Profil Hamba Tuhan
- Pdt. Denny Harseno, M. A., D. Min.
- Jakarta, Indonesia
- Seorang Hamba Tuhan yang memiliki kerinduan untuk dapat memberkati banyak orang melalui Pastoral Konseling, dengan berbagai hal dan cara, salah satunya adalah melalui fasilitas dunia maya (Internet). Riwayat Pendidikan Teologi: - Sarjana Theology (S. Th) jurusan teologi, 1999. - Master of Art (M. A) jurusan Christian Ministry, 2002. - Master of theology (M. Th)Thn 2010. - Doctor of Ministry (D. Min)Thn 2009. God Bless You All.
Pendahuluan
Shallom, selamat datang di blog saya Pdt. Denny Harseno, M. A., D. Min. Saudara, saya senang sekali jika dapat memberkati saudara sekalian melalui setiap tulisan-tulisan dan artikel-artikel yang ada pada blog ini. Jika saudara ingin membaca setiap tulisan-tulisan dan artikel-artikel terdahulu yang ada pada blog ini, saudara cukup memilih label daftar isi blog atau dengan memilih pada arsip blog yang ada di samping kiri blog ini, dan silahkan mengisi buku tamu blog saya dibawahnya, agar saya dapat mengetahui siapa saja yang telah berkunjung diblog saya. Terima kasih atas perhatiannya, Tuhan Yesus Kristus memberkati.
23 Maret 2010
Rahasia Kuat Rohani
Nats: I Samuel 3:7-11
7 Samuel belum mengenal TUHAN; firman TUHAN belum pernah dinyatakan
kepadanya. 8 Dan TUHAN memanggil Samuel sekali lagi, untuk ketiga kalinya.
Iapun bangunlah, lalu pergi mendapatkan Eli serta katanya: “Ya, bapa, bukankah
bapa memanggil aku?” Lalu mengertilah Eli, bahwa Tuhanlah yang memanggil
anak itu. 9 Sebab itu berkatalah Eli kepada Samuel: “Pergilah tidur dan apabila
Ia memanggil engkau, katakanlah: Berbicaralah, TUHAN, sebab hamba-Mu ini
mendengar.” Maka pergilah Samuel dan tidurlah ia di tempat tidurnya. 10 Lalu
datanglah TUHAN, berdiri di sana dan memanggil seperti yang sudah-sudah:
“Samuel! Samuel!” Dan Samuel menjawab: “Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini
mendengar.” 11 Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: “Ketahuilah, Aku
akan melakukan sesuatu di Israel, sehingga setiap orang yang mendengarnya, akan
bising kedua telinganya.
Apakah faedahnya mendengarkan firman Tuhan? Dalam perikop
ini kita melihat bahwa Samuel belum mengenal panggilan Tuhan.
Atas ajaran imam Eli, Samuel kemudian mendengar Tuhan
memanggilnya, dan manakala ia merespon panggilan itu, Tuhan
pun berfirman kepadanya. Pada ayat 11 khususnya, ada kata
“Ketahuilah”. Ini sebenarnya kata keterangan sekaligus kata
petunjuk. Petunjuk supaya Samuel tahu akan rancangan Tuhan.
Memang, orang yang mendengarkan firman Tuhan akan tahu
rancangan Tuhan terhadap dirinya; keluarganya; masa depannya;
dan bahkan terhadap negaranya.
Banyak orang Kristen menjadi lemah karena mendengar suara
yang bukan dari Tuhan. Yang didengar suara orang fasik. Suara
setan. Suara dukun. Suara nafsu hati nuraninya. Makanya,
perbuatannya mengandung dosa yang menuju kebinasaan.
Orang yang mendengarkan suara Tuhan akan tahu apa yang
ia lakukan pada saat menghadapi masalah. Bukan hanya masalah
dia saja, tetapi hal-hal yang akan Tuhan kerjakan bagi dunia pun,
dia bisa memahami maknanya terlebih dahulu, sementara orang
lain masih diliputi kebingungan.
Berapa banyak waktumu yang terpakai untuk mendengarkan
suara Tuhan ketimbang suara keduniawian? Apakah saudara lebih
banyak menonton dan mendengarkan suara tv yang belakangan
ini penuh dengan berita malapetaka: gempa, tsunami, banjir, tanah
longsor dan kecelakaan transportasi, daripada mendengarkan
suara Tuhan? Orang-orang yang lebih banyak mendengarkan
suara dunia dan terpengaruh olehnya, adalah orang-orang yang
tidak mempunyai pegangan hidup. Umat Tuhan tidak boleh
seperti ini.
Kalau kita dekat dengan Tuhan dan mendengarkan suara-Nya,
itu indah. Suatu waktu, saya dan keluarga hendak bepergian.
Ketika hendak memasuki mobil, saya katakan kepada istri saya,
bahwa saya mau buang air dulu. Istri saya berkata, “Bagaimana
sih si papi, sudah mau pergi, pakai buang air segala”. Saya sempat
bimbang beberapa detik antara segera pergi atau buang air
terlebih dahulu. Hati saya sejahtera untuk menyelesaikan urusan
ke kamar kecil dulu. Beberapa menit saya di kamar kecil. Setelah
itu, begitu kami keluar hendak mengarah ke jalan raya, saya melihat
banyak pecahan kaca berserakan di jalan. Saya bertanya kepada
seorang hansip yang kebetulan berdiri di situ, apa gerangan yang
terjadi. Pak hansip mengatakan baru beberapa menit lalu ada
mobil yang menabrak tukang ojek. Mobil penabrak kemudian
dirusak massa. Perhatikan saudaraku, kalau saya lebih dahulu
melewati jalan itu, mungkin saya yang menabrak si tujang ojek.
Penundaan semacam itu, bagi kita anak Tuhan adalah bukan
kebetulan. Penundaan itu ada maksud Tuhan; kita terhindar dari
malapetaka dan kecelakaan. Kenapa bisa begitu? Karena saya
mendengar suara Tuhan; suara di hati saya yang lebih mendorong
saya untuk menunda sebentar rencana bepergian tadi.
Kata “ketahuilah” dalam ayat 11, berarti Tuhan hendak
memberikan petunjuk kepada Samuel. Tuhan bekerja sama dengan
Samuel di mana Tuhan sedang merancangkan sesuatu atas orang
Israel. Samuel menjadi kawan sekerja-Nya.
Kita harus mendengar suara Tuhan
Bagaimana mendengar suara Tuhan? Ketika saya berkhotbah anda
mendengar, maka anda sedang mendengarkan suara Tuhan.
Begitu pula jika anda sedang membaca firman Tuhan, maka pada
saat itulah anda sedang mendengarkan firman Tuhan. Jadi, tidak
ada celah dari nasehat yang bukan dari Tuhan merasuk dalam
pikiran dan hati kita.
Menjadi pengikut Kristus itu bukan main-main. Dibutuhkan
keseriusan. Saya sudah mendengar banyak kisah, bagaimana
orang datang kepada saya dan menyampaikan bahwa dia kecewa
dengan istri keduanya, yang dulu baik tetapi kemudian
mengabaikannya karena kini menganggur. Tidak demikian dengan
istri pertama yang selalu menerimanya apa adanya.
Saya juga beberapa kali mengambil mayat di rumah istri muda
yang tidak lagi mau mengakui bahwa itu suaminya. Benar memang,
ada uang abang disayang, tidak ada uang abang ditendang.
Firman Tuhan harus selalu kita dengar dan menguasai
kehidupan kita, supaya perilaku kita senantiasa sesuai dengan
firman itu. Itulah yang akan menjaga kita dari segala keinginan
untuk melakukan apa yang tidak diinginkan Tuhan. Firman yang
menguasai kita itu pulalah yang akan menahan kita untuk berzinah
dan kawin lagi, dan akhirnya memulai rentetan kisah pilu
sebagaimana yang tersebut di atas.
Membaca firman Tuhan
Dengan membaca firman Tuhan, timbul pertobatan (Neh. 1:7).
Nehemia dan Ezra adalah nabi yang bersama-sama berada disaat
orang Israel mengalami kekalahan berat dan tercerai berai.
Nehemia mulanya merasa bingung karena mengapa bangsa yang
disertai Tuhan ini kalah dalam perang dan menjadi lemah. Tetapi,
ketika membaca kitab Musa, mengertilah ia, bahwa bangsa ini
sudah berubah; tidak lagi setia kepada Allah. Apabila mereka
setia, maka Tuhan akan mengumpulkan mereka menjadi satu
kembali. Dengan membaca firman Tuhan, kita akan diingatkan
seberapa jauh kita telah meninggalkan-Nya.
Apabila kita tidak menerima informasi dari firman Tuhan,
maka yang akan masuk dalam pikiran dan hati kita adalah
informasi dari dunia. Sebab memang, suka atau tidak suka, di
sekitar kita ini akan memberikan input kepada kita, baik melalui
pendengaran, perasaan dan penglihatan.
Mamon juga bisa menutupi keberadaan kita dari suara Tuhan.
Karena alasan bisnis yang juga pemberian Tuhan, kita memberi
alasan argumentatif: Tidak ada waktu mendengar suara Tuhan.
Orang yang seperti ini adalah orang yang melupakan sumber
berkat-Nya, tetapi menguber berkat-Nya. Ini kurang ajar
namanya. Nanti, ketika sakit berat siapakah yang akan dimintakan
pertolongan? Uang kita tidak bisa menyembuhkan penyakit
kanker stadium 4. Penyakit ini tidak ada obatnya. Uang kita yang
banyak pun akan habis karena itu. Kita boleh sibuk dengan urusan
bisnis, tetapi kita harus tetap memberikan waktu kita
mendengarkan suara Tuhan; membaca firman-Nya. Hadirlah di
gereja setempat di mana kita berbisnis di luar kota.
Firman Tuhan ini harus dibaca setiap hari. Ini wajib
hukumnya! Tidak cukup hanya membaca firman Tuhan seminggu
sekali di gereja.
Menghafal firman Tuhan
Dalam Mazmur 119:11 dikatakan: Dalam hatiku aku menyimpan
janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau. Dengan
menghafal firman Tuhan, kita tercegah dari perbuatan-perbuatan
dosa. Kalau sampai hari ini saya belum memukul orang, itu karena
saya menghafal firman Tuhan. Mengapa saya mengatakan
demikian? Karena, manusia, walaupun sudah 20 tahun bertobat,
karakter lama itu tidak hilang sepenuhnya, ia cuma ‘diam’ saja di
alam tidak sadar. Untuk diketahui, alam tidak sadar kita memonopoli
88% dan alam sadar 12% saja. Makanya, kalau kehidupan kita
yang dulu ‘kacau’, sekarang menjadi benar, itu tidak sepenuhnya
menjadi benar. Jika tidak menyerahkan diri sungguh-sungguh
dalam tuntunan Tuhan senantiasa, perilaku kacau itu bisa muncul
lagi.
Ada teman saya yang sudah 15 tahun tidak merokok. Suatu
waktu dia bertemu kembali dengan teman lamanya yang perokok.
Demi pertemanan, teman saya akhirnya merokok lagi bersama
karibnya itu. Yang terjadi kemudian, teman saya ini kembali
menjadi pemadat parah. Lebih parah dari 15 tahun lalu ketika
masih merokok.
Ada lagi kawan yang lain. Dulu mantan penjudi. Sudah
bertobat. Dua puluh tahun meninggalkan meja judi. Suatu ketika
dia dan keluarganya pindah rumah di wilayah lain. Demi untuk
menghargai ajakan warga, ia pun mengambil bagian dalam
pertandingan kartu dalam rangka 17 Agustus. Karena dia menang
terus dan jadi pemenang, dia diajak untuk bermain judi lagi. Dari
taruhan kecil sampai besar. Akhirnya, dia menjadi penjudi lagi.
Dulu 9 tahun saya belajar ilmu kebatinan. Ilmu itu membuat
saya percaya diri, sehingga suka berkelahi. Orang yang mencoba
melawan saya akan bertekuk lutut sebelum bisa berbuat apa-apa.
Ini adalah karakter lama yang tersimpan di alam bawah sadar
saya. Itu bisa muncul lagi.
Latar belakang kita tidak karuan semua. Kita semua pendosa
(Rm. 3:23). Dalam berkendara, sering emosi kita terpancing
karena perilaku pengendara lain yang merugikan kita. Kalau
bukan karena firman Tuhan yang kita hafal, kita mungkin sudah
kejar-kejaran dijalanan dan lalu baku hantam di tengah jalan ala
film hollywood.
Rasul Paulus pun ingin berbuat baik, tetapi yang jahat yang ia
ingin perbuat. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik,
yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang
jahat, yang aku perbuat. Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku
kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang
diam di dalam aku. Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku
menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku (Rm.
7:19-21). Mengapa bisa begitu? Karena kedagingan kita selalu
berusaha mengalahkan kerohanian kita.
Firman Tuhan yang dihafal itulah yang akan meredam
menguatnya karakter lama kita. Ketika perilaku buruk itu
mencoba kembali, firman Tuhan yang sudah dihafal itu akan
teringat di hati; firman itu akan otomatis mencegah kita mengikuti
kemauan perilaku tersebut. Celaka jadinya kita, jika tidak
menghafal firman-Nya!
Merenungkan
Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi
renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati
sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian
perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung (Yos 1:8).
Merenungkan firman Tuhan seperti anda berjalan di jalan tol,
dengan merenungkan jalan-jalan mana yang harus dilalui – yang
mana yang lurus yang mana yang berbelok. Andai anda mencoba
berjalan di jalan tol dalam keadaan merem 1 menit saja, begitu
anda sadar, anda sudah di rumah sakit bagian instalasi gawat
darurat. Beruntung jika anda masih hidup…
Merenungkan firman Tuhan itu membuat kita waspada.
Waspada, karena iblis menyamar seperti malaikat terang. Kita
tidak boleh tertipu olehnya. Oleh karena itulah, betapa pentingnya
merenungkan firman Tuhan itu siang dan malam.
Perenungan yang baik itu seperti binatang yang memamah biak
(sapi dan kambing). Pada waktu dilepas di padang mereka mencari
makan. Tetapi makanan yang menjadi energi dan susunya adalah
ketika ia makan di kandangnya, yaitu makanan tadi yang
dikeluarkannya – dikunyah, diperhalus dan dimakan lagi. Itulah
yang menjadi sumber energi bagi sapi atau kambing itu. Begitu
pula dengan kita, dalam konteks mendengarkan firman Tuhan di
gereja. Barangkali kita terganggu dengan orang yang berisik di
samping kita, maka sesampai di rumah, bacalah dan renungkanlah
kembali firman itu. Atau, ketika mendengarkan khotbah pendeta,
ada bagian-bagian ayat tertentu yang tidak kita pahami, maka
bacalah dan renungkan kembali firman Tuhan tersebut di rumah.
Sempatkan waktu untuk melakukan hal ini segera dalam beberapa
menit saja, karena jika tidak, anda akan mengisi waktu dengan
urusan bersantai di rumah, tidur atau bahkan bertamasya. Maka,
kebanaran firman Tuhan itu akan lewat, dan tidak akan menjadi
rhema dalam hidupmu. Hal seperti inilah yang membuat banyak
orang Kristen tua di gereja, tetapi sangat kerdil rohaninya.
Melakukan firman Tuhan
Semua bagian yang kita bahas ini penting, dan klimaks dari
pembahasan kita adalah yag kelima ini.
Saya mempunyai teman pendeta. Orang ini luar biasa karena
kalau berkhotbah tidak menggunakan alkitab. Dia hafal semua
ayat hingga ke titik komanya. Luar biasa. Barangkali, dia
membawa alkitab hanya etika saja sebagai pendeta. Saya kagum
dengan orang ini. Karena penasaran, saya bertanya kepadanya
perihal rahasia beliau sehingga bisa seperti itu. Dia memberi
jawaban, bahwa dia sudah membaca alkitab sampai habis 50x.
Pantas saja.
Namun, tak berapa lama kemudian saya mendengar kabar,
bahwa hamba Tuhan yang luar biasa ini, melakukan kesalahan
yang tidak sepantasnya dilakukan oleh seorang pendeta.
Sayang disayang, hamba Tuhan yang luar biasa ini lengah dan
membuka celah, yang kemudian menjadi fatal akibatnya.
Saudaraku, jangan sekalipun memberikan kesempatan kepada
iblis; jangan buka celah untuk dia menguasai kita sedikit pun dan
sedetik pun.
Saya juga tidak kebal dengan situasi seperti itu. Tetapi dengan
firman Tuhan dan doa, saya akan kuat menghadapinya.
Dengar, baca, hafal, renungkan dan lakukanlah firman Tuhan
dengan disiplin dan konsisten, maka niscaya kelas rohani kita akan
semakin naik; bertambah dewasa dalam Tuhan, dan cakap
menanggung segala perkara.
12 Maret 2010
3 Peran Allah
Nats: Ulangan 30:19-20
19 Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini:
kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah
kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu, 20 dengan
mengasihi TUHAN, Allahmu, mendengarkan suara-Nya dan berpaut pada-Nya,
sebab hal itu berarti hidupmu dan lanjut umurmu untuk tinggal di tanah yang
dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni kepada
Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepada mereka.”
Nats di atas sebenarnya merupakan bagian dari perkataan
perjanjian yang disampaikan Musa kepada bani Israel sewaktu
mereka berada di tanah Moab. Perkataan perjanjian tersebut dapat
menjadi pelajaran yang sarat makna rohani bagi kita, umat Tuhan
dewasa ini.
Dari nats di atas, kita dapat belajar tentang 3 peran Allah untuk
kebaikan kehidupan kita di dunia ini, dan bahkan untuk kehidupan
kekekalan bersama-Nya kelak. Mari kita telusuri satu demi satu.
Peran yang pertama: Allah memperhadapkan kita untuk
memilih. Perhatikan pada ayat 19, di sini Tuhan memberikan
kepada kita dua pilihan ekstrim: memilih berkat atau memilih
kutuk. Tentu saja kita akan memilih berkat bukan kutuk. Sebab,
siapa yang mau dikutuk dan menjadi orang terkutuk? Bahkan
orang bodoh sekalipun tidak mau memilih dikutuk – semua orang
mau diberkati – kaya materi – dan masuk sorga. Tetapi sungguh
ironis, ada banyak orang Kristen yang hidup seperti orang yang
sedang kena kutuk. Di mana kehidupan mereka diliputi oleh ruparupa
kesengsaraan. Oleh mereka, Tuhan kerap dianggap sebagai
arsitek dari semua derita yang dialami; Tuhan diposisikan sebagai
sang pemberi pencobaan. Akan hal ini, alkitab dengan tegas dan
jelas mengatakan bahwa Tuhan tidak mencobai siapapun, iblislah
yang mencobai manusia (Yak. 1:14-15).
Orang Kristen yang membiarkan dirinya dicobai dan
kemudian ditunggangi oleh iblis adalah orang Kristen yang
memilih kutuk. Orang-orang seperti ini bukanlah tidak tahu akan
kebenaran Tuhan. Tetapi pemuasan keinginan dirinya sendiri telah
menjadi yang utama ketimbang kebenaran itu. Ia terus jatuh, dan
jatuh lagi dalam berbagai dosa.
Dikuasai atau ditunggangi iblis bukan hanya terlihat kasat mata
seperti manifestasi orang yang sedang kerasukan yang disertai
dengan ciri-ciri mata memerah, badan bergetar hebat dan
berteriak-teriak, karena orang yang mementingkan keinginannya
sendiri, dan lalu mengabaikan pekerjaan Tuhan pun juga telah
dikontrol oleh iblis. Contoh riil akan hal ini dapat dilihat dalam
Matius 16:22-23, yang mengisahkan bagaimana Petrus mencoba
menahan maksud Yesus untuk pergi ke Yerusalem untuk
mengalami banyak penderitaan di sana. Dalam hal ini Petrus
tampak seperti seorang murid yang membela gurunya. Namun,
hardikan Yesus memperlihatkan kepada kita, bahwa iblis telah
mengintervensi pikiran dan hati Petrus. Dengan kata lain, pikiran
dan perasaan Petrus telah disusupi oleh iblis.
Mari cek dan ricek kehidupan kita masing-masing, sejauh
manakah intervensi iblis dalam benak intelektual kita. Kita harus
memiliki kepekaan untuk ini. Tetapi, bagaimana kepekaan ini bisa
kita miliki untuk menjadi parameter, kalau kita sendiri tidak hidup
melekat dengan Tuhan.
Dalam Galatia 6:7, dikatakan: “Jangan sesat! Allah tidak
membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu
juga yang akan dituainya”. Siapa yang menabur dia yang akan
menuai. Jadi, jangan kita menyalahkan Tuhan ketika derita kita
alami, padahal derita itu bermula dari perbuatan dosa kita sendiri.
Allah menghadapkan pilihan, dan kita yang memilih. Maka,
bertanggungjawablah dengan apa yang kita pilih.
Peran yang kedua, Allah menyarankan. Masih pada ayat 19,
dikatakan bahwa Allah menyarankan manusia untuk memilih.
Betapa baik dan hebatnya Tuhan kita. Betapa tidak, karena Dia
menghadapkan pilihan sekaligus menyarankan pilihan yang
terbaik, yaitu pilihan kehidupan untuk hidup.
Saran Allah pastilah yang terbaik. Akan menjadi indah hidup
ini jika kita menuruti saran-Nya. Salah satu saran Allah supaya
kehidupan kita menyenangkan hati-Nya adalah hidup oleh Roh.
Firman Tuhan berkata: “… Hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak
akan menuruti keinginan daging” (Gal. 5:16). Hidup oleh Roh akan
membuat kita mampu menekan segala perbuatan kedagingan.
Apa sajakah perbuatan daging itu? Alkitab berkata: “Perbuatan
daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan
berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri
sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora
dan sebagainya” (Gal. 5:19-21). Kata “dan sebagainya” di sini hendak
menyingkat daftar perbuatan dosa yang teramat banyak itu.
Jika kita dipimpin oleh Roh, maka perbuatan-perbuatan dosa
tidak akan kita lakukan. Ada perasaan jijik dan rasa malu jika
hendak berbuat dosa. Saudaraku, betapa enak hidup ini jika kita
dipimpin oleh Roh Tuhan, karena kita akan kuat di dalam Dia.
Kuat dalam hal apa? Contohnya begini, jika pipi kiri kita
ditampar, kita bersedia memberi lagi pipi kanan – tetapi sekali
lagi, ini karena Roh ada dalam kita. Namun, tidaklah demikian
jika kita hidup dengan jiwa saja – ini menjadi tidak enteng – karena
siapa yang mau ditampar gratis? Kalaupun ada yang mau, pastilah
menuntut balas yang lebih sadis.
Ada orang yang sudah 4 tahun bertobat, tetapi selama itu
pulalah ia disibuki dengan merubah posisi tangga menuju ke lantai
dua rumahnya. Tangganya berubah posisi beberapa kali, hanya
karena ia menuruti keinginan dewa di kepercayaannya yang lama.
Repot sekali hidup orang ini. Orang seperti ini dipermainkan
setan. Kasihan! Biarlah kita dipimpin oleh Roh, supaya kita dapat
menuruti saran Tuhan, bukan saran iblis.
Pilihan kehidupan sudah Tuhan sarankan kita pilih, tetapi
masih banyak orang Kristen yang memilih jalan kematian. Sadar
atau tidak sadar, atau tidak mau sadar, banyak orang Kristen
yang membangun jalan kematian kekalnya: neraka kekal. Mereka
lebih memilih jodoh yang tidak seiman daripada Yesus. Memilih
pergi ke dukun dan paranormal ketimbang sabar meminta
pertolongan dari Tuhan. Sebenarnya, kita harus bangga, karena
kita bukan sekadar disarankan untuk memilih, tetapi kita terlebih
dahulu telah dipilih oleh Tuhan untuk menjadi umat kesayangan-
Nya (Yoh. 15:16). Oleh karena itulah, saya tidak akan mungkin
menjual Yesus dengan apapun dalam keadaan bagaimanapun.
Saudaraku, kita sudah dipilih oleh Tuhan, jadi kita tidak
mungkin dibiarkan-Nya menghadapi badai hidup ini sendirian.
Dalam susah dan bahagia, Dia akan selalu menyertai saya dan
saudara. Di dalam I Samuel 12:22, dikatakan bahwa Tuhan Allah
tidak akan pernah membuang kita oleh karena nama-Nya yang
besar. Luar biasa makna rohani ayat ini, di mana nama Tuhan
dipertaruhkan demi untuk membela saya dan saudara. Sungguh,
betapa berharganya kita di hadapan Tuhan. Masihkah kita tega
mengkhianati-Nya?
Peran yang ketiga, Allah memberikannya kepada mereka.
Dalam ayat 20 nats di atas, Allah memberikan 3 cara agar orang
Israel beroleh tanah yang dijanjikan-Nya kepada mereka. Bagi
kita, umat Tuhan dewasa ini, 3 cara ini berarti 3 cara untuk sampai
ke sorga. Tiga cara tersebut adalah:
Pertama, kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu,
jiwamu dan akal budimu. Firman Tuhan ini hendak menerangkan
bahwa tidak ada tempat bagi iblis, karena totalitas kehidupan
kita hanya untuk Tuhan. No place for devils. Tidak hanya itu,
mengasihi Tuhan secara total, otomatis akan membuat kita
mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri. Inilah kristalisasi
dari alkitab: kasih terhadap Allah dan kasih terhadap sesama.
Kalau kita mengasihi Allah, maka melakukan perintah-Nya
bukanlah suatu beban. Kita akan melakukan perintah Tuhan
dengan tulus, jikalau kita benar-benar mengasihi Dia (Yoh. 14:15).
Kedua, mendengar suara Tuhan. Firman Tuhan berkata,
domba-domba-Ku mendengar suara-Ku. Ingat, iman itu timbul
dari pendengaran, dan pendengaran akan firman Kristus. Dalam
bagian lain dikatakan: Barangsiapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!
(Why. 13:9). Iman kita jangan tergoyahkan oleh apa yang saya
sebut dengan suara-suara yang ‘bindeng’ alias segala dalil yang
melemahkan iman. Suara-suara bindeng ini yang selalu meragukan
kuasa Allah. Sebagai umat pilihan Tuhan, kita hanya
mendengarkan suara Tuhan, bukan yang lain. Itulah sebabnya,
kita harus senantiasa membaca firman Tuhan, ‘suara’ yang asli;
suara yang benar.
Ketiga, berpaut kepada-Nya. Artinya tumpang tindih tepat.
Orang yang tidak berpaut kepada Kristus, perbuatannya tidak
sedap dilihat. Hal ini sama dengan sebuah hasil cetakan full color,
yaitu jika perwakilan masing-masing warna (Cyan, Magenta,
Yellow, Black = CMYK) yang membentuk suatu image atau artwork
meleset sedikit saja dari posisi yang semestinya, maka hasil
cetakannya menjadi tidak bagus dan tidak sedap dipandang mata.
Kalau kita tidak berpaut dengan Tuhan, maka kita akan meleset
jauh dari kebenaran-Nya. Jangan ada gambaran setan dalam
kehidupan kita. Keberadaan kita harus menjadi berkat. Dengan
kata lain, kita menjadi seperti Kristus dalam berperilaku.
Seorang petani tahu betul kapan dia akan panen. Namun,
sebelum itu terjadi, tentu saja dia mesti terlebih dahulu menanam
bibit padinya. Hari ini tanamlah keinginanmu untuk
menyenangkan Tuhan; tentukan pilihan untuk memilih berkat dan
kehidupan, niscaya kita punya hidup akan lebih hidup – maka
sorga menjadi sebuah keniscayaan bagi kita.
02 Maret 2010
Bukan Cuma Beribadah
SETELAH cukup lama terbiar kosong, di sebelah rumah saya, kini
ada penghuni baru. Tetangga baru ini, pagi-pagi sudah melakukan
ritual kepercayaannya. Mudah bagi saya untuk mengetahui
kepercayaan yang dianutnya. Mudah, karena ada aroma khas yang
tercium manakala ritual kepercayaan itu dimulai. Ritual yang dulu
saya lakukan. Tetangga saya ini sangat konsisten dalam menjalankan
kepercayaannya. Tetapi, sampai dengan saat ini dia sangat tertutup.
Tertutup dengan lingkungan sekitar. Tidak mau bergaul. Tidak
bersosialisasi. Banyak orang Kristen seperti itu. Keimanan terhadap
Yesus hanya untuk pribadi. Minim, bahkan tidak ada bukti praktik
keimanan kepada sesama dalam arti luas. Orang-orang seperti ini
bisa jadi aktif bergereja; bebas-merdeka memuji dan beribadah.
Rela memberi persembahan rupa-rupa. Giat ke sana ke mari,
berbuat ini-itu untuk kemajuan pelayanan gereja (untuk Tuhan
katanya). Namun, seperti tetangga saya, si aktif bergereja ini tidak
dikenal dan mengenal lingkungannya. Beginikah mutu sejatinya
orang yang rajin beribadah?
Menyoal ciri-ciri sebenarnya orang yang beribadah, Yesus adalah
contoh yang pas. Simak beberapa ayat berikut: Setibanya di tempat
asal-Nya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka. Maka
takjublah mereka dan berkata: “Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan
kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu? Bukankah Ia ini anak
tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-
Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudara42
Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-
Nya semuanya itu?” (Mat. 13:54-56). Orang-orang yang berada di
rumah ibadah di kampung halaman Yesus, Nazaret, mengenal Yesus
dengan baik. Mereka tahu latar belakangnya, orang tuanya, dan
saudara-saudaranya. Secara implisit, ayat-ayat tersebut menjelaskan
kepada kita, bahwa Yesus dan keluarganya dikenal; mereka tidak
anti sosial; mereka bergaul dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Di usia 30 tahunan – usia matang seorang laki-laki Yahudi dan
kebanyakan budaya timur; Yesus memulai misi-Nya. Diawali-Nya
dengan menghadiri Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) yang
diadakan oleh Yohanes Pembaptis, bertempat di padang gurun,
daerah Yordan. Yesus tidak kuper (kurang pergaulan). Ia mengikuti
informasi dan menjalin komunikasi.
Di sela-sela jadwal pelayanan-Nya yang padat, Yesus
menyempatkan diri bertemu dengan para nelayan – strata
masyarakat rendah – beberapa di antara mereka menjadi murid-
Nya. Yesus berdialog, dan lagi-lagi menjalin komunikasi. Yesus
mulai dikenal.
Tidak tanggung-tanggung, dalam melayani sekaligus
bersosialisasi, Yesus bahkan mau didekati oleh penderita kusta –
suatu penyakit yang kala itu berkonotasi kutukan dari Allah – karena
pada waktu itu belum ada obatnya. Di jaman Musa, penderita kusta
harus tinggal jauh dari perkemahan warga. Mereka diasingkan.
Apabila dalam suatu kondisi terpaksa bertemu dengan orang sehat,
mereka harus selalu berteriak: “Najis! Najis!”. Penderita kusta,
bukan sekadar menderita fisiknya, tetapi juga psikisnya. Lahir-batin
menderita. Yesus Kristus mau didekati penderita kusta, dan bahkan
mau menjamahnya. Padahal, bagi masyarakat Yahudi waktu itu,
tindakan menjamah tersebut adalah haram hukumnya. Luar biasa,
Yesus kita ini! Maka, semakin populerlah Yesus dengan segala
perbuatan konkrit-positif yang dilakukan-Nya.
Tidak cukup dengan semua itu, Yesus juga menjumpai seorang
pemungut cukai, Lewi. Ia kemudian duduk makan bersama temanteman
seprofesi Lewi. Hal ini membuat gusar para ahli Taurat dan
orang Farisi – golongan ningrat dalam strata masyarakat Yahudi –
mereka bak kebakaran jenggot melihat sikap Yesus. Mereka protes
keras perihal tindakan Yesus tersebut. Betapa tidak, karena di jaman
itu, pemungut cukai dianggap sebagai antek Romawi, karenanya
najis untuk bergaul dengan mereka.
Yesus bertindak lebih jauh lagi. Ia khusus datang ke Gerasa,
daerah di seberang Galilea untuk bertemu dengan seorang yang
telah lama dirasuk setan. Orang ini terkucil. Tidak ada teman.
Loneliness. Ditakuti. Madesu (masa depan suram). Barangkali,
kematian adalah yang terbaik untuk orang ini. Tidak berlama-lama,
Yesus membebaskan orang ini dari semua predikat negatif tersebut.
Harapan orang ini pun timbul. Dalam konteks ini, Yesus menjadi
solusi dan memberi inspirasi.
Yesus tidak hanya menjalin hubungan dengan masyarakat kelas
bawah. Ia pun berkomunikasi dengan golongan ningrat Yahudi, para
ahli Taurat dan orang Farisi. Yesus juga duduk makan bersama
mereka. Tetapi peluang kedekatan hubungan itu tidak lantas
membuat Yesus kehilangan prinsip dan jati diri. Ia tidak menjadi
sama dengan perbuatan mereka yang penuh kemunafikan. Ia
menegur dan meluruskan segala praktik salah kehidupan agamawi
mereka.
Rekam jejak pergaulan Yesus yang luas, berakhir dengan dua
orang penjahat yang dihukum mati bersama-sama dengan-Nya.
Salah satu di antara penjahat itu beroleh kepastian keselamatan
kekal di saat-saat terakhir helaan napasnya. Luar biasa! Menjelang
ajal menjemput pun, Yesus masih mau bersosialisasi, berkomunikasi
dan mengubahkan hidup orang lain menjadi berarti.
Bukan Cuma Beribadah
Sama seperti kita, Yesus sangat rajin beribadah bahkan
melayani. Aktivitas rohaninya yang banyak tidak membuat-Nya
mengabaikan apa yang semestinya dilakukan setiap hari: menjalin
hubungan yang tulus dengan siapapun, kapanpun, dan di manapun.
Beribadah dan bersosialisasi mestinya seiring sejalan. Itulah jalan
untuk menjadi saksi Kristus yang sejati.
Langganan:
Postingan (Atom)