-->

Profil Hamba Tuhan

Foto saya
Jakarta, Indonesia
Seorang Hamba Tuhan yang memiliki kerinduan untuk dapat memberkati banyak orang melalui Pastoral Konseling, dengan berbagai hal dan cara, salah satunya adalah melalui fasilitas dunia maya (Internet). Riwayat Pendidikan Teologi: - Sarjana Theology (S. Th) jurusan teologi, 1999. - Master of Art (M. A) jurusan Christian Ministry, 2002. - Master of theology (M. Th)Thn 2010. - Doctor of Ministry (D. Min)Thn 2009. God Bless You All.

Pendahuluan

Shallom, selamat datang di blog saya Pdt. Denny Harseno, M. A., D. Min. Saudara, saya senang sekali jika dapat memberkati saudara sekalian melalui setiap tulisan-tulisan dan artikel-artikel yang ada pada blog ini. Jika saudara ingin membaca setiap tulisan-tulisan dan artikel-artikel terdahulu yang ada pada blog ini, saudara cukup memilih label daftar isi blog atau dengan memilih pada arsip blog yang ada di samping kiri blog ini, dan silahkan mengisi buku tamu blog saya dibawahnya, agar saya dapat mengetahui siapa saja yang telah berkunjung diblog saya. Terima kasih atas perhatiannya, Tuhan Yesus Kristus memberkati.

27 April 2009

Tuhan Mencobai Umatnya?




Nats: Kej 22: 1- 13.



Kisah Alkitab pada perikop nats diatas sangat terkenal, bagi umat kristen kisah ini dipandang sebagai suatu pencobaan yang teramat berat oleh Tuhan bagi manusia Abraham, yaitu untuk mengorbankan anak satu- satunya Ishak agar disembelih atau dipotong. Sehingga muncul penafsiran seakan- akan Tuhan adalah sutradara dari kesukaran Abraham tersebut, dan sepertinya secara umum Tuhan mengadakan tindakan sewenang- wenang kepada manusia (umatnya).


Sehingga sering kali kalau ada sesuatu peristiwa kejadian yang mendatangkan musibah, mendatangkan kesukaran dan ketidak nyamanan atau kerugian bagi kita, seringkali pula dengan cepat kita mengatakan:” ini cobaan dari Tuhan,” Padahal kita belum mengadakan klarifikasi terlebih dahulu atas kejadian atau peristiwa tersebut, mungkin saja hal itu akibat ulah manusia itu sendiri dengan perbuatannya yang berdosa yang tidak taat dengan perintah Tuhan. Bisa saja oleh karena kesalahan dari tindakan manusia tersebut yang pada akhirnya muncul musibah bagi manusia itu sendiri. Hendaknya kita jangan soq tahu dan soq pintar, dengan tergesa-gesa menyalahkan Tuhan, seakan- akan kita paling rohani. Padahal kita tidak tahu apa- apa mengenai Tuhan. Jangan gitu yach!


Oleh karena itu untuk menjelaskan peristiwa yang sedang dialami oleh Abraham yang sedang dicobai oleh Tuhan itu secara jernih, sehingga tidak terjadi salah penafsiran yang dilakukan oleh manusia kepada Tuhan. Maka kita juga akan memulainya dari sisi manusianya tersebut , yaitu manusia Abraham itu sendiri.


Dalam peristiwa tersebut sebenarnya dari pihak Abraham sendiri tidak ada perasaan kegelisahan dan keresahan yang dialaminya, apalagi merasa dipersulit atau dibuat susah oleh Tuhan dengan perintah- Nya tersebut. Sebab kalau ada keresahan dan kegelisahan yang dialami oleh Abraham pasti Alkitab mencatatnya, minimal ada perkataan dari Abraham yang memprotes perintah tersebut, ini tidak ada!. Apa sebabnya demikian?


Pertama: Abraham mengenal betul siapa yang memanggilnya dan siapa yang memerintahnya. Sebab pada waktu Allah berfirman kepadanya: “ Abraham,” lalu sahutnya: “ Ya Tuhan.” Suara itu tidak asing lagi pada telinga dan ingatan Abraham, itu suara Tuhannya yang Abraham sembah dan yang Abraham layani. Lalu Firmannya: “ Ambilah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia disana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan padamu.” Perintah ini juga bagi Abraham adalah perintah kebenaran yang harus Abraham kerjakan, bukan suatu perintah yang konyol. Karena Abraham beranggapan setiap perintah Allahnya adalah baik adanya, pantang ditolaknya dan tidak ada sedikitpun pada perasaan Abraham mencurigai perintah tersebut. Memang demikian seharusnya!, Bagaimana dengan kita?


Kedua: Abraham dengan ketaatannya tidak lagi menunda perintah tersebut , maka keesokan harinya, pagi- pagi Abraham dengan mengajak Ishak anaknya mempersiapkan segala kebutuhannya, baik kebutuhan bekal sepanjang perjalanannya maupun untuk korban bakaran kepada Tuhannya, kelak pada waktu sampai di gunung Moria tersebut. Perjalanan yang menyenangkan sebab ingin berbuat sesuatu pada Tuhan, tanpa sungutan.


Ketiga: Abraham sangat tahu bahwa rancangan Tuhan adalah rancangan damai sejahtera bukan rancangan kecelakaan. Perhatikan pembicaraannya dengan kedua bujangnya itu, Abraham mengatakan: “Tinggalah kamu disini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami akan kembali kepadamu. Perhatikan kata kami yang dicetak tebal dan huruf miring tersebut , yang mengartikan kata jamak yang artinya Abraham dan anaknya berdua akan kembali turun gunung bersama- sama dengan Ishak. Abraham sangat yakin bahwa Ishak anaknya tidak akan diapa- apakan oleh Allahnya, sebab Ishak adalah anak yang telah dijanjikan Allah kepadanya sebagai ahli waris penerus keturunannya sebagia umat kepunyaan- Nya. Sesungguhnya janji Allah layak dipegang dan dipercaya oleh kita selamanya.


Keempat: Abraham disini sekaligus mendidik kepada keturunannya yakni Ishak anaknya yang tunggal itu, untuk tidak meragukan Allah yang ia sembah dengan segala perintahnya dan janji- janjinya. Kelak si Ishak juga mempercayai Allah bapaknya sebagai Allah satu- satunya yang layak ia percaya dan tidak ada Allah lain seperti Allah bapaknya. Maka ada sebutan Allah Abraham, Ishak dan Yakub. Untuk itu perhatikan percakapanya dengan Ishak, pada waktu Ishak mengatakan: “Bapa”, sahut Abraham: “Ya, anakku.” Bertanyalah ia: “Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu? Sahut Abraham: “Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi –Nya, anakku.” Demikianlah keduanya berjalan bersama- sama. Sungguh kejadian yang mengharukan, antara bapak dan anak mempunyai pengertian yang sama akan Allah yang mereka sembah, dan kekompakan yang begitu kuat. Disini kita sebagai orang tua, apakah kita sudah mengajarkan kepada anak kita, bahwa Allah yang kita sembah juga adalah Allah yang anak kita juga harus menyembahnya?


Kelima: Sesungguhnya kejadian pada perikop ini, yaitu Abraham sedang diuji oleh Tuhan, bisa dipakai untuk membenarkan, yaitu bahwa pada saat manusia mengalami berbagai kesulitan, penyebabnya adalah cobaan dari Allah, itu adalah sangat keliru dan gegabah! Untuk itu dengan ditulisnya penjelasan yang panjang lebar ini, jelas terlihat jauh sekali perbedaannya yaitu antara kejadiaan Abraham yang sedang berbakti dengan Allahnya, dibandingkan dengan kejadian musibah demi musibah yang sedang dialami oleh manusia lainnya. Ingat Allah tidak pernah mecobai umatnya, pencobaan itu berasal dari si Iblis yang mengadakannya agar manusia membenci Allah. Yang pada akhirnya manusia menjauh dari Allah penciptanya. Sesungguhnya Tuhan sangat mengasihi kita, kenallah jalan- jalan- Nya dan rancangan- rancangan- Nya dengan penuh kerinduan dan kerendahan hati. Halleluyah, amin.


0 komentar:

Posting Komentar