Keempat, Paradoks Ketenagakerjaan. Disatu pihak banyak yang membutuhkan tenaga kerja tetapi dilain pihak tidak ada tenaga kerja yang memadai dan tidak adanya kesempatan bekerja karena tidak adanya kemampuan untuk pekerjaan yang dibutuhkan, sehingga pengganguran semakin meningkat. Disini persoalannya adalah bagaimana mendidik dan menuntut kualitas orang bekerja untuk masuk dalam garis manusia. Fakta yang harus kita lihat dimana berjuta tenaga kerja bekerja dalam kondisi non human karena seringkali mereka sengaja tidak diberikan kesempatan agar kualitas mereka meningkat supaya mereka dapat diatur dan dimanipulasi. Itu merupakan pemikiran yang sangat pragmatis dan mengakibatkan kerugian besar karena berarti mereka tidak mampu memikirkan kesejahteraan secara totalitas.
Kelima, Paradoks Waktu. Makin kita mempunyai kemampuan teknologi yang mengefisienkan waktu namun kita bukan semakin kelebihan waktu tetapi justru kekurangan waktu dan semakin kekurangan kemampuan untuk menata waktu. Alkitab menuntut keseimbangan bekerja secara tepat.
Yang pertama, Kekristenan menuntut kita memberikan waktu untuk melayani dan mencurahkan pikiran bagi Tuhan (Ef 4:1-16).
Kedua, Tuhan memanggil kita untuk dikirim kembali ke dalam dunia, bekerja, menghasilkan buah dan menjadi contoh.
Ketiga, bagaimana kita menjadi orang yang hidup sepadan ditengah keluarga sehingga mampu melayani Tuhan, bekerja serta memberikan kesaksian yang baik ditengah keluarga (Ef 5). Ini kembali pada pengertian kita tentang apa itu kerja, bagaimana kerja yang tepat dan diseimbangkan dengan pelayanan, keluarga serta semua aspek yang lain.
Keenam, Paradoks Kesehatan. Ketika negara makin maju, ternyata penyakit juga semakin banyak. Kemajuan teknologi, perkembangan sosial masyarakat tidak menjadikan manusia bertambah sehat. Goudzwaard & de Lange menyatakan 3 problem utama yang menyebabkan terjadinya keenam hal diatas, yaitu: 1). Kemiskinan. 2). Ketenagakerjaan, 3). Environment (lingkungan). Namun saya sangat tidak setuju dengan solusi yang sangat humanis yang mereka kemukakan yaitu, "Mari kita kembali pada inti Ekonomi, man and his needs (manusia dan kebutuhannya)." Sebab Firman Tuhan mengajarkan bagaimana saya bertanggungjawab dihadapan Allah mengelola alam semesta demi kesejahteraan manusia. Kalau manusia hanya memikirkan kebutuhannya maka yang menjadi pusat adalah manusia dan itu akan merusak seluruh system karena yang terjadi adalah saling berbenturnya kebutuhan yang akhirnya menjadi titik terciptanya destruksi dan tidak adanya penyelesaian apapun.
0 komentar:
Posting Komentar