
Nats Roma 11:36; Roma 12:1
Saat ini kita akan membahas aspek iman Kristen dan persembahan. Kebanyakan orang menganggap persembahan sebagai iuran wajib dengan jumlah yang tidak ditentukan bagi mereka yang mengikuti Kebaktian. Padahal menurut Alkitab, tak semua orang boleh memberi persembahan. Saya akan membagi pembahasan tentang persembahan ini dalam empat kategori, yaitu: persembahan sebagai ibadah, persembahan dan korban, persembahan dan perspuluhan dan yang terakhir persembahan dan berkat.
Persembahan dan ibadah
Di sepanjang Alkitab, konsep persembahan dalam Perjanjian Baru mulai masuk pada intinya, jika dibandingkan dengan Perjanjian Lama yang tampaknya lebih menekankan pada hukum dan peraturan. Namun dengan banyak aturan, seringkali Kekristenan melupakan inti persembahan. Sedangkan dalam Perjanjian Baru tidak terdapat aturan persembahan, bahkan dalam I Korintus yang sering membicarakannya. Yang dibahas justru mengenai motivasi atau jiwa (spirit) persembahan. Inilah konsep Alkitab tentang progressive revelation (penjelasan Firman dimulai dari Perjanjian Lama yang sederhana hingga semakin jelas di Perjanjian Baru). Dalam I Korintus ditulis bahwa tanpa Perjanjian Baru sebagai starting point, essensi Perjanjian Lama tidak mungkin dapat dipahami.
Roma 11:36-12:1 seringkali dipisahkan dalam pentafsiran dan pengertiannya. Padahal dalam Surat Roma yang asli ditulis oleh Paulus tidak terdapat pemisahan pasal, ayat dan judul karena semua itu memang hanyalah tambahan dari LAI. Rm 12:1 dimulai dengan kata sambung “Karena itu, saudara-saudara.” Berarti ada penyebabnya yaitu pada kalimat sebelumnya. Sedangkan kalimat yang mengikutinya adalah akibatnya.
Dalam Roma 12:1, Paulus menekankan the spirit of worship (prinsip ibadah) yang dimulai dengan jiwa persembahan, “Demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” Maka setiap anak Tuhan seharusnya memiliki jiwa sacrifice sebagai korban yang hidup bagi Tuhan. Inilah dasar persembahan Kristen.
Pada umumnya, ketika memberi berbagai macam persembahan (kolekte, ucapan syukur, perpuluhan dan sebagainya), banyak motivasi muncul dalam pikiran tiap orang Kristen. Mungkin, persembahan dilakukan secara terpaksa karena perasaan sungkan atau takut dianggap sebagai jemaat yang buruk. Padahal Alkitab mengajarkan bahwa pemberian hendaknya dilakukan dengan sukacita dan kerelaan. Kemungkinan kedua, persembahan dilakukan untuk buang sial. Kadang, motivasi seperti ini justru dimanfaatkan oleh Gereja tertentu supaya jemaat merasa takut bila tidak memberikan persembahan. Dengan demikian, persembahan menjadi ‘amplop’ buat Tuhan agar tidak marah dan selalu bersikap baik. Padahal, Tuhan tidaklah miskin hingga membutuhkan sumbangan jemaatNya. Kemungkinan ketiga, persembahan dimotivasi oleh sistem pancing. Jikalau Minggu ini memberi persembahan sebesar Rp 1.000,- maka sebagai balasannya akan diperoleh berkat sebesar Rp10.000,-. Motivasi ini dapat digambarkan dengan ilustrasi ‘Umpan teri dipakai untuk memancing ikan kakap’. Semakin besar umpannya maka hasilnya juga makin banyak. Alkitab memang mengajarkan bahwa memberi persembahan merupakan suatu kesempatan. Ironisnya, kesempatan itu seringkali disalahgunakan menjadi format business. Konsep materialisme dunia semacam ini dapat mempengaruhi Gereja dan agama lainnya hingga mewarnai hampir semua orang dalam beribadah dan memberi persembahan. Tiga motivasi di atas adalah yang terbanyak dilakukan oleh orang beragama tapi harus dikoreksi. Sedangkan atheist tidak mengenal persembahan karena tidak mempercayai adanya Tuhan.
Roma 12:1 mengatakan, “Demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” Penyebabnya ialah “Segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” (Rm 11:36). Lalu apa yang menjadi motivasi persembahan, terutama yang terbesar yaitu seluruh tubuh sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah?

0 komentar:
Posting Komentar