-->

Profil Hamba Tuhan

Foto saya
Jakarta, Indonesia
Seorang Hamba Tuhan yang memiliki kerinduan untuk dapat memberkati banyak orang melalui Pastoral Konseling, dengan berbagai hal dan cara, salah satunya adalah melalui fasilitas dunia maya (Internet). Riwayat Pendidikan Teologi: - Sarjana Theology (S. Th) jurusan teologi, 1999. - Master of Art (M. A) jurusan Christian Ministry, 2002. - Master of theology (M. Th)Thn 2010. - Doctor of Ministry (D. Min)Thn 2009. God Bless You All.

Pendahuluan

Shallom, selamat datang di blog saya Pdt. Denny Harseno, M. A., D. Min. Saudara, saya senang sekali jika dapat memberkati saudara sekalian melalui setiap tulisan-tulisan dan artikel-artikel yang ada pada blog ini. Jika saudara ingin membaca setiap tulisan-tulisan dan artikel-artikel terdahulu yang ada pada blog ini, saudara cukup memilih label daftar isi blog atau dengan memilih pada arsip blog yang ada di samping kiri blog ini, dan silahkan mengisi buku tamu blog saya dibawahnya, agar saya dapat mengetahui siapa saja yang telah berkunjung diblog saya. Terima kasih atas perhatiannya, Tuhan Yesus Kristus memberkati.

12 Mei 2009

Murka Allah atas Dosa bagian II

Saudara, dua ribu enam ratus tahun kemudian, kondisi pada jaman Habakuk tetap sangat relevan untuk masa kini. Mengapa? Karena problem keserakahan sampai hari ini tidak pernah selesai. Manusia semakin modern justru menjadi manusia yang semakin hari semakin serakah dan tidak pernah puas. Hari ini manusia bukan semakin canggih di dalam kebenaran melainkan semakin canggih dalam kejahatan. Satu hal yang saya lihat ketika kita berhadapan dengan situasi ini seringkali kita ingin membalas, tetapi disini satu prinsip yang Alkitab tegaskan dimana pembalasan merupakan hak Tuhan. Dan ingat pembalasan Tuhan akan jauh lebih berat dari tindakannya. Mengapa? Karena Tuhan melihat selain pembalasan, hukum keadilan ditegaskan yaitu kutukan yang harus memperberat. Jangan pernah berpikir bahwa orang Kristen akan lolos dari penghakiman. Alkitab tidak pernah mengatakan orang yang berdosa, bertobat dilepaskan dari hukuman. Keadilan Allah dan kasih Allah merupakan dua hal yang harus berjalan bersama-sama. Jika kita berjalan dalam keadilan Allah kita akan berjalan juga dalam kasih Allah. Daud bertobat dari dosanya dan Tuhan ampuni. Namun Daud tidak pernah lolos dari hukuman Allah karena dia berbuat dosa. Dosanya diampuni tetapi efek dari dosanya harus dibayar.


Dalam Habakuk 2 ini kita melihat bagaimana Tuhan menegaskan prinsip yang Ia ingin bicarakan kepada Habakuk yaitu bahwa penglihatan itu pasti akan terjadi (Hab 2:3). Mulai dari ay. 6-20, Tuhan menegaskan kepada habakuk bahwa Ia tidak akan bermain-main dengan tingkah laku dosa. Tuhan menegaskan hal itu dengan satu kata ‘Celakalah!’ Kata ini merupakan kata yang keras, yang dipakai menjadi satu kutukan yang tegas terhadap kejahatan manusia. Di dalam bagian tersebut terdapat 5 ‘celaka’ yang diurutkan dari yang paling fenomena sampai yang paling hakiki.


Habakuk 2:15 mencatat: "Celakalah orang yang memberi minum sesamanya manusia bercampur amarah, bahkan memabukkan dia untuk memandang auratnya." Mereka jatuh dalam kondisi sangat mengerikan, yang digambarkan sebagai satu kekejaman yang sudah melampaui batas. Dalam kondisi seperti ini Tuhan mengatakan, "Celaka kamu!"


Peringatan ini sangat menguatkan Habakuk karena dia sangat mengetahui kondisi itu. Ia mengetahui betapa kejamnya orang Kasdim dan tindakan kekejaman seperti itu bukan hal yang baru. Jika kita menelusuri mulai dari PL hingga sekarang, kita akan melihat bahwa sikap kejam dari manusia berdosa begitu mengerikan. Ini menggejala sepanjang masa dalam dunia, khususnya di jaman Habakuk hidup. Di dalam Alkitab, kekejaman seperti ini sudah lumrah dan bahkan menjadi pemandangan sehari-hari.


Bangsa Kasdim adalah bangsa yang sangat kejam. Lebih mengerikan dibandingkan dengan kekejaman bangsa lain. Itu sebabnya Habakuk ngeri sekali jika membayangkan Yehuda dihancurkan oleh kekejamannya. Justru dalam situasi seperti ini Tuhan tidak melindungi bangsa Yehuda melainkan justru mengkonfirmasi. Namun barang siapa berani berbuat kekejaman seperti itu, ia akan berhadapan dengan keadilan Tuhan. Karena itu berarti ia dengan sengaja melawan sifat dan eksistensi keberadaan Tuhan. Jadi bukan sekedar bertindak terhadap manusia. Peristiwa yang terjadi pada jaman Habakuk tidak berbeda dengan apa yang terjadi dalam dunia modern. Misalnya seperti yang terjadi di Indonesia tanggal 13-14 Mei yang lalu. Ini membuktikan dosa begitu dahsyat sedang merajalela di dunia. Pada saat manusia lepas dari otoritas sejati, maka manusia hanya dikuasai oleh otoritas dosa. Otoritas dosa ini akan mendatangkan kekejaman yang luar biasa, yang membuat manusia tidak tahu lagi dimana dia harus bertindak.


Ketika orang Kasdim dengan begitu kejam menghantam dan menghancurkan bangsa Yehuda, mereka justru membanggakan perbuatan mereka itu. Itulah kehormatan mereka. Tetapi Alkitab mengatakan: "Celakalah kamu!" Karena kehormatanmu itulah kehinaanmu dan kejayaanmu itulah kematianmu. Di dalam Habakuk 1:7 dikatakan: "Bangsa itu dahsyat dan menakutkan; keadilannya dan keluhurannya berasal daripadanya." Semakin mereka menegakkan otoritasnya sendiri, mereka akan semakin kejam. Hanya satu cara untuk membebaskan mereka, yaitu pertobatan. Mereka harus lepas dari ikatan belenggu dosa dan belenggu feodalitas otoritas yang begitu mencengkram. Untuk lepas dari belenggu cengkraman dosa tidaklah mudah, kecuali ada kuasa yang lebih besar untuk mengeluarkannya. Ini baru bisa terjadi jika kita kembali kepada kebenaran yang sejati. Lepas dari kebenaran sejati maka akumulasi kekejamannya akan berputar terus di tengah dunia. Hanya kuasa Kristus yang dapat mencabut orang itu keluar dan menarik orang itu kembali pada kebenaran sejati. Hanya kembali pada otoritas kebenaran sejati, baru ada pengharapan bagi dunia.


0 komentar:

Posting Komentar