-->

Profil Hamba Tuhan

Foto saya
Jakarta, Indonesia
Seorang Hamba Tuhan yang memiliki kerinduan untuk dapat memberkati banyak orang melalui Pastoral Konseling, dengan berbagai hal dan cara, salah satunya adalah melalui fasilitas dunia maya (Internet). Riwayat Pendidikan Teologi: - Sarjana Theology (S. Th) jurusan teologi, 1999. - Master of Art (M. A) jurusan Christian Ministry, 2002. - Master of theology (M. Th)Thn 2010. - Doctor of Ministry (D. Min)Thn 2009. God Bless You All.

Pendahuluan

Shallom, selamat datang di blog saya Pdt. Denny Harseno, M. A., D. Min. Saudara, saya senang sekali jika dapat memberkati saudara sekalian melalui setiap tulisan-tulisan dan artikel-artikel yang ada pada blog ini. Jika saudara ingin membaca setiap tulisan-tulisan dan artikel-artikel terdahulu yang ada pada blog ini, saudara cukup memilih label daftar isi blog atau dengan memilih pada arsip blog yang ada di samping kiri blog ini, dan silahkan mengisi buku tamu blog saya dibawahnya, agar saya dapat mengetahui siapa saja yang telah berkunjung diblog saya. Terima kasih atas perhatiannya, Tuhan Yesus Kristus memberkati.

11 Mei 2009

Kebenaran...???


Apakah kebenaran itu? tanya Pilatus kepada Yesus. Ya, apakah kebenaran itu? Tahukah kita maknanya? Mengapakah demi kebenaran kita bersedia mengorbankan segala hal? Bukankah Yesus disalibkan dan wafat demi kebenaran yang diyakini oleh para pemuka bangsaNya juga? Benarkah jika demi kebenaran yang kita yakini, kita dapat melakukan apa saja? Kita dapat menindas, menipu, menghancurkan dan bahkan mengurbankan orang-orang lain yang kita anggap bersalah? Pada saat itu kebenaran ternyata hanya kedok dari kepentingan diri kita sendiri.


Ternyata memahami kebenaran tidaklah mudah. Dan memang begitu. “Aku tidak mendapati kesalahan apa pun padaNya” kata Pilatus kepada orang banyak yang ingin menyalibkan Dia. Tetapi kita semua tahu bahwa bukanlah karena telah bersalah maka Yesus harus dihukum mati. Bukan, bukan karena itu. Yesus dihukum justru karena Dialah Kebenaran. Karena Dia berani menyingkapkan topeng-topeng kemunafikan kita. Memang, terpaksa kita harus takut kepada kebenaran karena kebenaran membuat kita jadi telanjang. Seperti saat Adam dan Hawa merasa takut dan malu pada ketelanjangan mereka setelah buah pengetahuan mereka makan.

“Kamu adalah terang dunia....hendaknya terangmu bercahaya di depan orang.” Kata Yesus suatu ketika. Kebenaran memang selalu bercahaya karena dia hidup di dalam terang. Tetapi banyak di antara kita khawatir pada terang. Karena dalam terang kita merasa telanjang. Kita merasa tidak siap untuk itu. Maka demikianlah, saat Yesus menyalakan obor cahaya kebenaran, orang-orang takut, dan bergegas ingin memadamkannya. Berapa banyakkah yang mampu bertahan hidup di dalam terangNya? Bahkan Petrus sendiri pun, sadar atau tidak, menyembunyikan dirinya saat dia dipaksa mengakui sebagai pengikut Yesus. Dan ayam pun berkokok.

Sesungguhnya, kebenaran tidaklah terlalu sulit untuk ditemukan. Kebenaran ada pada diri Yesus sehingga Dia harus disingkirkan. Kebenaran, karena “Dia berkeliling sambil berbuat baik” kata Paulus. Maka jika Pilatus mampu mengetahui dan memahami perjalanan hidup Yesus, dia pasti dapat menjawab pertanyaannya sendiri. Kebenaran sesungguhnya adalah perbuatan-perbuatan kita terhadap Tuhan dan sesama. Bukan hanya demi diri kita sendiri. Kebenaran yang sejati telah dilalui Yesus sampai Dia wafat di atas kayu salib. Perbuatan dan pengurbanan itulah yang tiga hari kemudian membuat Dia dibangkitkan dengan penuh kemuliaan.

Apakah kebenaran itu? tanya Pilatus kepada Yesus. Sekarang kita tahu. Tetapi mampukah kita menghayatinya?

0 komentar:

Posting Komentar