja Israel, mendirikan Samaria pada tahun 870 SM.

Samaria
kemudian menjadi ibu kota Kerajaan Utara menggantikan
kota
Tirza (I Raj. 16:24). Jadi, Samaria adalah pecahan dari Kerajaan
Israel
Raya. Ibu kota Kerajaan Utara ini akhirnya tumbang di tangan
Asyur, setelah sempat dikepung selama tiga tahun, pada tahun 721

SM. Raja Asyur kemudian membuang 30.000 orang Samaria ke
pembuangan. Sejak saat itu koloni Asyur pun dimulai.
Maka timbullah suatu bangsa campuran (II Raj. 17:24). Oleh
instruksi raja Asyur sendiri, Allah (YHWH=Yahwe, sebutan/kata
ganti untuk Allah) diajarkan dan diakui negara (II Raj. 17:25-28).
Peribadatan terhadap Yahwe dilaksanakan oleh sebagian penduduk,
sedangkan yang lainnya menyembah para dewa Asyur (II Raj.17:29-34).
Penduduk asli yang masih tinggal, kerapkali melakukan
ibadah terhadap Yahwe di Yerusalem (II Taw. 30:1; 34:9; Yer. 41:5).
Keterpisahan dan permusuhan orang Samaria dan orang Yahudi
semakin meruncing manakala Nehemia menolak eksistensi dan
bantuan orang Samaria untuk membangun bait suci (Ezr. 4:2-3).
Hal ini diperkuat lagi oleh Ezra dengan kebijaksanaan politik
keagamaannya.
Keterpisahan dan permusuhan yang tidak pernah
diperdamaikan ini menjadi semacam aturan dan kebiasaan yang
ditaati tanpa kompromi. Keadaan ini berlangsung bertahun-tahun.
Maka, pada zaman Yesus, dari sudut pandang orang Yahudi, kata
“orang Samaria” itu sama dengan sebuah kata “caci-maki” atau
“ejekan” (Yoh. 8:48). Dalam Yohanes 4:9, kita mendapatkan
keterangan jelas, bahwa orang Yahudi tidak bergaul dengan orang

Samaria
.
Yesus datang ke Samaria untuk sebuah terobosan baru. Ia
berbicara dengan perempuan Samaria. Yesus telah memulai
rekonsiliasi sekaligus reformasi. Berhasilkah upaya Yesus? Berhasil.
Perempuan Samaria tersebut, setelah mendapatkan pengajaran dari
Yesus, menjadi penginjil pertama di kota Samaria (Yoh. 4:39).
Kabar baik yang dibawa perempuan ini mendorong banyak orang

Samaria
datang menjumpai Yesus di sumur Yakub itu. Atas
permintaan mereka, Yesus (dan tentu bersama para murid-Nya)
tinggal di kota itu selama 2 hari, maka semakin banyak orang

Samaria yang menjadi percaya, bahwa Yesuslah Juruselamat dunia
(Yoh. 4:40-42).
Luar biasa! Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan
keberhasilan Yesus melakukan rekonsiliasi dan reformasi di Samaria.
Luar biasa, karena orang Samaria yang dibenci dan dimusuhi oleh
orang Yahudi, justru terbuka dan menerima Yesus sebagai
Juruselamat, ketimbang orang Yahudi, yang menolak dan pada
akhirnya menyalibkan Dia. Menjadi mengertilah saya, mengapa
Yesus menggunakan orang Samaria sebagai tokoh utama dalam
salah satu perumpamaan-Nya (Luk. 10:30-37). Karena, ada nilainilai
moral yang baik dari orang Samaria. Mereka manusiawi dan
sangat terbuka untuk firman-Nya. Itu sebabnya Tuhan Yesus tak
lupa menyuruh murid-murid-Nya memberitakan Injil di Samaria
(Kis. 1:8). Filipus yang memberitakan Injil di Samaria disambut
baik, dan banyak orang yang menjadi percaya kepada Kristus (Kis.8:5-8).
Terobosan rohani apa yang sudah anda lakukan? Sudahkah anda
melakukan rekonsiliasi dengan saudaramu yang menjadi musuhmu
sekian tahun ini? Bagaimana hubunganmu dengan orang tua yang
telah lama putus hubungan? Apakah anda sudah mengampuni
dengan tulus orang yang pernah mengkhianatimu?

Ada
orang datang kepada saya dan berkata, bahwa dia sangat
membenci mertuanya, karena mertuanya main perdukunan.
Menurutnya, sang mertuanya itu bahkan tega mendukuninya. Saya
kemudian mengatakan kepadanya untuk jangan membenci dan
memusuhi mertuanya itu. Memusuhi itu bukan ajaran Tuhan Yesus.
Saya menyuruhnya untuk tetap mengasihi dan mendoakan agar
suatu waktu nanti mertuanya dapat bertobat dan menerima Yesus
sebagai Tuhannya.
Menjadi Kristen sejati yang percaya betul kepada Yesus Kristus
memang harus menyangkal diri; mau menjalankan titah Tuhan

kendati berat secara manusia. Berat rasanya untuk menjalin
hubungan kembali dengan orang yang dimusuhi; berat memang
mengampuni orang yang pernah mencelakai. Berat dan berat. Tetapi
itulah yang Tuhan mau. Anda dan saya bukan tidak bisa
melakukannya. Tetapi apakah kita mau melakukannya. Kalau Yesus
telah memberi contoh, kita pun mesti mau meneladani-Nya.
Dalam melakukan rekonsiliasi dan reformasi tersebut, Yesus
tidak langsung datang ke kota Samaria dan melakukan KKR
(Kebaktian Kebangunan Rohani) besar-besaran. Ia memulai dengan
langkah kecil terlebih dahulu. Memulai dari seorang perempuan
biasa yang tidak diperhitungkan orang. Maka, mari kita mulai
pemulihan hubungan kita dengan orang lain dan mengubahkan
hidup orang itu ke arah Kristus, dari langkah kecil yang kita bisa.
Selebihnya, biarkan Tuhan yang beperkara.
Penting untuk melakukan
breakthrough, supaya kita menjadi orang
Kristen yang bukan biasa-biasa saja; menjalani kehidupan beriman
dengan biasa seolah tidak ada perkara yang harus dibereskan. Yang
penting bergereja dan beriman, cukup sudah. Padahal, ada
hubungan dengan orang lain yang harus direkonsiliasi – ada orang
lain yang harus dibawa kepada pengenalan akan Kristus. Membawa
orang kepada Kristus dan menjadikannya percaya kepada-Nya,
adalah amanat agung yang harus saya dan anda laksanakan.
Mengapa harus? Karena kitalah murid-Nya. Murid yang benar pasti
mau menaati apa kata Gurunya, Yesus Kristus. Anda murid yang
benar, bukan?




0 komentar:

Posting Komentar